PPKM Pekanbaru Diperketat, Masyarakat: Kami Kayak Dikafani

PPKM Pekanbaru Diperketat, Masyarakat: Kami Kayak Dikafani

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Pengetatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang kembali dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru mulai dari 6 hingga 20 Juli mendapat beragam tanggapan.

Salah satu pemilik kafe di Panam, Raga Lusa mengatakan sudah terbiasa dengan kebijakan yang membelenggu sumber penghasilannya tersebut. Hal ini dikarenakan, kafe miliknya memang sudah beberapa kali didatangi petugas dan membubarkan pelanggannya.

"Kita udah beberapa kali didatangi petugas. Diingatkan protokol kesehatan (prokes) dan jam buka-tutup. Yaudahlah, kita gak ada masalah selama ini. Yang penting kan ikutin prokes, tempat cuci tangan juga kita sediakan. Jarak antar pengunjung kita batasi, pelanggan yang tidak pakai masker kita tegur," kata Raga Lusa kepada Haluan Riau, Kamis (8/7/2021).


Ia juga mengatakan pendapatan selama pandemi Covid-19 ini memang sangat dirasakannya menurun drastis. Ditambah, pengetatan kebijakan PPKM yang hanya membolehkan kafe buka sampai pukul 08.00 WIB.

"Pelanggan kita kebanyakan malam. Anak-anak muda. Tapi udah disuruh tutup jam 8. Sebenarnya udah capek juga kayak gini. Kita dianjurkan melayani pelanggan dengan take away, tapi yang take away itu sepi. Kita kan juga butuh makan," ungkapnya.

Ia berharap pemerintah bisa cepat mengatasi pandemi dan membuat kebijakan-kebijakan yang tidak memberatkan pengusaha yang bergerak pada bidang yang sama dengannya.

"Kita juga bagian dari pembantu pemerintah, sih. Membantu membangkitkan ekonomi. Mengurangi angka pengangguran. Tapi, kok, kayaknya pelan-pelan pemerintah berasa lagi ngafani kita aja tiap hari. Dari kaki, terus naik ke kepala, entah sampai kapan mau sampai kayak gini," tegasnya.

Senada dengan Raga Lusa, salah satu warga Pekanbaru, Anisa Qisti juga merasa mau tidak mau harus tunduk pada kebijakan tersebut.

"Diberlakukannya PPKM darurat ini tentu ada untung ruginya ya. Saya percaya enggak mungkin diberlakukan kalau enggak ada untungnya. Tapi, bagi anak muda yang memiliki beban mental seperti saya dan suka healing ke sana ke mari, PPKM ini malah bikin makin stres. Enggak bisa healing lagi. Tempat wisata pasti kebanyakan ditutup, kafe dan taman tempat menenangkan pikiran juga bakal ditutup. Hasilnya, makin banyak yang stres," ujar Anisa Qisti yang pada saat ditemui tengah melakukan self healing di RTH Putri Kaca Mayang, Pekanbaru.

"Saya enggak menolak PPKM ini, kalau penerapannya tegas dan dipatuhi, saya mau ga mau juga bakal mematuhi. Tapi, kalo bisa jangan ditutuplah tempat-tempat wisata gitu. Jadi masyarakat masih bisa refreshing, kesehatan tetap terjaga, kemajuan tempat wisata ga menurun dan tentunya ga bikin masyarakat stres dan tertekan," ungkapnya.

Seperti yang diketahui, PPKM mikro bersama dilakukan sesuai Surat Edaran (SE) Nomor 13/SE/SATGAS/2021, Tentang Pengetatan dan Edukasi Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Berbasis Mikro.
 



Tags Corona