PDIP Sepakat dengan TGB Soal Ayat Perang, Ini Alasannya

PDIP Sepakat dengan TGB Soal Ayat Perang, Ini Alasannya

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sepakat dengan pendapat Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGH Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang (TGB) agar ayat-ayat perang dalam Alquran tak dipakai untuk kepentingan politik. Sebab menurut PDIP, konteks ayat perang tidak bisa ditafsirkan kepada persoalan yang lebih umum.

"Kalau saya memang sejak dulu seperti itu. Ayat perang itu kan ayat-ayat yang turun pada suasana perang. Tentu pengertiannya dalam suasana perang itu juga, tidak boleh diberikan penafsiran yang menyangkut secara umum. Kalau sejak dulu, paham saya seperti itu," ujar Ketua Bidang Keagamaan DPP PDIP Hamka Haq dinukil Detik, Sabtu (7/7/2018) malam.

Hamka menyebut, ayat-ayat perang dalam Alquran mencakup surat Al-Maidah ayat 51. Menurut Hamka, konteks dalam ayat tersebut bukan larangan memilih pemimpin dari kalangan nonmuslim berdasarkan sudut pandang yang luas.


"Dalam Al-Maidah ayat 51 itu juga ayat perang. Itu artinya kalau dipahami harus sesuai asbabun nuzulnya (sebab-sebab turunnya suatu ayat) semua ayat yang melarang nonmuslim jadi pemimpin itu ayat perang. Jangan dipolitisir seperti itu. Coba diperiksa asbabun nuzul ayat seperti itu dalam suasana perang. Maksudnya umat Islam dilarang mengambil panglima perang dari Muslim kalau diserang musuh," terang anggota Komisi Agama DPR ini.

Sebelumnya diberitakan, TGB yang juga Ketua Alumni Universitas Al-Azhar Kairo Cabang Indonesia meminta agar ayat-ayat perang dalam Alquran tak dipakai untuk kepentingan politik. Dia menegaskan Indonesia sedang tidak berperang.

"Siapa pun yang mendengar ucapan saya ini, tokoh-tokoh, guru-guru, yang saya muliakan, berhentilah berkontestasi politik dengan mengutip ayat-ayat perang Alquran. Kita tidak sedang berperang. Kita ini satu bangsa, saling mengisi dalam kebaikan," ujar TGB dalam sebuah video yang diunggah ke akun Instagram-nya, Jumat (6/7/2018).

Tak hanya itu, TGB juga mengimbau mereka yang berpolitik tidak menyebut lawan politiknya sebagai kafir. Dia menyatakan semangat berpolitik adalah semangat untuk saling mengenal dan mengisi.

"Kita ini bersaudara, apakah Bapak-bapak berani mengatakan bahwa Bapak-bapak adalah yang hak dan lawan politik adalah batil seperti kafir Quraish. Ayo, siapa yang berani? Bapak berani mengatakan itu? Kalau saya tidak berani, Pak," kata TGB. 


Sumber: detik