Mulok Budaya Melayu Resmi Diberlakukan, Andi Rachman: Upaya Wujudkan Visi Riau 2020

Mulok Budaya Melayu Resmi Diberlakukan, Andi Rachman: Upaya Wujudkan Visi Riau 2020

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, me-launching penguatan muatan lokal (Mulok) Budaya Melayu Riau, yang dihadiri Deputi Pendidikan dan Agama, Kementrian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Agus Sartono, di Ruang Melati, Kantor Gubernur Riau, Senin (25/6/2018). 

Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, mengatakan, penguatan mulok budaya Melayu ini salah satu upaya dalam mewujudkan Visi Misi Riau 2020, khususnya mengenai kebudayaan Melayu. 

Visi tersebut memperlihatkan suatu sikap optimis, percaya diri setelah melihat ke belakang dan menatap ke muka. Sikap tersebut sudah merupakan modal besar untuk meraih masa depan secara gemilang dengan latar belakang berbagai kegemilangan pula. 


“Kita melangkah dengan tegap karena kita tahu kemampuan kita, kemampuan yang telah diperlihatkan oleh pendahulu kita dari masa-masa yang jauh sampai kepada masa-masa terdekat. Tentu saja, bentuk kemajuan yang dimaksudkan di atas amat beragam karena masing-masing zaman memiliki tantangannya sendiri-sendiri pula,” kata Gubri, yang bergelar Datuk Seri Setia Amanah.

Datuk Seri Setia Amanah Arsyadjuliandi Rachman, mengatakan, tentulah amat berbeda wujud kebudayaan saat komunikasi masih mengandalkan pertemuan antarfisik dibandingkan dengan kini yang memiliki begitu banyak pilihan saluran komunikasi. Tapi pada intinya ada satu semangat yang kuat untuk memajukan diri. Suatu gerakan bersama yang mengandalkan kemampuan diri sendiri.

“Berbagai capaian peradaban di kawasan ini yang diakui dan mengaku sebagai Melayu, memang patut senantiasa diingat dan diingat-ingat. Sebab ia memberi pelajaran apa dan bagaimana menghadapi berbagai tantangan dengan mendayagunakan kemampuan sendiri maupun memanfaatkan keberadaan sekitar,” ungkapnya. 

“Untuk itu pulalah diperlukan keberadaan muatan lokal dalam berbagai bidang terutama di lembaga pendidikan dan ruang umum. Kita mencatat, selama ini, upaya menghadirkan muatan lokal tersebut sudah dilaksanakan,” tambahnya. 

Berbagai kabupaten/kota telah melaksanakan muatan lokal budaya Melayu Riau di sekolah-sekolah, tapi di sisi lain, masih banyak pula Kabupaten/Kota yang belum menerapkannya. Materinya pun beraneka ragam, misalnya hanya tulisan Arab-Melayu, padahal kebudayaan mencakup segala yang berhubungan dengan pemartabatan manusia.

“Kita tidak mungkin menghindar dari kenyataan bebasnya arus Globalisasi, tetapi harus aktif menghadapinya, apalagi berbagai pengalaman sebelumnya, kemampuan Melayu Riau untuk hal-hal semacam ini, sudah teruji. Zapin misalnya yang semula dibawa dari Timur Tengah seiringan dengan kedatangan Islam di kawasan ini, dapat dikreasi menjadi bentuk baru yang bahkan lebih kaya dibandingkan bentuk aslinya,” katanya.

Gubri menambahkan, capaian-capaian yang telah diraih Melayu Riau dan upaya selama ini untuk mempertahankannya, patut mendapat penguatan yang kini dicanangkan. Dan telah awali dengan berbagai pengumuman dalam bahasa Melayu Riau di Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, kelak disusul di tempat umum lainya termasuk di terminal, mal, dan hotel-hotel. Tidak ketinggalan pula ruang-ruang iklan terbuka yang harus diisi dengan ungkapan-ungkapan Melayu Riau, tidak saja ihwal jual-beli barang atau produk industri.

Begitu pula di sekolah-sekolah sudah dipersiapkan buku sumber pegangan guru budaya Melayu Riau, sehingga bahan ajar tidak lagi susah diperoleh, meskipun guru tetap harus mengembangkan kreativitasnya dengan melihat kondisi masing-masing kabupaten/ kota,” ungkapnya. 

Mengenai ketentuan terbaru bagi guru, menyebutkan bahwa jam mengajar guru-guru yang mengajar muatan lokal budaya Melayu Riau sudah dapat diberlakukan sebagai jam kerja dan terntunya ini akan berdampak positif pada sertifikasi guru.

Tentu harus kita sadari bahwa masih banyak hal yang akan kita sempurnakan untuk mewujudkan penguatan muatan lokal budaya Melayu Riau ini. 

“Di atas semuanya itu, patut kami akui bahwa Pemerintah Provinsi Riau tidak bisa bekerja sendiri untuk penguatan muatan lokal budaya Melayu Riau ini. itu, sangat besar terima kasih kami kepada Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Provinsi Riau yang aktif membantu Pemerintah Provinsi Riau dalam penguatan muatan lokal budaya Melayu Riau ini. Kerja sama pada masa mendatang masih sangat diharapkan, karena kita tidak mengenal kata berhenti pada satu titik untuk kemajuan daerah ini,” kata Gubri.

Deputi Pendidikan dan Agama, Kementerian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Agus Sartono, yang hadir pada acara tersebut mengapresiasi di berlakukannya Mulok di Riau. Dengan diterapkannya mulok berharap akan menjadi role model atau contoh bagi provinsi lainnya di Indonesia.

“Atas nama pribadi dan kementerian saya mengapresiasi, serta penghargaan setinggi-tingginya atas segala ikhtiar yang dilakukan untuk pencanangan penguatan mulok budaya Melayu di Riau ini. Berkenaan ini saya menyampaikan salam dari Ibu Menteri tak bisa hadir, karena ada kesibukan lain," jelasnya.

"Mulok ini penting, apalagi di era globalisasi yang tak terbendung, salah satu media untuk mempertahankan kebudayaan adalah dengan menerapkan muatan lokal," ujarnya.

Pencanangan penguatan mulok budaya Melayu ini merupakan perjuangan masyarakat Riau dalam mensukseskan visi misi Riau 2020. Dengan muatan lokal ini bisa membangun budaya karakter, baik itu di ruang pendidikan dan juga ruang publik seperti di bandara, terminal dan perkantoran. 

"Jadi pelestarian budaya lokal buka semata-mata seremonial, tapi proses panjang yang dibangun secara panjang sehingga terbentuk karakter budaya masyarakat. Karena itu tak salah hadir di sini para guru, karena pendidikan itu adalah proses pembudayaan peserta didik," ungkapnya. 

Untuk itu, Agus Sartono, mengingatkan kalau pendidikan bukan lah sekedar membuat anak didik agar cerdas, tetap lebih dari itu adalah bagaimana membuat anak didik menjadi orang yang berbudaya. 

"Budaya apa yang kita inginkan. Tentu budaya juga jujur, sopan santun, berintegritas dan memiliki etos kerja keras melalui rangkaian  proses pembelajaran," tutupnya.

Turut hadir pada acara tersebut, Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau Al Azhar, Ketua Umum DPH LAM Riau Syahril Abubakar, Wakil Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim, seluruh jajaran pejabat eselon II, III, IV dan pegawai di lingkungan Pemprov Riau. (adv/nur)