Harga Minyak Goreng Sudah Mulai Naik Sejak Oktober 2021

Harga Minyak Goreng Sudah Mulai Naik Sejak Oktober 2021

RIAUMANDIRI.CO - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga minyak goreng meningkat sejak Oktober 2021 hingga Maret 2022. Hal ini terjadi pada minyak goreng curah 
dan kemasan.

Sehingga, kenaikan harga minyak goreng mempengaruhi inflasi bulanan di dalam negeri. Maklum, minyak goreng masuk dalam kelompok makanan, minuman, dan tembakau.


"Dari tabel terlihat harga mulai tinggi Oktober 2021, November 2021, sampai Maret 2022 ini terus naik untuk dua jenis minyak goreng," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Jumat (1/4).


Rinciannya, andil minyak goreng ke inflasi bulanan sebesar 0,05 persen pada Oktober 2021, 0.08 persen pada November dan Desember 2021, serta 0,01 persen pada Januari.

Kemudian, minyak goreng sempat menyumbang deflasi sebesar 0,11 persen pada Februari 2022. Hal ini seiring dengan kebijakan pemerintah yang menetapkan harga eceran teratas (HET) minyak goreng kemasan sederhana sebesar Rp13.500 per liter, premium Rp14 ribu per liter, dan curah Rp11.500 per liter.

Namun, pemerintah mencabut aturan HET untuk minyak goreng kemasan sederhana dan premium pada Maret 2022. Alhasil, harga komoditas itu akan ditentukan lewat mekanisme pasar.

Tak ayal, harga minyak goreng kembali melonjak bulan ini. Hal ini mempengaruhi andil minyak goreng ke inflasi bulanan yang mencapai 0,04 persen per Maret 2022.

Secara keseluruhan, inflasi tercatat 0,66 persen secara bulanan pada Maret 2022. Sementara, secara tahunan terjadi inflasi 2,64 persen.

"Yang berikan andil terbesar ke inflasi adalah pertama berasal dari kelompok makanan minuman dan tembakau, andil 0,38 persen dan inflasi 1,47 persen," jelas Margo.

Kemudian, kelompok lainnya yang menyumbang inflasi adalah transportasi, yakni mencapai 0,42 persen. Lalu, pakaian dan alas kaki inflasi sebesar 0,17 persen, kesehatan 0,28 persen, dan pendidikan 0,01 persen, penyediaan makanan dan minuman restoran 0,32 persen, serta rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,17 persen.

Berdasarkan komponennya, komponen bergejolak (volatile foods) inflasi 1,99 persen dengan andil 0,33 persen. Volatile foods, terdiri dari komponen energi dengan inflasi 0,84 persen dan andil 0,08 persen serta komponen bahan makanan 1,87 persen dan andil 0,34 persen.


Lalu, inflasi inti sebesar 0,3 persen dan andil 0,2 persen. Sementara, komponen harga diatur pemerintah (administered price) inflasi 0,73 persen dengan andil 0,33 persen.

Berdasarkan wilayah, inflasi terjadi di 88 kota dari 90 kota IHK. Sementara, 2 kota lainnya mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,86 persen dan inflasi terendah di Kupang 0,09 persen. Kemudian, deflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 0,27 persen dan deflasi terendah di Kendari 0,07 persen.



Tags Ekonomi