Orangtua Harus Tahu, Ini Perbedaan Hepatitis Akut dan Hepatitis Biasa

Orangtua Harus Tahu, Ini Perbedaan Hepatitis Akut dan Hepatitis Biasa

RIAUMANDIRI.CO - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membeberkan perbedaan hepatitis akut misterius dan hepatitis biasa.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi membeberkan sejumlah perbedaan hepatitis akut dan biasa

Menurut Nadia, gejala hepatitis akut ini bisa memburuk dalam waktu cepat, yakni sekitar dua hingga lima hari.


Anak yang terpapar hepatitis akut kemudian tidak sadar. Bahkan, mereka sempat mengalami kejang-kejang.

"Tapi kemudian pada kondisi-kondisi tertentu bisa gejala menjadi semakin berat dalam hitungan dua hingga lima hari," kata Nadia, Sabtu (14/5).

"Kemudian anak bisa tidak sadar, kejang-kejang. Bahkan, untuk salah satu pengobatannya membutuhkan transplantasi hati," lanjut Nadia.

Sementara itu, mengutip Detik Health, gejala seperti kejang tidak ditemukan dalam kasus hepatitis pada umumnya.

"Karena kalau 14 hari orang yang terkena hepatitis jadi kejang, penurunan kesadaran, kalau hepatitis normal nggak akan terjadi kejang, itu kuncinya dia," imbuh dia.

Nadia mengatakan hepatitis akut menyerang pasien usia 1 tahun-17 tahun. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan Kemenkes, setidaknya terdapat sejumlah gejala hepatitis akut.

Gejala tersebut, antara lain seperti, mual, diare, dan muntah. Gejala mual dan muntah yang terjadi secara berulang bisa membuat pasien kehilangan cairan. Karena gejala tersebut, asupan air bagi pasien hepatitis akut harus cukup.

Selain itu, sejumlah pasien juga dilaporkan mengalami demam ringan, nafsu makan menurun, dan nyeri sendi.

Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah urine berwarna kuning pekat hingga gelap serta feses berwarna pucat.

Kemudian, gejala penyakit kuning, seperti munculnya bagian mata atau kulit yang menguning, juga menjadi gejala hepatitis misterius ini.

Sebagai informasi, kasus hepatitis akut ditemukan di beberapa negara, termasuk Indonesia. Hingga saat ini, penyakit tersebut mengakibatkan tujuh anak di Indonesia meninggal.



Tags Kesehatan