Wamen LHK: Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Brazil dan Kongo Cara Kelola Hutan

Wamen LHK: Indonesia Jalin Kerja Sama dengan Brazil dan Kongo Cara Kelola Hutan

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Tiga negara pemilik hutan tropis terbesar  di dunia, yaitu Indonesia, Brazil dan Republik Demokratik Kongo menggelar pertemuan trilateral guna menjalin kerja sama strategis dan sinergis di arena COP 26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia.

Kerja sama mencakup sejumlah hal, baik dalam pengelolaan hutan, dan pengalaman lainnya yang berhasil dijalankan masing-masing ketiga negara dalam upaya pengendalian perubahan iklim.

“Pertemuan telah di gelar di Sekretariat Delegasi Republik Indonesia di arena COP 26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia, awal pekan ini. Banyak potensi kolaborasi yang bisa dilakukan Indonesia, Brazil, dan Kongo,” ujar Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong dalam pernyataan tertulis yang dikirim dari arena COP 26 UNFCCC, Glasgow, Skotlandia, Jumat (12/11/2021).

Pertemuan trilateral ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan virtual sebelum COP 26 UNFCCC tanggal 22 Oktober 2021 antara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya dengan Menteri Lingkungan Brazil Mr. Yoaquim Leite.

Alue Dohong menjelaskan, tiga negara mempunyai pandangan yang sama  tentang pentingnya kerja sama dalam kerangka memperkuat pengaruh tiga negara pemilik hutan tropis terbesar  di duni ini dalam negosiasi iklim di COP26 UNFCCC.

Dalam pertemuan trilateral tersebut, Indonesia menyampaikan gagasan dan  pandangan tentang pentingnya kerja sama ini dan juga mengidentifikasi kira-kira area kerjasama apa saja yang dapat dilakukan oleh ketiga negara secara bersama-sama atau secara bilateral. Menteri Lingkungan Brazil dan Republik Demokratik Kongo juga menyampaikan pandangan serta gagasan mengenai kerjasama ini.

"Kita sepakat perlunya melakukan inisitif kolaboratif melalui pembentukan kelompok-kelompok kerja yang solid berdasarkan kesamaan kepentingan (mutual common interests) dan prinsip saling mengisi kebutuhan (filling the gap)," jelas Alue Dohong.

Kerja sama ini diharapkan semakin memperkuat posisi ketiga negara di arena negosiasi pengendalian iklim global seperti di COP 26 UNFCCC. Sehingga dapat bersama-sama memperjuangkan solusi yang paling efektif dan tepat, termasuk upaya-upaya mendorong peningkatan pendanaan yang berbasis hasil atau Result-based Payment untuk pengurangan emisi dari pengurangan deforestasi dan degradasi hutan plus (REDD+) serta mekanisme pembayaran  atas jasa ekosistem   (Payment for Ecosystem Services – PES).

Dalam pertemuan ini  memang ada beberapa potensi kerja sama dari tiga negara tersebut. Indonesia menawarkan sharing pengalaman dan keahlian kepada Kongo dan Brazil terkait pengurangan deforestasi, pengendalian dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta dalam hal pengelolaan hutan sosial untuk masyarakat.

Brazil yang memiliki pengalaman luas dalam pelaksanaan pembayaran jasa ekosistem (PES), pengelolaan dana iklim lewat lembaga Amazon Fund, juga kerjasama kegiatan pengelolaan praktek pertanian dan peternakan yang rendah emisi, pengelolaan sampah dan sanitasi.

Sementara Kongo ingin banyak belajar dari Indonesia dan Brazil. Kongo  meminta dukungan dan bimbingan tehnis dari Indonesia dan Brazil dalam program REDD+, pengelolaan hutan secara berkelanjutan, termasuk  gambut. Ketiga negara juga membicarakan terkait program keanekaragaman hayati dan bioprospeksi serta rehabilitasi dan konservasi mangrove.

Setelah pertemuan trilateral dilanjutkan  pertemuan tingkat teknis untuk  mengidentifikasi dan membahas secara lebih teknis lingkup atau cakupan dan bidang kerjasama yang akan dituangkan nota kesepakatan ketiga negara.