Melawan, Bos Penyeludup Tewas Ditembak

1 Ton Sabu Asal Cina Diamankan

1 Ton Sabu Asal Cina Diamankan
JAKARTA (RIAUMANDIRI.CO)-Penilaian bahwa Indonesia masih menjadi pasar yang subur bagi pengedar narkoba, kembali terbukti. Tak tanggung-tanggung, jajaran Kepolisian menggagalkan penyeludupan satu ton sabu asal Cina. 
 
Barang haram tersebut, rencananya akan diseludupkan ke Indonesia. Namun upaya jaringan pengedar narkoba internasional itu, akhirnya digagalkan tim gabungan Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya dan Polresta Depok. Sabu seberat satu ton itu diamankan di Pantai Anyer, Serang, Provinsi banten, Kamis (13/7) dini hari. 
 
Tidak hanya itu, petugas juga mengamankan tiga orang tersangka penyeludup, yang merupakan Warga Negara Cina. Satu di antaranya, yakni diketahui sebagai bos gerombolan sindikat narkoba tersebut, akhirnya tewas karena berusaha melawan petugas. Sedangkan dua orang lainnya, berhasil diamankan. Sementara satu tersangka lainnya, melarikan diri dan hingga kini masih terus dikejar. 
 
"Jadi yang diamankan ada 51 karung dengan estimasi 1 karung berat bruto 20 kilo, totalnya ada satu  ton," terang Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono.
 
Barang bukti tersebut terbungkus dalam 27 karung di mobil Toyota Innova warna emas dan 24 karung lagi di mobil Toyota Innova warna hitam. 
 
 
Dikatakan, penyergapan dilakukan di Pantai Anyer, Serang, Banten pada dini hari tadi. Penyergapan dipimpin Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Kombes Pol Nico Afinta, Kapolresta Depok Kombes Herry Heryawan bersama Kombes Pol Made Astawa, AKBP Bambang Yudhantara, SIK, AKP Malvino Edward Yusticia dan AKP Rosana Albertina Labobar.
 
Dikatakan, pelaku yang tewas adalah Lin Ming Hui, yang juga bos gerombolan sindikat narkoba tersebut. Sedangkan yang ditangkap hidup-hidup bernama Chen Wei Cyuan dan Liao Guan Yu. Satu pelaku yang masih buron diketahui bernama Hsu Yung Li.
 
"Ini jaringan internasional. Diduga narkoba dikirim dari Tiongkok," tambahnya. 
 
Menurutnya, jaringan pengedar narkoba Taiwan ini telah diikuti selama beberapa minggu terakhir. Hingga Kamis dini hari kemarin, mereka terpantau melakukan pengiriman sabu menggunakan perahu melalui pantai Anyer, Serang, Banten.
 
Lebih Canggih dari BNN
Terpisah, Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso, mengatakan, jaringan Taiwan ini memiliki teknologi canggih untuk mengelabui petugas. Bahkan teknologi yang mereka punya lebih canggih daripada yang dimiliki BNN. Jaringan ini seharusnya sudah bisa dibekuk dua bulan lalu, tapi mereka berhasil lolos dari sergapan petugas.
 
"Sebenarnya kasus ini dua bulan yang lalu seharusnya sudah terungkap. Bahkan beberapa bulan lalu kita sebenarnya kebobolan yang lebih besar daripada ini," ujar Buwas, ketika ditemui di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
 
Meski kalah teknologi, Buwas menegaskan, BNN dan seluruh aparat penegak hukum tetap akan tegas terhadap kejahatan narkoba. "Memang kita belum beli atau belum membiayai atau belum melengkapi dengan teknologi itu, tapi kita tetap tegas," ujarnya.
 
Sementara itu, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan mengatakan, dalam aksi penyeludupan tersebut, jaringan pengedar narkoba tersebut terlebih dahulu menceburkan barang bukti ke laut. Selanjutnya, sabu itu dalam kemasan karung itu ditarik dengan perahu karet menuju daratan. 
 
"Jadi untuk mengelabui atau melihat timing yang tepat, barang tersebut dicemplungkan ke dalam laut bibir pantai untuk melihat situasi," terangnya.
 
Selain itu, jaringan tersebut telah mempersiapkan perlengkapan untuk mengelabui modus penyelundupan sabu tersebut, termasuk mempersiapkan kemasan agar sabu tersebut bisa diceburkan ke laut. Selanjutnya, sabu seberat satu ton tersebut akan dibawa ke Hotel Mandalika, yang lokasinya tidak terlalu jauh dari bibir pantai. Hotel itu sendiri diketahui sudah tidak beroperasi lagi sejak tahun 2012 lalu. 
 
Pihaknya akan mendalami apakah ada keterlibatan pengelola hotel, sebab hotel tersebut sudah lama tidak beroperasi.
 
"Yang jelas kita akan analisa ini, kenapa lima tahun tidak beroperasi, kemudian juga dipakai apa hotel tersebut, apakah ada kaitan dengan pengelola hotel itu dan sebagainya," tambahnya. 
 
Sejauh ini, jaringan asal Cina ini diketahui bekerja sendiri tanpa bantuan kurir WNI. Namun mereka memanfaatkan warga lokal untuk mencari tempat dan menyurvei lokasi. "Mereka ini bekerja sendiri, tanpa bantuan warga negara Indonesia," ujarnya lagi. 
 
Untuk menghilangkan kecurigaan, sindikat ini mengaku sebagai investor. Mereka meminta warga lokal mencarikan tempat hingga kendaraan untuk disewa.
 
"Mereka berdayakan orang lokal untuk diperalat sebagai fasilitator, mulai dari sewa rumah dan kendaraan. Tapi orang kita ini (WNI) tidak tahu bahwa mereka itu sindikat, tahunya mereka ini sebagai investor yang mau bikin apartemen," ujar AKBP Bambang S Yudhantara, yang ikut dalam penggerebekan.
 
Selain untuk menyewa tempat dan kendaraan, WN Taiwan ini memanfaatkan warga lokal untuk menghafal tempat-tempat yang disurvei. "Setelah hafal semua, orang-orang ini ditinggalkan dan mereka bekerja sendiri," ucap Bambang.
 
Sindikat tersebut diketahui pernah menyewa rumah di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Setelah sepuluh hari berada di Jakarta, mereka kemudian berangkat ke Malaysia, lalu kembali ke Jakarta.
 
"Selang 5 hari balik lagi, lalu menginap di hotel di Gajah Mada, lalu bolak-balik ke Anyer untuk survei tempat dan lokasi untuk mendaratkan barang," ungkap Bambang. (bbs, dtc, rol, ral, sis)