Belasan Aktivis Perempuan Afghanistan Tuntut Dunia: Kenapa Kalian Diam Lihat Kami Mati?

Belasan Aktivis Perempuan Afghanistan Tuntut Dunia: Kenapa Kalian Diam Lihat Kami Mati?

RIAUMANDIRI.CO - Belasan aktivis perempuan menggelar demonstrasi di Kabul, Afghanistan. Mereka memprotes masyarakat internasional yang lambat merespon krisis di negaranya, dikutip dari AFP, Selasa (26/10/2021).

Dalam aksinya, para aktivis tersebut membawa spanduk bertuliskan "mengapa dunia diam menyaksikan kami mati?"

Belasan aktivis perempuan itu mempertaruhkan kemarahan Taliban yang telah melarang demonstrasi dan menanggapinya dengan menggunakan kekerasan sejak mengambil alih kekuasaan pada Agustus lalu. Mereka membawa spanduk-spanduk yang menegaskan "hak atas pendidikan" dan "hak untuk bekerja".


"Kami meminta Sekjen PBB untuk mendukung hak kami, untuk pendidikan, untuk bekerja. Kami kehilangan segalanya hari ini," ujar salah satu penyelenggara Gerakan Spontan Aktivis Perempuan di Afghanistan, Wahida Amiri.

"Kami tidak menentang Taliban, kami hanya ingin berdemonstrasi secara damai," cetus Amiri.

Demonstrasi yang mereka lakukan terkait "situasi politik, sosial dan ekonomi" di Afghanistan. Aksi demo ini pada awalnya direncanakan dilakukan di dekat gedung misi PBB di Afghanistan (UNAMA).

Namun, pada menit-menit akhir, lokasi dipindahkan ke pintu masuk bekas kawasan "Zona Hijau", di mana gedung-gedung beberapa kedutaan negara-negara Barat berada, meskipun sebagian besar meninggalkan negara itu saat Taliban mengambil alih kekuasaan.

Pasukan bersenjata Taliban tampak meminta para demonstran dan pers untuk menjauh. Seorang reporter AFP kemudian melihat tambahan belasan petugas Taliban bersenjata mendorong para jurnalis, dan menyita telepon genggam seorang reporter lokal yang sedang merekam aksi demonstrasi tersebut.

Demonstrasi simbolis oleh kaum perempuan telah menjadi kejadian biasa di Kabul dalam beberapa pekan terakhir. Aksi-aksi demo ini terjadi seiring Taliban masih belum mengizinkan kaum perempuan untuk kembali bekerja atau mengizinkan sebagian besar anak perempuan untuk kembali bersekolah.