Indonesia Kerap jadi Serangan Siber, Rudiantara Ingatkan Masyarakat Rutin Ganti PIN

Ahad, 30 Mei 2021 - 11:12 WIB
Rudiantara (Ist)

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Mantan Menkominfo Rudiantara mengungkapkan, Indonesia kerap menjadi sasaran serangan siber dan bahkan Indonesia menjadi negara ketiga yang paling banyak mendapat serangan.

"Hari ini Indonesia masuk nomor tiga setelah Mongolia dan Nepal, negara yang menjadi target attack. Sampai jam hari ini sudah ada 8 juta attack di dunia. Jadi setiap detik ada malware, bukan hacking, bukan phising," kata Rudiantara dalam Gelora Talk 'Sistem Keamanan Nasional di Era Digital bersama Ketua Umum Partai Gelora Indonesia Anis Matta dan pakar intelijen dan keamanan Andi Wijayanto, di Gelora Media Centre, Jakarta, Sabtu (29/5/2021) petang.

Dijelaskan, malware adalah perangkat lunak yang ditujukan untuk memanipulasi hingga mencuri data digital. Sedangkan hacking merupakan aktivitas penyusupan ke dalam sebuah sistem komputer ataupun jaringan dengan tujuan untuk menyalahgunakan ataupun merusak sistem.

Sementara phising adalah sebuah upaya menjebak korban untuk mencuri informasi pribadi, seperti nomor rekening bank, kata sandi, dan nomor kartu kredit.

Aksi phising bisa dilancarkan melalui berbagai media seperti e-mail, media sosial, panggilan telepon, dan SMS, atau teknik rekayasa sosial dengan memanipulasi psikologis korban.

"Ini terjadi ini dunia nyata kita, ini bukan menakut-nakuti. Ini memberi awarenesses betapa attack itu secara global terus menerus terjadi," jelasnya.

Rudiantara meminta masyarakat rajin mengganti personal identification number (PIN)atau password secara rutin dalam menjaga kemananan data sehari-hari di era digital. Ia menganalogikan menjaga keamanan data seperti menjaga dompet. 

"Siapa yang berani simpan dompet di restoran tanpa diawasi? Semua kan disimpan di kantong baik-baik. Nah sama seperti di keamanan digital kita harus selalu ikhtiar. Ikhtiarnya apa? Dengan disiplin, dengan konsisten, menjaga kerahasiaan PIN, password," ujarnya.

Sementara itu, pakar intelijen dan keamanan Andi Wijayanto mengatakan, Indonesia sudah saatnya memperkuat teknologi di era digital untuk keamanan nasionalnya.

"Untuk amankan siber kita, untuk memperkuat keamanan nasional kita, kuncinya teknologi," kata Andi.

Namun, penguatan teknologi digital Indonesia saat ini terhambat, karena pandemi Covid-19. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) yang terbentuk pada 2017 lalu, tidak dalam kondisi ideal untuk membangun infrastruktur, karena keterbasan pengalokasian anggaran. 

"Kepalanya sedang berupaya transformasi BSSN. Tiba-tiba 'boom', Covid-19. Jadi tertunda yang direncanakan. Karena harus prioritaskan Covid-19. Moga-moga pandemi segera berakhir," pungkasnya.

Editor: Redaksi

Tags

Terkini

Terpopuler