Nestapa Banjir di Pekanbaru, 30 Tahun Tak Ada Normalisasi Sungai

Nestapa Banjir di Pekanbaru, 30 Tahun Tak Ada Normalisasi Sungai

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU(HR)- Ratusan rumah warga terendam banjir akibat hujan deras yang mengguyur Kota Pekanbaru pada, Senin (29/3) dinihari. Ketinggian genangan air beragam bahkan hingga mencapai 1,5 meter. 

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pekanbaru Zarman Candra mengatakan, ratusan rumah warga yang direndam banjir itu tersebar di lima titik dalam wilayah Kecamatan Bukit Raya dan Tenayan Raya.

"Hasil peninjauan kita ada lima titik banjir hari ini. Seluruhnya perumahan di pinggiran Sungai Sail. Untuk satu titik ada sekitar 120 rumah yang terendam banjir dengan ketinggian hingga 1,5 meter," kata Zarman, Senin (29/3) siang. 


Menurutnya, titik banjir tersebar seperti di Jalan Cengkeh, Tangor, Sungai Batak, Attaya dan satu titik lagi di Tenayan Raya. Untuk titik banjir yang cukup banyak terjadi di Bukit Raya. 

Dari hasil peninjauan sebagian besar warga masih memilih bertahan di rumah untuk menjaga barang-barang yang ada karena belum sempat dievakuasi.

"Kalau ada yang mau evakuasi, kita bantu. Kita sudah siapkan perahu karet. Tapi warga masih memilih bertahan di rumah. Karena sudah tanggung barang-barang mereka sudah basah," jelasnya. 

Banjir kini bukan lagi hal asing bagi Kota Pekanbaru. Asal hujan turun, hampir setiap titik mengalami banjir. Lantas apa yang menyebabkan Kota Madani ini terus-terusan mengalami banjir?

Anggota Komisi IV DPRD Kota Pekanbaru fraksi PDIP, Robin Eduar kecewa terharap penanganan banjir yang dilakukan Pemko Pekanbaru. Sebab, masalah tahunan ini tidak pernah diatasi dengan baik dan tuntas. Ia juga mengaku, delapan tempat yang ia kunjungi saat reses, tidak satu pun luput dari banjir. 

"Sebenarnya hal pertama yang harus dilakukan untuk penanganan banjir itu normalisasi anak-anak sungai yang ada di Pekanbaru. Misal di Parit Indah, di Agus Salim, semuanya. Itu rata-rata sudah penuh sedimen. Sehingga drainase dari kota yang mengalir ke sungai, enggak bisa jalan airnya. Penuh," ujarnya kepada wartawan, Selasa (30/3/2021).

Robin juga mengatakan, selama 30 tahun ia hidup di Pekanbaru, belum pernah satu kali pun ia melihat anak sungai dinormalisasi. Ia meminta Pemko segera tanggap akan hal ini.

"Segera normalisasi. Budget sharing saja antara kota dan provinsi. Harus bersinergi," ungkapnya. 

Terkait aliran air, Robin mengatakan Pekanbaru punya sebenarnya punya sistem drainase yang cukup baik. Namun, tidak dirawat dengan baik. Sehingga, sedimen menumpuk yang menyebabkan parit dangkal dan tidak berfungsi dengan semestinya. 

"Masyarakat sengsara. Setiap hujan, banjir. Perabot rusak semua. Jadi PUPR sama Perkim ini kita minta lebih serius atasi masalah ini," katanya. 

Pemko Pekanbaru sesungguhnya telah memiliki masterplan penanganan banjir. Bahkan, masterplan tersebut digadang menjadi konsep penangana banjir hingga 35 tahun mendatang. Namun, hingga hari ini masterplan tersebut belum kunjung dieksekusi. Sementara, masyarakat hampir selalu kebanjiran ketika hujan deras datang. 

"Sudah seperti konsumsi harian. Banjir lagi banjir lagi. Masyarakat itu mengadu ke kita. Masterplan itu segera dieksekusi. Action-lah. Sudah Maret ini. Spot-spot mana saja, di mana saja yang jadi prioritas penanganan banjir," tutupnya.***



Tags Banjir