Awal 2015, Petani Karet Terus Menjerit

Selasa, 13 Januari 2015 - 09:53 WIB
ILUSTRASI

TELUK KUANTAN (HR)-Memasuki tahun 2015, belum ada tanda-tanda kenaikan harga karet. Para tengkulak masih membeli karet olahan dengan harga Rp6000 sampai Rp6500 per kgnya.

Kondisi ini semakin menghimpit perekonomian petani. Seperti yang dikatakan Rio (35), yang sehari-hari menggantungkan hidup di pohon karet.

Untuk beli cabe saja susah, apalagi untuk jajan anak-anak. Situasi semakin sulit, ketika hasil karet tersebut harus dibagi dengan pemilik kebun.

"Kita tak punya kebun, hanya motong ditempat orang dengan sistem bagi hasil," katanya. Dalam kondisi tertekan seperti ini, Rio tak bisa berbuat apa-apa selain berharap harga karet kembali normal.

Sepantasnya, kalau bicara pantas, harga karet Rp15 ribu per kg. Baru bisa menopang perekonomian.
Sementara itu, Jaya yang juga petani karet mengaku berhenti memotong. Pasalnya, penghasilan dari karet tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

"Saya berhenti motong dan memilih untuk ikut mendompeng bersama keluarga. Tapi itu pula, kita sering dikejar-kejar polisi karena kegiatan ilegal ini," katanya.

Jaya belum yakin harga karet akan mengalami kenaikan yang signifikan di tahun 2015 ini. Untuk itu, ia hanya berharap pemerintah punya solusi agar harga karet normal kembali. "Kami mengawali tahun ini dengan buruk, harga karet tak kunjung naik. Sementara, harga sembako cukup tinggi," tutupnya. (mg2)

Editor:

Terkini

Terpopuler