Meranti Pantas Jadi Cluster Sagu Nasional

Selasa, 07 Juli 2015 - 11:08 WIB
Melihat sagu dari dekat, Presiden Jokowi bersama Ibu Negara berkunjung ke Sei Tohor. Diabadikan bersama Bupati, Sekdakab, Gubri, Kapolda dan Danrem belum lama ini.

KEPULAUAN Meranti satu-satunya daerah di Provinsi Riau, bahkan di Indonesia menjadi sebuah daerah termaju di bidang persaguan saat ini. Memiliki struktur  tanah yang sangat men-dukung terhadap budidaya tanaman sagu.

Dan sejak lama  sagu yang ada juga sudah dikelola dengan baik. Bahkan belakangan tata kelola tanaman jenis rumbia ini, mulai pembibitan, penanaman dan pengolahan, telah dikelola dengan teknologie maju.

Sehingga sagu yang di Kepulauan Meranti sudah disebut dengan perkebunan sagu. Berbeda jauh dengan keberadaan sagu di bagian Indonesia Timur mengatakan, sagu yang ada di sana mulai dari Maluku hingga ke Papua, sagu yang ada masih disebut hutan sagu.

Walau luasnya berjuta hektar, namun masih belum dikelola secara profesional.
Akhirnya pemerintahan dari beberapa provinsi di bagian timur Indonesia itu sengaja datang ke Meranti untuk belajar bagaimana mengelola tanaman sagu yang sebenarnya.
 
Tanah gambut di bumi Meranti yang berkedalaman tebal itu  ternyata sangat ideal membudidayakan tanaman sagu tersebut. Sebab tanaman sagu   menjadi subur dan berkembang pada lahan basah atau disebut tanah berawa.

Gambut tersebut otomatis menyimpan cadangan air yang cukup, sehingga pertumbuhan tanaman sagu itu, tidak mengenal istirahat.

Sebab pola hidupnya berlanjut turun temurun, bagaikan pokok pisang yang jika sebelum induknya ditebang, justru tunas atau anakan sudah tumbuh sebelumnya. Demikian tanaman sagu ibarat pepatah mengatakan, patah satu tumbuh seribu.

Menyimpan Cadangan Air
Akhirnya, tanaman sagu menjadi tanaman yang bisa diwariskan secara turun temu run itu.
Pada dasarnya di tanah gambut sangat jarang terjadi banjir. Karena berapapun volume air yang tertumpah, oleh gambut yang ketebalannya 4 hingga 8 meter itu senantiasa dapat diserap dan disimpan oleh akar tumbuhan sagu.

Jika di musim penghujan, akar sagu berfungsi sebagai penyerap atau penyimpan air, dan ketika musim kemarau, akar itu juga akan terus mengeluarkan air. Sehingga tanah tetap lembab, bahkan perkampungan di pedalaman, menjadikan rumpun tanaman sagu tersebut menjadi sumber air bagi kebutuhan rumah tangga.

Sebab di dekat rumpun sagu itu akan digali sumur untuk kebutuhan rumah tangga termasuk dijadikan air minum tanpa harus dimasak terlebih dahulu. Karena memang air dari sumur yang dekat dengan rumpun sagu rasanya segar dan tidak mengandung bakteri.

Tanaman Tua Turun-temurun
Tumbuhan ini terdapat di seluruh desa yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti. Sagu juga telah lama dikenal oleh masyarakat. Sebab sejak ratusan tahun lalu, taman sagu telah menjadi salah satu komoditi dagang yang cukup menonjol di kepulauan tersebut.

Hal ini sebenarnya membuat masyarakat Meranti sejak lama tidak mengenal yang namanya masa sulit pangan yang lazim disebut masa paciklik itu.

Sebab satu tual pokok sagu, itu sudah bisa menafkahi hidup satu keluarga setidaknya untuk satu bulan. Satu tual sagu bisa menghasilkan 20 hingga 30 Kg tepung.

Dengan kondisi tanah yang sangat mendukung, setiap pokok sagu akan menghasilkan rendemen yang tinggi.

Sagu kering itu dijadikan konsumsi hidup keseharian, yang hanya disertakan lauk yang diambil dari hasil laut seperi ikan lomek yang menjadi padu padan, saat memakan sempolek yang nikmat dan menyehatkan tubuh itu.

Tradisi yang turun temurun ini, sebenarnya membuat masyarakat Kepulauan Meranti dari dulunya boleh dikatakan menjadi kurang agresif, sebab kondisi wilayah yang memang membuat penduduknya terkesan manja.

Dan anehnya, walau sagu itu dikelola secara tradisional, namun kebutuhan pangan masyarakat akan terus berkecukupan.

Jadi pada dasarnya masyarakat yang memiliki kebun sagu, tidak pernah ketakutan akan kekurangan makanan. Sebab bahan makanan dari sagu juga memberikan kebutuhan karbohidrat yang cukup.

Dulunya masyarakat belum mengenal industri sagu, melainkan mulai sejak penanamannya hingga perawatan juga pasca panen, dilakukan secara tradisional.

Sehingga jauh dari bahan kimia yang mencemari, sebab sejak ditanam tidak mengenal namanya pupuk kimia. Akhirnya mengonsumsi sagu, tubuh akan tetap sehat, karena tidak mengenal adanya bahan pengawet, sebagaimana tercemarnya berbagai jenis makanan dewasa ini.

Tanam Sekali Nikmati Hasil hingga Tujuh Keturunan
Tanpa harus bersusah payah bagaikan mengerjakan lahan pertanian lainnya, sagu cukup mudah dirawat.
Dan menanam satu kali, anakan atau tumbuhan berikutnya akan terus bermunculan hingga sampai ke beberapa generasi berikut.

Jauh berbeda dengan tanaman lainnya seperti kelapa sawit. Pekebun sawit harus menanam setiap satu siklus. Dan pohon sawit itu sendiri tidak pernah menumbuhkan tunas baru.

Sedangkan pohon sagu memiliki anakan  yang disebut F1, bahkan hingga  F sekian. Sementara anakannya juga akan berpotensi tumbuh subur, sesuai dengan tingkat kesuburan lahan perkebunan sagu itu.

Sehingga pada umumnya orang-orang di Meranti terutama keturunan Tionghoa yang makmur dan bisa berjaya di negeri orang, diberangkatkan oleh keberadaan sagu dan kilang sagu yang dimiliki oleh keluarganya secara turun temurun itu.

Saat ini di Meranti banyak terdapat kilang sagu, baik yang bergabung dengan koperasi maupun berdiri sendiri. Kebun dan kilang sagu itu dua komponen yang saling membutuhkan.

Hampir dipastikan,  dimana ada kebun sagu di situ ada kilang sagu. Karena memang setiap kebun terutama kebun yang berukuran luas, dipastikan akan memiliki kilang pengelohannya.

Namun demikian sejauh ini belum didapatkan kepastian data mengenai luas kebun sagu milik masyarakat, sebab cukup sulit menyusuri informasi kebenaran kepemilikan kebun sagu itu.

Karena ukuran yang lazim digunakan mengenai luas sagu diukur dengan satuan jalur. Sedangkan satu jalur itu sendiri diukur dengan panjang depa. Sehingga untuk mengetahui luas kebun sagu dan siapa pemiliknya, karena memang status hukum dari perkebunan sagu tersebut sejauh ini juga belum diakui oleh pemerintah pusat.

Barangkali ini juga menjadi kendala bagi para pengusaha atau pemiliki kebun sagu, sehingga tidak mau tampil di depan dalam berbagai keperluan. Termasuk potensi pajak dari kebun sagu milik rakyat tersebut, terkesan masih belum tergali.

Tanaman Unggulan Meranti
Menjadi tanaman unggulan di seluruh Kepulauan Meranti, karena sagu memang memberikan kecukupan bagi masyarakat. Sagu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh tanaman kehidupan lainnya. Seperti kelapa, sawit dan komoditas pertanian atau perkebunan lainnya.

Sagu tidak mengenal busuk, sebab tual sagu sejak ditebang masih bisa disimpan untuk beberapa lama sebelum diolah di kilang sagu, ataupu diolah sendiri secara manual.

Asal saja terendam oleh air, baik oleh air tawar, maupun air air asin tidak menjadi soal. Apalagi setelah menjadi tepung kering, maka akan lebih lama untuk disimpan untuk persediaan bagi kebutuhan rumah tangga.

Umumnya masyarakat Kepulauan Meranti sejak dari zaman nenek moyang dahulu kala, menjadikan sagu sebagai makanan pokok. Belakangan juga makanan dari turunan sagu sudah diperkaya dengan puluhan jenis makanan kuliner dari bahan sagu.

Meranti selain memiliki produksi sagu terbesar juga dikenal dengan daerah wisata kuliner dari makanan berbahan sagu itu. Pengolahan sagu itu sendiri secara tradisional mulai sejak ditebang, lalu dikupas kulitnya kemudian diracah lalu diperas dan disaring untuk mendapatkan patinya.

Pati sagu itu juga, baik untuk dijadikan sagu basah maupun sagu kering selanjunya diolah menurut jenis kuliner yang dinginkan.

Bekerja Sama dengan BPPT
Potensi perkebunan sagu yang tergolong maju selangkah dari daerah penghasil sagu lainnya di Indonesia, membuat pemerintah kabupaten terus berupaya meningkatkan mutu dan kualitas sagu dari Meranti.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengangkat issu sagu tersebut untuk bisa dijadikan sebagai bahan cadangan pangan nasional di luar beras. Apalagi ancaman krisis pangan yang terjadi dewasa ini sangat mengancam masa depan pangan nasional.

Untuk itu komoditi sagu sangat tepat jika dijadikan menjadi pangan alternatif di luar beras. Sebab pangan sagu juga memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, namun rendah kandungan gulanya.

Hal ini juga mendasari Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti pada tahun 2014 lalu mengadakan festival sagu nasional pertama di ibukota. Kegiatan festival sagu tersebut mengundang perhatian dari seluruh Indonesia terutama dari daerah-daerah penghasil sagu selama ini.

Dalam kesempatan itu juga Meranti berhasil mengajak masyarakat Jakarta untuk mencicipi berbagai jenis makanan berbahan sagu itu.

Seperti kuliner sempolek, mie sagu, rendang sagu dan berbagai jenis kuliner lainnya yang mendapat antusiasme tinggi dari penduduk ibukota.

Varitas Bibit Unggul
Sejak tahun 2012 lalu Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti, dalm hal ini Dinas Perkebunan telah melakukan kerjasama dengan Badan Pengkajian Penerapan Teknologie (BPPT) pusat, untuk pengembangan potensi sagu di Meranti. Mulai dari penemuan varitas bibit unggul yang akan dijadikan bibit sagu di masa datang.

Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti mengakui, hasil kerjasama dengan pihak BPPT tersebut telah menghasilkan variates unggul yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut.

Bibit ini memiliki berbagai kelebihan da-ri bibit biasa, sehingga dianjurkan untuk  ditanam di perkebunan rakyat maupun perkebunan yang dikelola perusahaan.  Dengan perhitungan masa panen lebih cepat, dan bobot lebih berat serta rendemen yang semakin tinggi.

Meranti Miliki HTI Sagu
Tanaman sagu sejak lama memang sudah dikenal luas di Kepulauan Meranti. Namun salah satu peru-sahaan yang sebelumnya memegang izin hak penguasaan hutan (HPH) yang beroperasi di Kabupaten Kepulauan Meranti.

Adalah PT National Timber and Fores Product memiliki izin Hutan Tanaman Industri Sagu yang menjadi perusahaan pertama di Indonesia mendirikan usaha HTI dengan menanam sagu.

Setelah sekian lama berjalan, kemudian bermitra dengan perusahan anak dari PT Sampurna yang akhirnya me-namai usaha baru itu dengan PT National Sago Prima (NSP)
Saat ini perusahaan tersebut memiliki kantor cabang di Desa Kepau Baru dengan kantor pusatnya di Jakarta. Perusahaan ini hanya bergerak di bidang pengembangan HTI Sagu.Mulai dari penanaman, pengolahan dan pemasaran.

PT NSP datang  ke Meranti dengan membawa investasi dengan nilai yang cukup fantastis. Perusahaan ini, selain membangun perkebunan sagu dengan pola dan teknik modern, juga membangun pabrik dengan teknolgie tinggi.

Perusahaan anak PT Sampurna ini memiliki luas konsesi lahan yang akan dijadikan kebun sagu seluas 21.418Ha.

Saat ini sagu yang sudah bisa dipanen seluas 5.000 Ha. Sementara kapasitas pabrik bisa mengolah tual sagu sebanyak 5.000 tual setiap hari, dengan target produksi tepung kering 100 ton per hari.
Untuk saat ini perusahaan tersebut baru mampu mengolah tual sagu sekira 2000 tual/ hari dengan produksi tepung kering sekira 30 ton/ hari.

Hingga saat ini luas tanaman sagu yang sudah ditanami seluas 12 ribu hektar. Dan perencanaan penanaman kedepan akan terus berlanjut seiring dengan luas lahan yang tersedia.

Harry Susanto, Direktur Cabang PT NSP Kabupaten Kepulauan Meranti berujar kehadiran perusahan itu tidak semata untuk keuntungan perusahaan belaka, namun juga turut mengemban misi pemerintah daerah untuk memberikan yang terbaik bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat secara makro.

Menurutnya, investasi yang ditanam pada HTI Sagu cukup besar dan dengan pengembalian yang cukup lamban. Namun diyakini usaha di bidang persaguan ini, kedepannya akan mengalami kemajuan. Terutama setelah ada hasil penelitian yang berhasil mengolah sagu menjadi beras, yang bentuknya hampir sama dengan bentuk beras.

Nantinya sagu tidak saja untuk dijadikan bahan industri makanan atau industri lainnya, tapi menjadi bahan pangan secara nasional.

Pantas Menjadi Cluster Sagu Nasional
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti telah mengusulkan kepada pemerintah pusat agar Meranti ditetapkan menjadi daerah cluster sagu nasional.

Sebab hingga saat ini produksi sagu terbesar untuk Indonesia salah satu terbesar adalah Kepulauan Meranti.

Kebun  sagu yang ada di Meranti saat ini juga telah diolah denagn menggunakan teknologie maju. Dan telah memiliki varitas bibit unggul dai hasil penelitian yang dilakukan pemerintah daaerah bekerjasama dengan BPPT.

Diharapkan dengan dijadikannya Meranti menjadi daerah cluster sagu nasional, maka kemajuan Meranti juga akan lebih pesat. Dan pengembangan persaguan di Meranti juga akan lebih maju di masa datang.
Adapun manfaatnya Kabupaten Meranti nantinya menjadi leader dan sebagai pusat percontohan pengembangan Sagu di Indonesia, jika Meranti ditetapkan menjadi daerah cluster sagu. Sagu saat ini diandalkan menjadi komoditas pangan pengganti terigu, yang selama ini diimpor.

Sedangkan syarat hulu yakni dengan memiliki kebun sudah terpenuhi di Meranti. Sebab hingga saat ini puluhan ribu hektar kebun sagu ada di Meranti.

Demikian juga syarat hilir yakni  industri pengolahan sagu yang saat ini sudah dimiliki Meranti. Melalui perusahaan PT NSP, di Desa Kepau Baru itu. Dan kehadiran industri tersebut telah terintegrasi dan didukung infrastruktur yang memadai, ditambah jaringan pasar yang kuat yang sudah terbentuk  di dalam dan luar negeri.

Dengan demikian sudah cukup alasan menetapkan Meranti menjadi daerah Cluster Sagu Nasional. (adv/hms)

Editor:

Terkini

Terpopuler