Delapan Pembajak Asal Indonesia Tertangkap di Vietnam

Delapan Pembajak Asal  Indonesia Tertangkap di Vietnam

KUala Lumpur (HR) - Delapan warga negara Indonesia ditangkap di Vietnam, Jumat (19/6), setelah kabur menggunakan kapal dari tanker Malaysia Orkim Harmony, yang mereka bajak pada 11 Juni lalu.

Dilansir dari The Star, Komandan Angkatan Laut (AL) Malaysia Laksamana Tan Sri Abdul Aziz Jaafar, mengakui penangkapan delapan orang, namun belum dikonfirmasi apakah mereka pelaku pembajakan tanker Malaysia.

"Mereka ditemukan dekat Pulau To Chu sekitar pukul 06.30, mereka menggunakan perahu penyelamat, mengaku berasal dari kapal penangkap ikan yang tenggelam," kata Jaafar.

Kini delapan orang Indonesia itu masih menjalani pemeriksaan. Delapan orang pembajak dilaporkan kabur dari tanker Orkim Harmony, pada Kamis malam, 18 Juni, setelah sebelumnya meminta kapal AL Malaysia menjauh.

"Mereka mengatakan jika kami tidak menjauh, mereka akan melukai kru. Jadi kami menggerakkan kapal. Saat kami melakukannya, mereka menurunkan kapal penyelamat dan melarikan diri," ucap Jaafar.

Dia mengatakan tidak menduga para pelaku akan melakukan itu. Kaburnya para pelaku baru diketahui pada Jumat, dini hari, ketika kapten tanker menghubungi kapal perang Malaysia, KD Terengganu.
Lima WNI Selamat

SEmentara, lima anak buah kapal  asal Indonesia dipastikan selamat setelah sempat menjadi sandera para perompak di dalam kapal dagang Malaysia, MT Orkim Harmony. Namun, salah satu dari lima ABK itu, mengalami luka-luka akibat ditembak kelompok perompak. Korban menderita luka tembak di bagian paha kakinya.

"Sekarang kapal sudah ketemu, lima ABK kita Alhamdulilah selamat, tapi satu terluka," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (19/6).

Menlu Retno menuturkan, seluruh ABK WNI saat ini sudah berada di bawah perlindungan KBRI di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, tidak dijelaskan siapa WNI yang terkena luka tembak.

Sedangkan ABK yang terluka masih menjalani perawatan medis untuk mengangkat peluru yang bersarang di tubuhnya di rumah sakit Malaysia.

KBRI juga akan memfasilitasi pemulangan dan juga perjumpaan para ABK dengan keluarganya.

Retno menambahkan, saat kapal bermuatan  6.000 ton metriks BBM jenis Pertamax Plus senilai 21 juta RM atau setara Rp75 miliar itu hilang,  pihaknya sudah maksimal melakukan komunikasi dengan Malaysia. Bahkan, pemerintah ikut memantau keberadaan kapal pada saat belum dapat dilokalisir.

"Saat ini, kata Retno, kapal itu sudah berada di Kuantan," ujar Retno. (viv/ivi)