Sedia Payung Sebelum Hujan

Sedia Payung Sebelum Hujan

Judul di atas sebenarnya adalah sebuah kata pepatah sudah sangat lazim terdengar. Bahkan anak sekolah dasar saja tahu. Artinya juga sangat jelas, bersiap-siap sebelum suatu peristiwa terjadi. Bila sudah ada payung, kita tak perlu khawatir akan basah bila hujan sewaktu-waktu turun.

Pengertian di atas, tentu saja berada dalam level yang sangat sederhana. Namun bila dikembangkan, artinya bisa sangat luas, bahkan seharusnya menjadi pegangan bagi siapa pun juga. Intinya, persiapan itu sangat perlu untuk kegiatan apa pun. Baik untuk diri sendiri, keluarga hingga pemerintahan sekali pun.

Bila melihat kondisi di Riau, yang selama ini kerap tertimpa bencana alam serta musibah lainnya, idealnya berbagai persiapan juga harus dilakukan pemerintah. Sehingga bila terjadi bencana, maka pemerintah tidak lagi kelimpungan atau kelabakan. Persiapan itu bisa direalisasikan dengan berbagai kebijakan, seperti menyediakan anggaran dana, membuat program kerja, atau menyiapkan infrastruktur yang dinilai cocok untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam.
 
Namanya juga bencana alam, tentu saja tak pernah direncanakan dan cenderung terjadi seketika. Nah, ketika itu terjadi, pemerintah maupun masyarakat tidak terlalu kelimpungan lagi, karena persiapannya sudah ada.

Untuk hal yang paling sepele saja, adalah disediakannya racun api di tempat-tempat umum. Sehingga bila terjadi kebakaran, sudah ada alat untuk memadamkannya sebelum pertolongan yang besar akan datang.

Makanya, menjadi agak aneh rasanya mengutip pernyataan Wakil Ketua DPRD Riau, Noviwaldy Jusman, yang mengatakan pemerintah Riau tidak menganggarkan dana penanganan bencana alam dalam RAPBD Riau tahun 2016. Pertanyaaanya adalah, apakah mungkin ada kealpaan dalam penyusunan anggaran tersebut.

 Semua tahu, Riau sampai saat ini adalah daerah yang masuk dalam kategori rutin menerima bencana alam setiap tahun. Baik itu bencana yang tidak direncanakan seperti banjir atau bencana yang diyakini telah ada rencananya, seperti kebakaran hutan dan kabut asap. Belum lagi bencana alam lainnya, yang kemungkinan terjadinya lebih kecil.

Bila sudah tahu kondisinya seperti ini, pernyataan Noviwaldy tersebut sebaiknya dijadikan peringatan. Mumpung kondisinya masih dalam pembahasan, sebaiknya hal itu kembali dianggarkan.

Manusia yang bijak adalah manusia yang bisa mengambil hikmah dari sebuah kejadian atau peristiwa. Dengan kondisi seperti itu, maka sangat wajarlah kiranya jika persiapan untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam itu harus mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Tak usah jauh-jauh. Di saat ini saja, banjir sudah mulai melanda sejumlah daerah di Bumi Lancang Kuning. Dalam konsisi seperti ini, bantuan dan penanganan sangatlah diharapkan masyarakat yang tertimpa musibah, khususnya dari pemerintah.

Makanya, akan aneh bila suatu saat terjadi bencana alam, pemerintah kesulitan memberikan bantuan dengan alasan tidak ada persiapan. Karena itu, mumpung masih ada waktu, sinyal itu harus segera ditangkap dan selanjutnya ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan sebaik-baiknya. ***