n Banjir di Kuansing Berpindah ke Hilir Kuantan n PLTA Koto Panjang Kurangi Buka Pintu Air

Ribuan Warga Masih Mengungsi

Ribuan Warga Masih Mengungsi

PEKANBARU (riaumandiri.co)-Hingga Rabu (10/2), banjir terus menggenangi tiga kabupaten, yakni Kampar, Rokan Hulu dan Kuantan Singingi. Akibatnya, ribuan warga masih mengungsi di tenda penampungan. Mereka belum bisa kembali ke rumah mereka yang masih terendam banjir.

Menurut Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kampar, M Nasri, setidaknya ada 5 ribu masyarakat Kampar yang masih mengungsi di tenda-tenda penampungan.
"Mereka ditampung di puluhan tenda yang tersebar di tujuh posko penanggulangan bencana," terangnya, Rabu kemarin.
Meski demikian, Nasri menyebutkan, kondisi pengungsi saat ini dalam keadaan aman terkendali, termasuk


Ribuan
kebutuhan logistik bahan makanan dan tempat tidur. "Ada posko induk di Lapangan Merdeka Kampar, ditambah posko pembantu di beberapa kecamatan," tambahnya.

Posko tersebut lengkap dengan paramedis yang bersiaga di setiap posko. Sejauh ini korban jiwa akibat banjir di Kampar, belum ada perubahan. Hanya satu orang yang diketahui meninggal pada hari pertama banjir.


Sementara setakat ini kondisi ketinggian terang M Nasri lagi, di 50 desa yang terendam mulai surut. "Ketinggian air surut dari 150 cm menjadi 78-80 cm," bebernya.

Ini disebabkan mulai dilakukannya penutupan pintu air pada waduk PLTA Kotopanjang.

"Kami sudah menerima sms baru saja dari humas PLTA, saat ini pintu air mulai ditutup sebagian," urainya.

Namun demikian kondisi ini perlu terus diwaspadai. Kalau hujan masih saja terjadi dengan intensitas tinggi di hulu Sumbar maka pintu air PLTA rawan dibuka kembali. "Harapan kita janganlah hujan lagi biar bencana ini reda," bebernya.

Kondisi serupa juga dialami korban banjir di Rokan Hulu. Hingga Rabu kemarin, ratusan kepala keluarga Warga Dusun Pelanduk, Kecamatan Kuntodarussalam, masih berada di tenda pengungsian. Hal itu disebabkan akses jalan menuju rumah kediaman mereka masih terputus akibat banjir.
"Mereka masih bertahan di tenda, karena jalan menuju rumah mereka terputus," ujar anggota DPRD Rohul, Zulfahmi.

Putusnya tiga jembatan yang menghubungkan puluhan desa di Kecamatan Kuntodarussalam termasuk desa di Kecamatan Bonaidarussalam, membuat daerah tersebut terisolir karena tidak bisa lagi berhubungan satu sama lain. Pasalnya, jembatan yang putus pasca banjir itu merupakan satu-satunya jembatan penghubung antara Kecamatan Kuntodarussalama dengan puluhan desa.

“Pada rapat musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) di tingkat Kecamatan Kuntodarussalam yang dilaksanakan tadi (kemarin, red), saya sudah titip pesan kepada Dinas PU melalui Bappeda, agar pembangunan jembatan tersebut disegerakan. Karena saat musrenbang, Dinas Bina Marga dan Pengairan tidak hadir. Mudah-mudahan aspirasi ini dapat diakomodir tahun ini juga,” tambahnya.

Pindah ke Hilir
Sementara itu dari Kabupaten Kuantan Singingi, banjir saat ini mulai berpindah ke kawasan hilir Sungai Kuantan. Sejauh ini, lahan pertanian yang terendam banjir terus bertambah menjadi 7.960 hektare. Banjir juga membuat 11.402 kepala keluarga di kabupaten itu terkurung banjir.
Terkait kondisi terkini banjir di Kuansing, Kepala Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Kadisosnaker) Kuansing, Muharlius menerangkan, banjir telah sudah merendam sebanyak 11.402 Kepala Keluarga (KK). Yakni di Kecamatan Kuantan Tengah sebanyak 2.317 KK, Gunung Toar 267 KK, Kuantan Mudik 982 KK, Kuantan Hilir Seberang 1.571 KK, SEntajo Raya 350 KK, Pangean 1.275 KK, Inuman 1.280 KK, Benai 1.194 KK, Cerenti 1.500 KK, Hulu Kuantan 66 KK, Kuantan Hilir 600 KK.
"Ini baru total sementara, dan sudah ada sebagian di bagian hulu rumah yang tidak terendam lagi karena air sungai sudah mulai surut," terangnya.

Pihaknya sudah menyalurkan bantuan untuk korban banjir sebanyak 1.200 kotak indomie, dan untuk bantuan beras saat ini sudah 20 ton dari 40 ton yang akan disalurkan. Juga bantuan lain berupa makanan dan roti untuk masyarakat. Pihaknya masih menunggu bantuan dari pemerintah Provinsi Riau yang sejauh ini belum ada yang datang.

Dari keterangan Camat Inuman Akhyan Armofis pada Rabu kemarin, air Sungai Kuantan masih terus naik dan sudah merendam ribuan rumah masyarakat. Pihaknya saat ini kesulitan untuk menuju daerah seberang karena minimnya sarana dan prasarana yang ada.

"Ketinggian air saat ini bervariasi, ada yang setinggi pinggang dan ada yang setinggi leher orang dewasa," ungkapnya.

Laporan dari Kecamatan Pangean dan Kuantan Hilir Seberang, air Sungai Kuantan masih merendam ribuan rumah masyarakat serta lahan pertanian yang ada didaerah tersebut.

Sementara data Dinas tanaman pangan saat ini banjir sudah merendam sekitar 7.960 hektare lahan persawahan yang sudah ditanami padi.

Masyarakat di daerah hilir Sungai Kuantan, saat ini tengah disibukan dengan menyelamatkan barang-barang berharga dari rumahnya. Selain itu juga sejumlah warga sudah mulai mengungsi akibat banjir.

Tidak hanya itu, banjir juga membuat aktivitas belajar mengajar jadi terganggu, karena banyak sekolah yang ikut terendam banjir.

 Data dari Dinas pendidikan mencatat, ada beberapa sekolah dasar (SD) yang terendam akibat banjir diantaranya SD 002 Lumbok Kuantan Hilir Seberang, SD 004 Pelukahan, SD 005 Pulau Baralo, SD 006 Sungai Sorik, SD 007 Pengalihan, SD 008 Pulau Baru, SDN 009 Pulau Kulur, SDN 003 Tanjung Putus dan SMPN 2 Kuantan Hilir Seberang.

"Sesuai instruksi Pak Kadis, kita turun ke lapangan mengimbau pihak sekolah untuk penyelamatan aset mulai dari buku sampai dengan meubiler yang ada," ujar Kepala Bidang Sarana Prasarana Disdik Kuansing, Nasjuneri.

Kurangi Pintu Air
Sementara itu, pengelola PLTA Koto Panjang akan mengurangi bukaan pintu air. Langkah ini ditempuh karena ketinggian permukaan air di waduk itu sudah mulai berkurang.

 Rencana pengurangan pembukaan pintu air tersebut, termaktub dalam surat dengan nomor 16.Peng/Pl-KTPJ/2016 yang ditandatangi Manajer Pusat Listrik PLTA Koto Panjang, Bayu Tuk Windriyo. Langkah itu mulai diterapkan pada Rabu kemarin sejak pukul 09.00 WIB.

Menurut rencana, pengurangan pembukaan pintu air tersebut akan dilakukan secara bertahap.
Dengan pengurangan bukaan pintu ai tersebut, diharapkan permukaan air di Sungai Kampar akan menurun secara bertahap mulai dari 80 cm hingga 200 cm dari kondisi saat ini.
 Meski demikian, masyarakat yang bermukim di hilir Sungai Kampar diminta tetap bersiaga.

Sebagai informasi, bencana banjir yang terjadi hampir seluruh di wilayah Kabupaten Kampar sejak Senin (8/2), merupakan banjir terparah sejak tahun 1978.

 Di mana ketinggian air Sungai Kampar mencapai 1,5 meter. Akibatnya, ribuan rumah warga di sepanjang aliran Sungai Kampar, terendam banjir. Langkah pihak PLTA membuka lima pintu air disebabkan tingginya air yang masuk ke dalam waduk, sebagai buntut tingginya curah hujan di wilayah Sumatera Barat. (rtc)