q 2.000 Liter Busa dari Jepang q terra Aqua Pantau 238 Hotspot

Asap Pekat Datang Lagi

Asap Pekat Datang Lagi

PEKANBARU (HR)-Setelah sempat menghilang dalam sepekan terakhir, kabut asap pekat kembali menyelimuti Kota Pekanbaru, Sabtu kemarin. Bahkan kualitas udara, terpantau berada pada level tidak sehat.  

Kabut asap cukup pekat ini diduga diakibatnya masih maraknya aktifitas kebakaran hutan dan lahan di sejumlah daerah di Pulau Sumatera, termasuk di Riau dalam tiga hari belakangan.
Dari data Badan Metrorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Sabtu sore, masih terpantau 238 titik panas di Sumatera.

"Masih ada 238 titik panas atau hotspot di Pulau Sumatera. Untuk Riau petang ini nihil. Sementara hotspot terbanyak masih ada di Sumsel 193 titik panas," ujar Kepala BMKG Pekanbaru, Sugarin.
Selain Sumsel, titik panas yang sebagian besar ditenggarai merupakan titik api kebakaran lahan juga masih terlacak di Lampung 26 titik, Babel 10 titik dan Bengkulu 5 titik.   
Aktifitas kebakaran lahan di Sumsel dan Jambi inilah yang diduga menjadi penyumbang kabut asap di Riau, khususnya Pekanbaru.
Akibat diselimuti asap, jarak pandang di Kota Pekanbaru terus menurun.

Asap
 " Pekanbaru masih 1.500 meter," tandasnya.
Busa Ajaib
Tim Satgas penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) pimpinan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sepertinya belum mampu memadamkan kebakaran lahan yang masih bergolak di Sumatera.   
Buktinya, sampai saat ini ratusan titik panas atau hotspot masih terdapat di sejumlah daerah di Sumatera, terutama Sumsel dan Jambi yang masih mendominasi.
Masih terjadinya Karhutla di Indonesia ini mendapat perhatian serius dari Pemerintah Jepang. Melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), negeri matahari terbit memberikan bantuan 2.000 liter bahan baku untuk pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
Bahan baku yang berupa busa atau foam tiba di bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang pada hari Sabtu (17/10/2015).

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, produk busa dengan nama Miracle Alpa Plus ini terbungkus di dalam jeriken dengan isi 20 liter. Bantuan yang telah dikirimkan baru 50 jrigen dan sisanya akan tiba Senin besok (19/10).

Bantuan JICA tersebut kemudian ditempatkan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Selatan yang sekaligus sebagai Pos Komando Satuan Tugas Siaga Darurat Bencana Asap.

Miracle Foam dapat digunakan baik dengan air bersih atau air laut. Morita Holdings Corporation sebagai produsen Miracle Foam diklaim sebagai bahan yang ramah lingkungan.

Foam tidak mengandung bahan beracun dan PFOS seperti hormon lingkungan dan logam berat. PFOS merupakan bahan yang mengandung senyawa organ fluoric yang di masa depan akan diatur dalam undang-undang yang berkenaan dengan larangan bahan kimia penelitian dan pabrikasi. Bahan ini dapat terurai lebih baik daripada bahan busa lainnya.

Busa yang memiliki tanggal kadaluwarsa 4 tahun ini merupakan cairan bertekanan rendah, hanya digunakan dengan 1% perbandingan campuran dengan air bersih atau laut.

"JICA telah memberikan dukungan dalam pemadaman kebakaran hutan dan lahan gambut selama 20 tahun. Kami mengharapkan bantuan ini dapat memberikan kontribusi dalam pemadaman yang dipimpin oleh BNPB", kata Ando Naoki, Kepala Perwakilan JICA Indonesia.

Direktur Bantuan Darurat BNPB Eko Budiman menerima secara simbolis bantuan Jepang dari JICA pada Sabtu (17/10/2015) di Posko Satuan Tugas Siaga Darurat Bencana Asap.

Terkait dengan bantuan busa Miracle Foam Plus, JICA juga mengirimkan dan menempatkan seorang ahli Moritaka Kiyoshi untuk menjelaskan penggunaan bahan baku busa tersebut.(yuk)