Lebih Sulit Dapatkan Air untuk Mencuci
kemarau berkepanjangan tampaknya masih terus terjadi di Kepulauan Meranti. Mendung yang terlihat hitam langit di atas Meranti itu, ternyata tidak membuahkan hujan.
Bahkan ramalan cuaca yang sebelumnya mengatakan Meranti akan mengalami turun hujan itupun tidak terjadi.
Akibatnya masyarakat semakin kesulitan mendapatkan air bersih. Kondisi ini juga kian mengancam semakin meluasnya ancaman kebakaran hutan dan lahan.
Pantauan Haluan Riau di Selatpanjang Rabu (6/4), dua hari sebelumnya tanda-tanda turunnya hujan itu sudah terlihat. Namun hingga Rabu siang kemarin hujan yang diharapkan turun itupun menghilang, dan langit Meranti kembali cerah. Sehingga turunnya hujan hanya tinggal harapan.
Floren, warga Selatpanjang mengaku kesulitan menghadapi kondisi kemarau berkepanjangan tersebut.
Menurutnya, saat ini mendapatkan air untuk kebutuhan mencuci pakaian lebih sulit daripada air untuk minum. Sebab air mimum masih bisa dibeli dengan air isi ulang.
Sementara kebutuhan cuci pakaian yang relatif banyak itu kemana harus dicari. Menggunakan air redang (air gambut, red), justru akan merusak warna kain. Jadi menurut ibu muda ini pemerintah harus mampu menyediakan air bersih buat masyarakat.
Sementara di tempat terpisah Plt Kepala BPBD Kepulauan Meranti M Edy Afrizal mengatakan, musim kemarau yang masih terus berlanjut ini sangat mengancam terjadinya ledakan kebakaran hutan dan lahan kembali.
Dengan kondisi cuaca kering seperti ini, selain diikuti oleh tiupan angin kencang, persediaan air dalam tanah juga kian mengering. Akibatnya di lahan-lahan tertentu kebakaranpun kadang tak bisa dihindari.
Untungnya lanjut Afizal, hingga Rabu siang kemarin hot spot nihil di Meranti. “Semoga keadaan tetap seperti ini, dan diminta kepada seluruh pihak, termasuk masyarakat agar tetap waspada Karhutla,” tambah dia.***