Berita Pointer Haluan.co: Inovasi Baru Penulisan Jurnalisme

Berita Pointer Haluan.co: Inovasi Baru Penulisan Jurnalisme

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA - Penulisan jurnalisme online di Indonesia yang serba singkat dipelopori detikcom. Tidak perlu mencantumkan 5W + 1H, asal informasi cukup bisa segera naik dan bila ada update akan dibuat berita baru kemudian.

Model penulisan itu dibuat untuk kecepatan penyampaian informasi ke publik. Model penulisan inilah yang sampai sekarang digunakan oleh hampir semua media online di Indonesia.

Pada tahun 2020, Haluan.co memperkenalkan model penulisan baru yakni berita pointer. Berita pointer tidak hanya mengakomodasi kecepatan, tapi juga memudahkan pembaca untuk memahami inti berita.


Model penulisan pointer ini mengedepankan apa yang penting dari suatu informasi dan konteks. Tujuannya agar pembaca bisa memahami satu isu secara utuh, dari apa yang paling, mengapa isu penting hingga konteks.

Pengamat media sekaligus Dosen Komunikasi Universitas Gadjah Mada, Wisnu Prasetyo menyambut baik inovasi penulisan berita ini. Ia menilai model penulisan pointer yang diperkenalkan Haluan.co sangat menarik, meski belum lazim digunakan di Indonesia.

“Menurut saya ini menarik, dan nggak ada masalah dengan penulisan pointer seperti ini. Media luar juga sudah menerapkannya, misalnya Tortoise Media di Inggris,” kata Wisnu, Jumat (28/8/2020).

Selain Tortoise Media, ada pula Axios yang menawarkan berita pointer. Model penulisan ini membuat pembaca lebih mudah memahami berita. 

Menurut Wisnu yang diperlukan diperhatikan dalam penulisan berita pointer ini adalah konsistensi. Misalnya pemberian poin “Apa yang penting”, “Mengapa Ini Penting”, dan “Konteks” harus selalu muncul dalam pointer.

“Ini kan sesuatu baru, maka yang dibutuhkan adalah konsistensi penulisan supaya pembaca terbiasa,” katanya.

Selain itu Wisnu menilai kehadiran Haluan.co yang berakar dari media lokal juga merupakan hal baru. Sebab tidak banyak media lokal melakukan ekspansi ke nasional. Menurutnya masih ada peluang media yang berangkat dari lokal untuk bersaing dengan media nasional.

Ia mencontohkan The Guardian dan Boston Globe. The Guardian bermula dari media lokal di Manchaster, karena konsistensi dan liputannya yang tajam Guardian berhasil menjadi media terpercaya di dunia. Begitu juga dengan Boston Globe yang tenar karena rubrik Spotlight yang berhasil mengungkap skandal pelecehan seksual gereja Katolik.

“Kuncinya harus bisa memetakan siapa dan karakter pembacanya. Kalau pembacanya semakin muda secara usia mestinya harus adaptasi untuk seriusin online dan tim digital,” katanya.

Di Indonesia ia melihat ada banyak orang lokal bersejarah namun gagal beradaptasi dengan zaman. Misalnya Kedaulatan Rakyat di Yogyakarta, Pikiran Rakyat di Jawa Barat, Suara Merdeka di Jawa Tengah. “Mereka gagap baget onlinenya, ini sangat disayangkan,” ujar Wisnu.

Ia pun melihat Haluan.co sudah memulai transisi dengan baik, dari koran lokal Haluan di Padang menjadi media digital nasional. 

“Aku malah tidak melihat Haluan.co sebagai media lokal. Brandingnya sudah sedikit bisa lepas dari koran Haluan. Menurutku itu positif. Apalagi memberikan sesuatu yang berbeda dengan inovasi penulisan berita,” pungkasnya. (*)