NELAYAN SEI GAYUNG KIRI BERHARAP

Pemerintah Bantu Pengadaan Jaring

Pemerintah Bantu Pengadaan Jaring

SEI SEI GAYUNG KIRI (HR)- Delapan orang Nelayan tradisional dari Desa Sei Gayung Kiri Kecamatan Rangsang yang mengalami kerusakan jaring gumbang tahun lalu, masih berharap adanya uluran tangan pemerintah.

Sudah setahun lebih kejadian yang merusak jaring gumbang milik nelayan tradisionil dari Desa Sei Gayung Kiri yang mengakibatkan 64 jaring gumbang itu tidak bisa digunakan akibat terkena limbah.

Dan kejadian itu juga sudah disaksikan pemerintah daerah melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Meranti, bersama Badan Lingkungan Hidup  yang turun menyaksikan kondisi jaring gumbang yang terkena limbah cair itu.
 
“Semua jaring kami sama sekali tidak bisa lagi digunakan. Dan saat kejadian itu kami juga sudah mengajukan permohonan penggantian kepada dinas terkait, sehingga kami segera bisa melaut kembali," ungkap Sutrisno, nelayan tradisional Desa Sei Gayung Kiri kepada Haluan Riau lewat ponselnya Senin kemarin.

Menurutnya, pihaknya meminta uluran tangan pemerintah, karena musibah yang dialami datangnya dari laut. Berupa limbah yang tiba-tiba menyerang  jaring yang sedang terbentang di perairan yang berdekatan dengan Selat Malaka itu.

"Tentulah kami mengadukan hal itu ke pemerintah daerah. Sebab jika jaring kami rusak karena dimakan usia, tentu kurang etis kalau hal itu kami sampaikan ke pemerintah," katanya.

Walaupun pada dasarnya hal itu tidak dilarang, Dan sewajarnya pula kalau pemerintah membantu para nelayan tradisional untuk bisa kami nafkahi keluarga.

Sementara yang dialami yakni kerusakan jaring sebanyak 640 buah milik 8 nelayan itu memang terjadi karena terkena limbah cair, yang dengan tiba-tiba merusak jaring tersebut. Limbah yang mengena pada jaring itu serta merta membuat jaring mengeras, lalu rapuh dan kemudian putus.

"Untuk itu kami berharap agar pemerintah daerah Kepulauan Meranti bisa memahami kondisi kami nelayan tradisionil yang hanya bisa cari pagi untuk makan sore. Sementara sejak jaring kami rusak kami hanya bisa mencari kerja yang tidak menetap," katanya.

Pihaknya juga tidak memiliki kemampuan lain untuk mencari nafkah. Sebab hanya mengandalkan hidup dari hasil tangkapan ikan di laut.

"Untuk itu kami berharap uluran tangan pemerintah agar pengadaan jaring gumbang tersebut bisa segera terealisasi,”harap Sutrisno seraya menyebut nama nelayan kelompok mereka yang terkena musibah itu yakni, Huri, Syamsir Yamir, Sony, Abi, Boidi, Tianpeng dan Pihong. Adapun harga satu keping jaring itu senilai Rp420 ribu. (jos)