Kunci Sukses di Era Disrupsi, Ubah Mindset dari 4P Menjadi 4C

Kunci Sukses di Era Disrupsi, Ubah Mindset dari 4P Menjadi 4C

Oleh: DR H Irvandi Gustari
(Praktisi Perbankan & Akademisi)

RIAUMANDIRI.CO - Era Disrupsi ini memang seringkali kita dipertontonkan banyak hal yang di luar nalar kita. Ya itulah yang disebut disrupsi, yaitu mindset kita dibongkar dan menjadi tidak terstruktur lagi, dan seringkali yang terjadi adalah di luar logika. Namun tidak ada waktu lagi untuk mempermasalahkannya, yang utama tentunya bagaimana kita menyikapi dan merespon secara proaktif maupun reaktif dari perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, dan menjadikan sebagai suatu peluang bisnis.

Dulu kalau kita ditanya termasuk industri apakah Gojek itu? Ada yang menjawabnya, Gojek termasuk kelompok industri transportasi, dan namun Gojek mengakunya sebagai perusahaan di bidang aplikasi. Lalu anggaplah kita secara kasat mata mengelompokkan Gojek sebagai industri transportasi. Namun mindset kita digugat lagi, kok Gojek juga berkiprah dengan Go Food, juga berkiprah dengan Go Send, juga masuk ke area Go Box, dan masih banyak lagi lainnya seperti: Go Clean, Go Laundry, Go Mart, Go Pay. Nah kalau sudah begini, kita gimana nih? Mau dimasukkan ke kelompok mana nih, Gojek ini?  


Lalu kita beralih ke contoh lain seperti PT Telkomsel . Tentu kita paham bahwa perusahaan ini adalah termasuk kelompok industri telekomunikasi atau bisa juga kita kategorikan ke dalam kelompok industri multimedia. Namun ternyata ruang lingkupnya pun sudah merambah kepada kegiatan bisnis keuangan, contohnya melalui produknya Tcash yang sudah berubah nama menjadi LinkAja, ternyata bisa melakukan pembayaran untuk segala macam aktifitas dan bahkan bisa dipakai untuk transfer uang. Ini memperlihatkan kepada kita, bahwa adalah benar era disrupsi menjadikan industri tidak berbatas lagi alias tanpa dinding.

Kita beralih kepada Amazon, yaitu toko buku dengan omset paling besar di dunia, namun tidak punya  toko satupun di negara mana pun. Walaupun masih menjadi bahan perdebatkan kita, bahwa Amazon, apakah bisa kita kategorikan ke dalam kelompok industri buku ataupun industri percetakan. Namun Amazon malah menyatakan dirinya sebagai perusahaan yang berbasiskan aplikasi, bukan sebagai toko buku. Bahkan sekarang pun Amazon Pay tampil pula sebagai e money yang sangat mempermudah proses pembayaran transaksi mereka di seluruh dunia. Kejadian serupa juga bisa kita lihat pada perusahaan retail terbesar di dunia tanpa punya toko yaitu Alibaba yang juga punya bisnis keuangan seperti Alipay.

Lalu bagaimana kita menyikapinya? Era Disrupsi memang merusak atau membongkar pola pikir logika kita yang selama ini terstruktur. Dari berbagai literatur di antaranya yang berasal dari Tokoh Marketing dunia Philip Kotler dan juga tokoh top marketing Asia yang merupakan orang Indonesia yaitu Hermawan Kartajaya serta berbagai literatur lainnya, memang telah mencermati bahwa  prinsip bauran pemasaran (marketing mix) yang selama ini kita kenal dengan 4 P yaitu : Product, Price, Place, Promotion, walaupun sudah berkembang pula menjadi 7 P, namun ternyata sudah tidak bisa lagi dipertahankan pada era disrupsi ini. Menurut para pakar permasaran tersebut, terlalu basic bila kita menggantungkan pemikiran kita pada 4 P ataupun  7 P.

Lalu apa yang perlu didisrupsi pada benak pemikiran kita? Ya memang yang perlu didisrupsi juga tidak terbatas sampai pada pola pikir kita. Jadi? Berbagai pendapat dan pandangan dari para pakar marketing internasional, maka untuk bisa sukses memasarkan produk pada era disrupsi ini, kita harus mengubah pola pikir kita dari 4P menjadi 4 C yaitu: 1. Co- creation (menciptakan bersama- melibatkan pelanggan dalam terbentuknya gagasan, dan hal ini bisa mewujudkan proposisi nilai unggulan), 2. Currency (mata uang-harga berfluktuasi sesuai permintaan pasar, tergantung lokasi , jarak dan aspek profil pelanggan), 3. Communal Actovitation (keputusan membeli banyak dipengaruhi oleh aspek komunal), 4. Conversation (percakapan/ komunikasi dan sosialisasi dengan berbagai media, termasuk media digital).

Kalau kita telaah konsep Airbnb, Zipcar, Uber, kita jadi paham bahwa mereka telah membangunkan kita dari keterlenaan, bahwa mereka sukses melakukan disrupsi industri perhotelan, penyewaan mobil dan sebagainya. Di mana mereka membuat suatu konsep kemudahan bagi pelanggannya untuk kemudahan akses ke produk dan layanan yang sesungguhnya itu bukan milik mereka, yaitu milik pelanggan lain. 

Sekarang kita bisa paham mengapa 4P dalam bauran pemasaran, harus disesuaikan menjadi 4 C. Terjawab sudah, bahwa dengan adanya era disrupsi ini menjadikan industri tanpa dinding atau tanpa batas saat ini. ***