Sejumlah Alat ISPU di Pekanbaru Tidak Berfungsi

Sejumlah Alat ISPU di Pekanbaru Tidak Berfungsi

RIAUMANDIRI.CO - Alat yang digunakan untuk mengukur Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Pekanbaru tidak berfungsi dengan baik. Sejak tahun 2019, empat Alat Air Quality Monitoring System (AQMS) sudah tidak aktif. Hal ini membuat masyarakat khawatir tentang kualitas udara yang sering terkena asap akibat kebakaran lahan.

Kepala Bidang PPL-PLB3 DLHK Kota Pekanbaru Mifta Nurawati Matin mengakui bahwa AQMS sudah rusak sejak tahun 2019. Ia mengatakan bahwa alat-alat tersebut membutuhkan rekondisi agar dapat berfungsi lagi dengan baik.

"Namun, biaya yang dibutuhkan untuk rekondisi mencapai sekitar 9 miliar rupiah. Pengajuan biaya sudah dilakukan, namun belum disetujui," ujarnya, Selasa (8/8/2023)

Untuk mengatasi masalah ini, DLHK Kota Pekanbaru mengimbau masyarakat untuk menggunakan aplikasi ISPU Net yang disediakan oleh KLHK. Aplikasi ini dapat diakses melalui ponsel dan menampilkan informasi tentang kualitas udara secara real time di Indonesia. Aplikasi ini juga menampilkan data lainnya seperti parameter kritis, kelembapan, tekanan udara, suhu, dan grafik parameter.

Menurut Mifta Nurawati Matin, kualitas udara di Pekanbaru saat ini berada pada kategori sedang (51-100). Kondisi ini masih dapat ditoleransi oleh kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan. Namun, ia tetap mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dan menghindari aktivitas di luar ruangan jika tidak perlu.

1.042,53 Hektare Lahan Terbakar

Karhutla di Riau kembali terjadi seiring masuknya musim kemarau kering akhir Juli lalu. Kemarau beriringan dengan Fenomena El Nino ini diprakirakan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) berlangsung hingga akhir Agustus.

Sejak akhir Juli, sudah puluhan hektare lahan menjadi abu. Kebakaran lahan terjadi di perkebunan sawit, semak belukar hingga kawasan hutan sehingga kembali menyibukkan petugas.

Selain pemadaman, penindakan juga dilakukan oleh polisi. Sejumlah terduga pembakar lahan ditangkap dan ditahan mempertanggungjawabkan perbuatannya meskipun sifatnya masih perorangan.

Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau mencatat hingga 2 Agustus 2023, luasan lahan yang terbakar mencapai 1.042,53 hektare. Luasan dimungkinkan bisa bertambah mengingat kondisi alam dan angin yang kencang serta tanah gambut cukup dalam.

Karhutla di 12 kabupaten/kota di antaranya paling tinggi yakni Kota Dumai seluas 816,5 hektare, dan terendah Kuansing seluas 2 hektare. Urutan selanjutnya yakni Kabupaten Bengkalis 319,5 hektare, dan Rohil 180.50 hektare.

Kemudian, di Kabupaten Pelalawan 91.23 hektare, Kampar 60.52 hektare, Inhil 54.07 hektare dan Indragiri Hulu (Inhu) 48.70 hektare. Disusul oleh Siak 39.24 hektare, Pekanbaru 35.21 hektare, Rohul 26.40 hektare, dan Kepulauan Meranti 18.25 hektare.