Semua Penerbangan Terganggu

Kamis, 03 September 2015 - 08:35 WIB
Ribuan calon penumpang menumpuk di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Rabu (2/9). Kabut asap tebal membuat seluruh jadwal penerbangan di bandara ini jadi terganggu.

PEKANBARU (HR)-Kabut asap masih terus mendera Bumi Lancang Kuning. Kondisinya malah semakin mengkhawatirkan. Bahkan sepanjang Rabu (2/9) kemarin, aktivitas penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, terganggu. Seluruh penerbangan mengalami penundaan dari jadwal semula.

Tidak hanya itu, kondisi udara juga makin mencemaskan. Setelah Kota Duri, giliran udara Kota Pekanbaru yang masuk dalam kategori berbahaya.

Sepanjang Rabu kemarin, Indeks Standar Pencemar Udara Kota Bertuah sudah melebihi ambang, yakni 370 Psi yang berarti sudah membahayakan kesehatan. Buntutnya, aktivitas sekolah pun lumpuh. Para siswa dipulangkan lebih awal dari jadwal biasa.

Tidak saja di Pekanbaru, sejumlah daerah lain di Provinsi Riau juga telah terlebih dahulu mengambil kebijakan untuk meliburkan para siswanya. Hal itu juga diakibatkan kabut asap yang kian hari kian menebal sehingga bisa merusak kesehatan masyarakat.

Duty Manager Bandara SSK II Pekanbaru, Hasnan, mengakui seluruh penerbangan menuju Pekanbaru mengalami delay. Pesawat yang seharusnya mendarat pada pukul 07.30 WIB terpaksa mendarat pada pukul 11.30 WIB.

 Sedangkan untuk maskapai dari Pekanbaru menuju Jakarta hanya maskapai yang berangkat pada pukul 06.30 WIB.

"Jarak pandang pada pagi hari 400-500 meter, jadi rata-rata maskapai datangnya terlambat karena mengalami delay," terangnya.

Dijelaskan Hasnan, untuk jamah haji Riau, yang akan berangkat menuju Batam juga mengalami keterlambatan. Pesawat yang seharusnya berangkat pada pukul 11.30 WIB hingga pukul 14.00 WIB belum juga diberangkatkan.

 Kondisi tersebut dikarenakan pesawat Lion Air dari Batam, baru mendarat pada pukul 14.00 WIB.

Sedangkan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Pekanbaru, Zulfadil, kebijakan untuk meliburkan seluruh sekolah  di Pekanbaru, berlaku mulai Rabu hingga Kamis hari ini. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi semakin buruknya kualitas udara di Pekanbaru.

Namun keputusan itu tidak bersifat mutlak, karena disesuaikan dengan perkembangan kondisi kabut asap. "Kalau pada hari Jumat nanti, kualitas udara masih buruk atau tidak sehat, kita kembali akan meliburkan sekolah- sekolah," katanya lagi.

Kadiskes Riau Andra Sjarief menuturkan, kondisi udara Pekanbaru yang sudah melebihi 370 Psi, sudah sangat berbahaya bagi kesehatan. Pihaknya juga telah mengeluarkan surat edaran ke kabupaten/kota di Riau, untuk meliburkan para siswa. Khususnya bagi siswa yang berusia di bawah 10 tahun, karena kesehatan mereka paling rentan terganggu akibat kabut asap yang sudah berbahaya tersebut.

"Memang semua tergantung kebijakan pemerintah daerah setempat. Sebaiknya sekolah mulai lagi kalau ISPU sudah menunjukkan angka di bawah 200," sarannya.

Sementara itu, komandan satuan tugas (Satgas) penanggulan kebakaran lahan dan hutan (Karlahut), yang juga Danrem 031 WB, Brigjen Nurendi, mengatakan, tim satgas Karlahut terus bekerja memadamkan api yang terdapat di seluruh wilayah di Riau. Terutama wilayah Kabupaten Inhil, Inhu dan Pelalawan.

"Prioritas kita bagaimana bisa menyelamatkan masyarakat terutama kesehatan. Tetap melaksanakan kegiatan sambil berjalan melakukan pemadaman api yang muncul di wilayah yang belum dapat padamkan," ujar Bigjen Nurendi, saat rapat di Posko Karlahut, Lanud Roesmin Nurjahdin, Pekanbaru.

Dijelaskan Danrem, semakin pekatnya kabut asap di Riau ini diakuinya akibat kebakaran hutan di wilayah Riau yang semakin banyak. Ditambah lagi asap kiriman dari Provinsi tetangga Jambi dan Sumatera Selatan.

Terkait penggunaan helikopter untuk water bombing, Plt Gubri Arsyadjuliandi Rachman, melalui Kabiro Humas Darusman mengatakan, pemerintah pusat telah mengizinkan penggunaan tiga helikopter untuk pemadaman api dari udara. Sebelumnya, tiga helikopter itu sudah ditarik dari Riau, karena kebakaran hutan dan lahan sempat berkurang.

Ditambahkannya, Plt Gubri juga mengeluarkan tujuh instruksi. Pertama, menginstruksikan kepada masyarakat agar mengurangi aktifias kegiatan di luar rumah. Kedua setiap masyarakat yang akan beraktifitas menggunakan masker dan banyak mengkonsumsi air putih. Ketiga mempertimbangkan untuk meliburkan anak didik khususnya PAUD, TK dan SD sesuai dengan kondisi udara. Keempat, bagi anak didik kelas tinggi yang menghadapi ujian tetap bersekolah dan mengurangi aktifitas di luar. Kelima, menjalankan roda perekonomian secara optimal dengan menjaga kesehatan. Menghimbau kepada masyarakat untuk selalalu bekerjasma dalam mencegah dan memadamkan api yang terjadi saat ini. Dan terakhir, melaksanakan koordinasi dengan aparat penegak hukum terkait tindakan tegas, cepat dan benar terhadap setiap orang yang dengan sengaja melakukan pembakaran hutan dan lahan.

Sementara itu, Kepala BPBD Riau, Edwar Sanger, mengatakan, dari pantauan BMKG, tercatat hotspot di wilayah Sumatra mencapai, 663 hotspot. Untuk Riau sendiri tercaat sebanyak 178, Pelalawan terbanyak hingga mencapai 66 hotspot. Bengkalis 7, Meranti, 1, Kampar 4, Dumai 4, Kuansing 21, Rohil 6, Rohul 6, Inhil 26, dan Inhu 41.
 

Minta Presiden Turun

Wakil Ketua DPRD Riau, Noviwaldy Jusman mengtakan, pihaknya telah meminta presiden turun kembali ke Riau untuk ikut mengatasi kabut asap. "Saya sudah mengirim SMS ke  Ajudan Presiden , yang isinya meminta agar Presiden  turun ke Riau dengan membawa pasukan seperti yang dilakukan Presiden SBY dulu, untuk mengatasi kabut asap yang sudah membahayakan saat ini," ujarnya.

Dewan meminta pusat untuk mengembalikan Pesawat CN 295 untuk menyemai garam guna membuat hujan buatan untuk memadamkan titik api di Riau. Pasalnya, Riau sangat membutuhkan pesawat tersebut apalagi kondisi kabut asapnya sudah gawat darurat dalam beberapa hari terakhir ."Kita minta pesawat CN 295 itu dikerahkan ke kita lagi, saya sudah minta Gubri mengurusi dan Gubri akan berangkat ke Jakarta untuk mengurus agar pesawat itu dibawa kembali ke Riau," terang Noviwaldy. (nur, nie, her, rud)

Editor:

Terkini

Terpopuler