Pilkada Kampar

Kemampuan Merangkul Tokoh Masyarakat Berperan Besar

Kemampuan Merangkul Tokoh Masyarakat  Berperan Besar

PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co) - Selain Kota Pekanbaru, ajang Pemilihan Kepala Daerah juga tengah berlangsung di Kabupaten Kampar. Untuk kabupaten berjuluk Serambi Makkah Riau ini, kemampuan para peserta Pilkada dalam merangkul tokoh masyarakat, dinilai memiliki peran yang besar untuk meraih kemenangan.

Penilaian itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Riau, Saiman Pakpahan. Menurutnya, ada hal yang menjadi penyebab, mengapa tokoh masyarakat begitu diperlukan dalam ajang Pilkada.

Sebab, struktur pemilih di Kabupaten Kampar lebih cenderung masyarakat parokial, yang memilih berdasarkan faktor sugesti dan persuasi tokoh elit tertentu untuk memilih calon tertentu, dan masyarakat yang tradisional.

Kemampuan "Sekarang peluang-peluang itu memang berdasarkan popularitas dan tingkat keterpilihan atau elektabilitas, serta sumber pendanaan.
Itu poin-poin yang perlu diperhatikan," ujarnya, Kamis (3/11).

Pasangan calon yang bisa menjalin jaringan ke tokoh masyarakat, ninik mamak, Laskar Dubalang, diyakini akan mampu menjadi pemenang dalam Pilkada Kabupaten Kampar yang digelar pada 15 Februari 2017 mendatang.

Sejauh ini, terdapat lima pasangan calon yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kampar sebagai kontestan. Mereka adalah Muhammad Amin-Muhammad Saleh, Zulher-Dasril Affandi, Azis Zainal-Catur Sugeng Susanto, Jawahir-Bardansyah, dan Rahmad Jevary Juniardo-Khairuddin Siregar. Dua paslon yang disebut terakhir merupakan kontestan dari jalur independen atau perorangan.

Ardo, sapaan Rahmad Jevary Juniardo, yang merupakan calon dari jalur independen, notabene adalah anak Jefry Noer, Bupati Kampar saat ini, dinilai akan mendapatkan fasilitas tersebut.

"Orang pasti tahu dengan Jefry, kemudian sumber daya birokrasi sudah terkonsolidasi melalui Bupati. Pendanaan, juga tentu banyak kontraktor-kontraktor yang berada di sekeliling Bupati yang bisa diinvestasikan untuk memenangkan Ardo," lanjutnya.

Hal ini, tambah dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UR, berbeda dengan calon independen yang bertarung pada Pilkada Pekanbaru. Ardo, sebutnya, adalah sosok yang diketahui secara luas akibat dari relasi darahnya dengan penguasa.

Terkait dua nama paslon lainnya, Zulher dan Azis Zainal, Saiman mengatakan kalau mereka merupakan sosok yang populer. Namun, beberapa kali keduanya mencoba peruntungan maju dalam Pilkada Kampar berhadapan dengan Jefry Noer, mereka kalah.

"Untuk bisa menang, jaringan-jaringan sosial di (masyarakat) bawah itu dikuasai atau tidak. Ini kan bagaimana menguasai jaringan ninik mamak, jaringan Laskar Dubalang, tokoh-tokoh masyarakat dan lainnya," imbuh Saiman Pakpahan.

"Kalau mereka (Zulher dan Aziz,red) populer, mereka pemain lama. Itu betul. Kan persoalannya mereka tidak jadi-jadi (menang dalam Pilkada sebelumnya). Mereka dikalahkan. Karena pesaingnya mampu menguasai titik di bawah itu," sambungnya.

Dirinya juga mengkhawatirkan jika nanti Zulher dan Azis Zainal juga nanti akan dikalahkan dengan jaringan-jaringan tokoh masyarakat, Laskar Dubalang, kekuasaan, ekonomi, dan sebagainya.


"Ini yang membuat mereka agak tertatih-tatih jika berhadapan dengan incumbent, notabene merupakan Ketua Laskar Dubalang. Kemudian dia penguasa, Bupati, dan punya uang. Ini bisa dimobilisasi untuk kepentingan politik anaknya," tukas Saiman.

Incumbent sendiri, sebutnya, memang tidak serta merta langsung bisa dipilih. Banyak case yang menjelaskan kalau incumbent bisa kalah saat maju di periode kedua. Namun, secara umum incumbent bisa melenggang enak dengan catatan memiliki prestasi dan kerja politik pemerintah yang dirasakan oleh rakyat. Sehingga tidak menimbulkan resistensi di tengah-tengah masyarakat.

"Sejauh Jefry Noer tidak ada persoalan yang menyakiti masyarakat di Kabupaten Kampar, Ardo akan aman," tegas Saiman Pakpahan.

Terakhir, Saiman memprediksikan kalau paslon yang didukung incumbent dimungkinkan akan menang pada Pilkada Kampar. Asumsinya, karena jaringan sosial, ekonomi, dikuasai oleh incumbent, dengan struktur pemilih yang parokial dan tradisional.

"Mereka (pemilih,red) lebih patuh pada ninik mamak. Mereka lebih patuh pada tokoh masyarakat. Jika simpul-simpul ini bisa dikuasai, kemungkinan akan bisa menjadi pemenang," pungkasnya. (dod)