Pasca Teror di Sarinah, Polisi Tangkap 12 Orang

Pasca Teror di Sarinah, Polisi Tangkap 12 Orang

JAKARTA (HR)-Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri menangkap 12 orang sejak Kamis (14/1). Mereka diduga terlibat serangan teror di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat.

"Sejak Kamis malam sampai dengan hari ini, sudah dilakukan penangkapan sebanyak 12 orang. Mereka ditangkap di Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur," ujar Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti, di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (16/1).

Dari masing-masing lokasi penangkapan, tim menyita sembilan pucuk senjata api organik laras pendek, enam buah magasin, lima ponsel dan satu unit sepeda motor.

Saat ini, tim masih menginterogasi mereka di kantor polisi setempat. Tim menelusuri peran mereka dalam teror di Sarinah.

Sesuai dengan UU Nomor 15 Tahun 2003 tentang Terorisme, tim memiliki waktu tujuh hari usai ditangkap untuk menentukan ada atau tidaknya unsur pidana pada mereka.

"Jika memenuhi unsur, akan kami lanjutkan sesuai proses hukum. Jika tidak, akan kami serahkan kembali ke keluarganya," ujar Badrodin.

Soal latar belakang kelompok mereka, Badrodin belum bisa memastikannya. Namun, yang jelas mereka memiliki hubungan dengan Bahrun Naim, warga negara Indonesia yang sudah bergabung dengan ISIS di Suriah sejak 2012.

Dalam serangan di kawasan Sarinah, lima pelaku tewas. Adapun, korban peristiwa itu sebanyak 21 orang. Dua di antaranya meninggal dunia.

Sabtu (16/1), kemarin, lima jenazah terduga teroris yang melakukan teror di kawasan dekat Sarinah, Jakarta, teridentifikasi. Kelimanya teridentifikasi lewat sidik jari. "Kami sudah identifikasi nama-nama terduga pelaku teror di (dekat) Sarinah," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Mohammad Iqbal di Jakarta, Sabtu (16/1).

Kelima nama tersebut yakni  Sugito (42), Dian Juni (25), Afif alias Sunakin, Muhammad Ali (29), Ahmad Muhazan (25). Sugito dan Dian Juni ditemukan tewas di dekat Pos Pol Lalu Lintas. Keduanya diduga terkena bom. Sementara itu, Afif dan Muhammad Ali tewas ditembak polisi di halaman parkir Starbucks.

Adapun Ahmad Muhazan diduga merupakan pelaku bom bunuh diri di Starbucks. "Kondisinya, perut dan dada koyak. Ini sangat dekat dan mepet dengan pusat ledakan," kata Kabid Dokkes Polda Metro Jaya Kombes Musyafak.

Bantah Pelaku Lebih Dari Lima

Pada kesempatan itu, Kepala Polri, Jenderal Pol Badrodin Haiti, membantah pernyataan terkait pelaku teror di kawasan Sarinah, Jakarta, yang disebut berjumlah lebih dari lima orang.
"Kami tidak menemukan itu," ujar Badrodin di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (16/1).

Pernyataan pelaku teror Sarinah diduga berjumlah lebih dari lima diungkapkan AKBP Untung Sangaji, salah seorang anggota Densus 88 yang kebetulan berada di lokasi saat kejadian.

Menurut Untung, saat baku tembak terjadi, ada dua orang yang menggunakan motor bebek melaju dari lokasi kejadian ke arah Tanah Abang. Salah seorang di antaranya memakai helm.

Menanggapi kesaksian Untung, Badrodin tetap bersikukuh bahwa pelaku hanya lima orang. Menurut Untung, pernyataan anak buahnya itu spekulatif. "Waktu kejadiankan memang banyak motor di situ. Menurut saya itu pernyataan spekulatif karena kami belum melihat itu," ujar Badrodin.

Jika ada pelaku lain, Badrodin memperkirakan jarak pelaku lain dengan lokasi tidak sedekat seperti yang diungkapkan Untung. "Saya yakinnya memang ada yang memonitor kerja eksekutor itu. Tapi ya enggak sedekat itu juga," ujar Badrodin.

Senjata Teroris Sarinah Buatan Filipina

Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti, juga mengungkapkan, bahwa senjata api kelompok teroris di Sarinah merupakan buatan Filipina. Namun, dia menegaskan bahwa belum tentu senjata tersebut dipasok oleh kelompok radikal di Mindanao, Filipina.

"Apakah itu terkait sama kelompok yang di Mindano? Belum tentu. Karena belum menemukan fakta ke sana. Tetapi kalau senjata-senjata itu buatan Filipina, iya," kata Badrodin di Jakarta, Sabtu (16/1).

Di Filipina, lanjut Badrodin, pembuatan senjata cukup bebas. Bahkan, di sana ada industri rumahan untuk membuat senjata api. "Home industry di sana bisa membuat senjata. Bisa juga diperjualkan ke setiap orang, juga bisa beli senjata," kata Badrodin.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan sebelumnya Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa aliran dana kelompok teroris yang beraksi di dekat Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, berasal dari luar negeri. "Senjata sekarang kita bisa duga ada yang dari daerah Mindanao," katanya.(kc/hen)