Riaumandiri.co - BMKG telah memasang lebih dari 10.000 detektor untuk memperkuat pemantauan cuaca, gempa, hingga tsunami. Detektor tersebut tersebar di stasiun stasiun yang berlokasi di 191 daerah, dan dipantau secara real-time oleh unit pelaksana teknis (UPT) BMKG. Penjelasan ini disampaikan oleh Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani kepada Presiden Prabowo Subianto dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin 15 Desember 2025.
"Ini terpantau di UPT UPT BMKG, stasiun stasiun yang tersebar di 191 daerah di Indonesia, dengan 10 ribu lebih alat yang memantau kondisi cuaca serta gempa dan tsunami," ucap Faisal.
Selain detektor utama, BMKG juga telah menempatkan lightning detector atau alat pengamatan petir di 38 UPT. Alat tersebut berfungsi memantau lokasi dan intensitas petir, sekaligus mendukung pengembangan prakiraan cuaca berbasis dampak (Impact Based Forecast). Dengan sistem IBF, informasi prakiraan tidak hanya menyajikan kondisi atmosfer, melainkan juga potensi dampak yang dapat ditimbulkan.
"Kita bisa memprediksi petir akan terjadi di mana dan kapan akibat dari kondisi cuaca di sekitarnya," kata Faisal.
BMKG juga menyiapkan operasi modifikasi cuaca di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, hingga Lampung. Modifikasi dilakukan untuk mengantisipasi hujan ekstrem yang dipicu oleh siklon Bakung, bibit siklon 93S, dan bibit siklon 95S. Metode yang dipakai meliputi penyemaian awan dengan bahan NaCl agar curah hujan turun di perairan atau wilayah tidak berbahaya, serta penebaran kapur tohor atau CaO di atas Jakarta untuk memecah awan hujan. Kepala BMKG menyatakan bahwa teknik tersebut dapat menurunkan curah hujan hingga 20–50 persen.
"Operasi modifikasi cuaca kita lakukan untuk mencegah awan?awan hujan mendekati daratan Indonesia. Jadi kalau dia mendekat, nanti awan hujan itu kita semai dengan bahan semai dari NaCl agar dia jatuh di tempat?tempat seperti di perairan, atau di laut, atau di tempat yang tidak berbahaya," tutur Faisal.
"Atau kalau sudah sampai di atas Jakarta, itu kita tebarkan kapur tohor atau CaO, supaya dia terpecah dan tidak terjadi hujan," jelas Faisal.
" Kami sudah bekerja sama dengan BNPB, BPBD, serta Basarnas. Untuk masyarakat, tetap tenang selama kita dapat memantau kondisi dan selalu bersiap untuk curah hujan tinggi dan gelombang tinggi," terangnya.(MG/FRA)