Buka Lahan Tanpa Bakar, Petani Sayur di Perawang Hasilkan Rp60 Juta per Bulan

Buka Lahan Tanpa Bakar, Petani Sayur di Perawang Hasilkan Rp60 Juta per Bulan

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Forum Jurnalis Kreatif Riau bersama Universitas Muhammadiah Riau hari ini mengadakan webinar, membahas alternatif solusi menggantikan metode lama para petani membuka lahan, yakni yang biasa dengan dibakar menjadi metode yang lebih ramah lingkungan serta tidak berpotensi menimbulkan karhutla. 

Salah satu yang dihadirkan adalah Herman, petani asal Siak yang berhasil meninggalkan metode bakar lahan. Ia mengaku merasakan sendiri manfaatnya. 

Selain untung berlipat, pembukaan lahan tanpa bakar (PLTB), menurut Herman berisiko menggugurkan bunga dan pentil pada tanaman. Hal itu karena ketika karhutla terjadi dan asap menutupi matahari, tanaman jadi tidak mendapatkan nutrisi. 


Selain itu, membakar lahan sama saja membakar unsur hara di dalam tanah. Hal itu berarti memperpendek usia kesuburan tanah. 

"Awalnya saya punya lahan sawit 2,5 hektare. Karena hasilnya tidak mencukupi, akhirnya saya beranikan diri untuk menanam tanaman holtikultura seperti sayuran. Akhrinya setengah hektare saya buka. Tapi saya tidak ada modal untuk buka lahan tanpa dibakar. Karena memang kan bakar ini biayanya sedikit. Singkat dan cepat. Cuma risikonya besar. Kesuburan tanah singkat," katanya, (7/7/2021). 

"Saya lalu ditawari masuk program kemitraan DMPA (Desa Makmur Peduli Api) PT Arara Abadi-Asia Pulp and Paper (APP). Kita dibantu, diberi pelatihan cara buka lahan tanpa dibakar. Perusahaan lalu menurunkan alat berat, escavator. Jadi apapun keluhan petani, perusahaan akan bantu. Misalnya lahan terendam, kita akan dibikinkan parit. Kalau kekurangan, kita akan dibuatkan embung air. Intinya agar kita tidak lagi membuka lahan dengan cara lama, cara dibakar," tambahnya. 

Dari penuturan Herman, PT Arara Abadi menggelontorkan dara ratusan juta untuk membantu petani di tiap-tiap desa. Namun, bantuan tidak dalam bentuk uang, melainkan bibit, alat, dan kebutuhan pertanian lainnya. 

"Awalnya saya dapat jatah melon. Dikasih modal kira-kira Rp8 juta. Saya tambah sendiri Rp5 juta. Alhamdulillah ketika panen hasil saya Rp45 juta. Jadi setelah itu, modal yang dipinjamkan saya kembalikan, dan bergulir ke petani-petani lainnya," ungkapnya. 

Selain diberi bantuan teknis pertanian, Herman mengaku juga dibantu memasarkan hasil panen. 

"Sekarang lahan pertanian holtikultura saya sudah 3 hektare. Macam-macam, ada jagung, sayur-sayuran, pare, dan lainnya. Dulu gaji saya Rp2 sampai Rp3 juta per bulan waktu jadi buruh sawit. Tapi semenjak dibantu perusahaan ini, per bulan saya bisa menghasilkan Rp45 sampai Rp60 juta dengan 5 anggota yang membantu saya," jelasnya. 

"Jadi setiap pagi saya ke pasar, menjual sendiri hasil panen. Kalau sayur, biasanya habis. Tapi jagung, melon, itu susah. Nah perusahaan bantu kita. Kita diizinkan menjual di pintu masuk perusahaan. Seberapa pun kita panen, selalu habis. 1 ton, habis. Yang beli karyawan perusahaan," tambahnya. 

Herman saat diwawancara berharap, pemerintah dan perusahaan dapat sama-sama memperhatikan petani dan membatu agar tidak lagi membuka lahan dengan cara membakar. Sebab menurutnya, membuka lahan tanpa bakar memang membutuhkan modal tinggi. 

"Namanya manusia, kalau tidak diperhatikan akan lupa. Nanti bisa jadi akan balik lagi ke metode lama. Tapi kalau terus didampingi, mudah-mudahan tidak," katanya. 

Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution yang membuka acara tersebut mengatakan sesuai arahan presiden Republik Indonesia tentang pengendalian karhutla, yakni dengan memprioritaskan upaya pencegahan melalui deteksi dini, monitoring areal rawan titik api dan pemantauan kondisi harian di lapangan.

"Tentu upaya tersebut membutuhkan sinergitas dari berbagai pihak baik pemerintah pusat, pemda, korporasi, perguruan tinggi, LSM maupun masyarakat secara lebih luas," sebutnya.

Maka, Pemprov Riau sangat mendukung diadakannya webinar-webinar semacam ini. 

"Ini adalah salah satu bentuk upaya pencegahan karhutla yang dapat kita upayakan melalui sebuah edukasi untuk memperkaya ilmu pengatahuan dan pemahaman. Sehingga diharapkan nantinya terjadi perubahan perilaku masyarakat guna mendukung pengendalian karhutla. Bahkan harapan kita selanjutnya dapat membantu pemerintah untuk melakukan pengendalian karhutla di Provinsi Riau," katanya.

Sementara, Ketua Forum Jurnalis Kreatif Riau, Satria Utama mengatakan pihaknya akan secara rutin melaksanakan kegiatan yang punya nilai inspirasi, misalnya seperti yang dilaksanakan pada hari ini. 

"Ke depannya, kita akan terus melakukan kegiatan lain. Tergantung kebutuhan situasi dan kondisi yang akan muncul. Kalau program pembuatan film, itu terus kita akan garap," tutupnya. 



Tags Siak