Webinar Literasi Digital Bijak Berkomentar di Ruang Digital

Webinar Literasi Digital Bijak Berkomentar di Ruang Digital

RIAUMANDIRI.CO, MERANTI  - Webinar literasi digital pada siang ini, Selasa, 3 Agustus 2021 dimulai pukul 09.00 yang dibuka oleh moderator, Irman Heryana. Moderator membuka acara dengan salam, tagline webinar literasi digital “Salam Literasi Indonesia Makin Cakap Digital”, dan doa bersama. Moderator menyapa para narasumber, key opinion leader, dan seluruh peserta webinar. Tema pada siang ini adalah “Bijak Berkomentar di Ruang Digital”. Moderator memersilahkan seluruh peserta webinar untuk berdoa dan dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya. 

Acara selanjutnya, para narasumber, key opinion leader, dan seluruh peserta mendengarkan sambutan dari keynote speech yaitu, Samuel A. Pangerapan selaku Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo. Dilanjutkan dengan moderator menyapa key opinion leader, yaitu @fikrihkl – Tv Host, Mc, Comedian, Media Consultant.

Moderator melanjutkan dengan membacakan tata tertib selama berjalannya webinar literasi digital. Setelah moderator mempersilahkan narasumber pertama yaitu Medhanita Dewi Renanti, S.Kom., M.Kom – Dosen Sekolah Vokasi IPB Sekretaris Program Studi Manajemen Informatika


SUMMARY : Ruang digital ialah Ruang tak terbatas, menggunakan internet dan atau teknologi informasi lainnya, dan rekam jejak digital sulit untuk dihapuskan maka dari itu bijaklah dalam menggunakan internet.

Hal yang merusak ruang digital ialah belum satu frekuensi dari segi kepribadian, pendidikan, profesi dll, Di luar harapan/ekspeta si → berpikir positif, Dunia maya vs nyata → cek bahasa, emoticon, simbol-simbol, situasi dan kondisi, Situasi hati kita, cara pandang kita misal: user upload foto, bagaimana dengan hati kita?

Pendekatan jaga ruang digital ada 3 yaitu : Upstream, Middlestream dan Downstream. Tips menjaga agar ruang digital aman yaitu dengan Interaksi seperti dengan manusia pada umumnya, Gunakan kata -kata yang sopan, hindari menyingung perasaan, perhatikan emoticon, uppercase, stop hoax, hindari memberikan data privasi.

Cara penyampaian materi dan penggunaan bahasa Pengguna internet juga manusia maka dari itu Patuhi standar yang sama antara perilaku online dan offline, Mengetahui Keberadaan kita di dunia maya, Hormati waktu dan bandwidth orang lain dan bandwidth orang, Tampil baik di dunia online, Bagikan pengetahuan kita, kenali emosi, hormati privacy orang lain, jangan menyalahgunakan kekuasaan dan maafkan kesalahan orang lain.

Serangan Internet dan Jaringan ; Firewall adalah perangkat keras dan/atau perangkat lunak yang melindungi sumber daya jaringan dari gangguan (intrusion)

Setelah itu, moderator beralih ke narasumber kedua yaitu Dionni Ditya Perdana, M.I.Kom – Akademisi dan Penggiat Literasi Digital, menyampaikan materi tentang rekam jejak di ruang digital

SUMMARY : Rekam jejak digital yang harus dihindari yaitu konten negative seperti jejak digital ujaran kebencian, penyebar hoax, pengakses situs porno, dan pengakses situs judi.

Jejak digital adalah jejak data yang kita buat dan kita tinggalkan saat menggunakan perangkat digital. Salah satu ancaman terbesar bagi kaum muda di situs media sosial adalah jejak digital dan reputasi masa depan mereka.

Lindungi privasi dan keamanan data karena Rekam jejak berpotensi dicari, dilihat, disalin diproduksi dll, Rekam jejak digunakan sebagai terror atau pembunuhan karakter, Email/ App yg diretas dan disalah gunakan. Cara mengamanakan data dengan perhatika perangkat yang di-install, baca review sebelum install, pilih aplikasi tersertifikasi, membaca syarat dan ketentuan serta perhatikan pengaturan, kemudian perhatikan koneksi dengan hindari penggunaan koneksi internet wireless, kemudian gunakan sandi yang kuat dan unik, dan  perhatikan link tautan atau link-link yang akan diklik.

Materi selanjutnya disampaikan oleh narasumber ketiga yaitu Drs. Oan Hasanuddin, S.Ag., RO., MA., M.Kes – Guru SMA Negeri 8 Pekanbaru, menyampaikan materi tentang 

SUMMARY : dalam menggunakan internet tentu harus dengan menggunakan etika, etika digital yaitu Empati, Teladan teliti, Ilmu integritas, Kritis kategorisasi keterampilan dan Action akhlak amanah.

Komunikasi digital bersifat global, Di era digital tentu ada dampak negatif dan dampak positif. Etika digital timbul dari kebiasaan dan prinsip-prinsip moral sehari-hari, maka bijaklah dalam bermedia digital, bijak bertransaksi digital sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Panduan etika digital yaitu empati, teladan teliti, ilmu integritas, kritis kategorisasi keterampilan dan action akhlak amanah.

Kemudian, berlaih kepada narasumber keempat yang disampaikan oleh Yudi Juliandra Dinata, S.I.Kom – Founder Digital Culture Institute, menyampaikan materi tentang bangun masyarakat digital berbudaya Indonesia.

SUMMARY : Ada tiga aspek penting dalam membangun budaya digital, yakni participation yaitu bagaimana masyarakat berpartisipasi memberikan kontribusi untuk tujuan bersama, Remediation yaitu bagaimana merubah budaya lama menjadi budaya baru yang lebih bermanfaat dan bricolage yaitu bagaimana memanfaatkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya untuk membentuk hal baru.

Budaya digital atau digital culture sudah menjadi tatanan kehidupan baru masyarakat. Hal ini juga memengaruhi gaya interaksi mereka sehingga menimbulkan kebiasaan baru, seperti menggunakan media sosial, berbelanja online, melakukan pembayaran digital, pendidikan online, dan work from home.

Masyakarat Indonesia menggunakan mobile phone (telepon bergerak/genggam) pada umumnya ketika mereka merasa menyendiri. Akan tetapi mereka akan cenderung menggunakan mobile phone ketika di tempat tidur (69%), ketika sedang menunggu seseorang/sesuatu (35%), ketika sedang menonton TV (29%), ketika sedang bersama keluarga (17%), ketika sedang berkendara (14%), ketika sedang rapat/kuliah (6%), dan ketika sedang di kamar mandi (6%).

Budaya Indonesia yaitu Murah senyum, Suka berinteraksi dengan orang lain, Bersikap santun, Suka menoong dan Suka bergotong royong. Indonesia, dengan tingkat keanekaragaman masyarakat yang sangat kompleks sehingga cukup pantas disematkan sebutan masyarakat multikulturalisme untuk Indonesia masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain.

Setelah sesi pemaparan materi bersama para narasumber selesai, moderator beralih ke sesi tanya jawab dan diskusi antara penanya dan narasumber. Ada sepuluh penanya yang sudah terpilih dan berhak mendapatkan hadiah voucher e-money sebesar 100 ribu rupiah.

 

  1. Josephine Graceea memberikan pertanyaan kepada Medhanita Dewi Renanti, S.Kom., M.Kom

Q : Apakah overproud itu bisa dimaklumi? Atau apa langkah yang bisa ditempuh untuk mengubah etika yang overproud ini menjadi etika yang lebih baik dan mengapresiasi lebih hal-hal yang lebih positif?

A : cobalah untuk berubah untuk adaktif dengan perubahan yang ada, dengan hal-hal yang kita punya tentunya dengan karya positif, kita harus dapat bermigrasi agar Indonesia bisa terus berkarya.

 

  1. Wanda Ramdahani memberikan pertanyaan kepada Dionni Ditya Perdana, M.I.Kom

Q : Bagaimana agar menjaga media yang kita punya agar rekam jejak digital kita aman dan tidak disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab?

A : kita punya kendali untuk menghapus dan memblokir spam-spam yang menurut kita tidak bagus, pada dasarnya rekam jejak digital ialah apa yang kita tamilkan, maka dari itu tampilkanlah yang baik-baik agar rekam jejak digital kita pun baik

 

  1. Seina Maharani memberikan pertanyaan kepada Drs. Oan Hasanuddin, S.Ag., RO., Akp., MA., M.Kes

Q : bagaimana tips-tips untuk menyaring hal yang baik dan buruk dalam berinternet?

A : perlu adanya literasi digital tentu saja harus dengan memahami ilmu pengetahuan tentang digital yang harus terus menerus dipelajari seperti baik dan buruknya etika digital karena etika berkaitan dengan akhlak, kemudian untuk mengantispasi lebih baik untuk tidak meneruskan informasi yang sumbernya ragu.

 

  1. Noach memberikan pertanyaan kepada Yudi Juliandra Dinata, S.I.Kom

Q : bagaimana cara agar masyarakat Indonesia dapat tetap melestarikan budaya Indonesia seperti gotong royong dan kecanduan bermain gadget?

A : ketika kita bermedia digital jangan lupakan bahwa kita adalah bagian dari masyarakat Indonesia, Sehingga di era pandemi ini kita tetap dapat bergotong royong. 

 

Sesi tanya jawab selesai. Moderator kembali memanggil Key Opinion Leader, yaitu @fikrihkl – Tv Host, Mc, Comedian, Media Consultant. Menurut beliau jika ingin membuat konten tidak perlu menjadi siapa-siapa dalam membuat konten, karena kontenlah yang dapat membuat kita menjadi siapa. Kuncinya adalah kenali diri sendiri sehingga kita membuat konten dari diri kita sendiri bukan karena latah. Kemudian carilah unik dari diri kita, jangan sama dengan orang lain. Sehingga orang lain mudah mengingat kita.

Dan buatlah konten yang positif karena rekam jejak digital tidak akan dapat dihapuskan.

Setelah berbincang-bincang dengan Key Opinion Leader selesai, moderator memberikan kesimpulan dari pemaparan materi-materi webinar sesi siang ini. Moderator mengucapkan terima kasih kepada keempat narasumber, Key Opinion Leader, dan seluruh peserta webinar pada sore ini. kemudian moderator menutup webinar ini dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital. 

Salam Literasi, Indonesia Makin Cakap Digital!