Sempat Heboh, Kenapa Gadis di Probolinggo Bisa Hidup Lagi?

Sempat Heboh, Kenapa Gadis di Probolinggo Bisa Hidup Lagi?

RIAUMANDIRI.ID, PROBOLINGGO - Seorang gadis di Probolinggo hidup lagi setelah dinyatakan meninggal akibat diabetes dan komplikasi. Fenomena ini sering dikaitkan dengan Lazarus syndrome. 

Ahli bedah saraf dari Mayapada Hospital dr Roslan Yusni Hasan, SpBS, menjelaskan, dalam banyak kasus, pasien sebenarnya belum benar-benar meninggal. Peristiwa yang terjadi di Probolinggo baru-baru ini kurang lebih mirip seperti kasus-kasus tersebut.

"Sebetulnya itu belum mati disangka mati saja," kata dr Ryu, demikian sapaan akrabnya, dilansir dari detikcom.


Menurut dia, fenomena ini tidak beda dengan yang dikenal sebagai mati suri. Biasanya seseorang yang dianggap meninggal akan bermimpi, lalu hidup lagi. Sedangkan pada Lazarus syndrome, mimpi semacam itu bisa hadir dan bisa juga tidak.

"Mati suri itu apa, mati suri itu sebetulnya belum mati tapi dikira mati. Sudah, itu aja sih gampangnya," jelas dr Ryu.

dr Ryu menjelaskan, saat dalam keadaan yang dikira orang lain mati, sebenarnya otak pasien masih melakukan aktivitas.

"Kadang kadang orang itu kelihatannya mati tapi masih hidup sebetulnya, tapi otaknya masih ada aktivitasnya. Buktinya apa? Orangnya mimpi biasanya. Kan ada orang yang Lazarus syndrome nggak mimpi apa-apa ya ada. Tapi kan biasanya yang diceritakan, yang heboh, itu ya yang woah, dia mimpi ketemu siapalah, ketemu Sun Go Kong atau ketemu siapalah. Ya mimpi itu artinya kalau dia mimpi berarti aktivitas otaknya masih ada," pungkasnya.

Istilah Lazarus ini diketahui mengacu pada kisah biblikal dalam ajaran Kristen, tentang Yesus yang memanggil Lazarus dari kuburnya.

Seperti dikutip dari studi bertajuk 'The Lazarus phenomenon' yang diterbitkan dalam Journal of Royal Society of Medicine pada 2007, fenomena Lazarus digambarkan sebagai 'kembalinya sirkulasi spontan yang tertunda setelah penghentian resusitasi (bantuan pernapasan) kardiopulmoner'. Ringkasnya, seseorang dikira mati karena tak bernapas, padahal hanya karena napasnya tertunda.

Para peneliti menghitung 38 kasus yang terdokumentasi, termasuk tiga yang 'almarhum' berhasil sampai ke kamar mayat sebelum hidup kembali.

Namun, menurut studi tersebut, kasus seperti itu kemungkinan besar tidak dilaporkan. Sebagian karena menyatakan seseorang meninggal yang tidak dapat berakibat hukum, terutama jika paramedis atau dokter menghentikan upaya resusitasi.

Sementara itu, mati suri atau near-death experience (NDE) kerap kali lekat dengan cerita-cerita ganjil. Tapi kejadian dan pengalaman NDE dapat dijelaskan secara ilmiah. Sebuah studi yang diterbitkan pada 2017 menemukan setiap pengalaman mendekati kematian biasanya mengikuti 'pola peristiwa unik'.

Penulis studi Charlotte Martial dari University of Liege and University Rumah Sakit Liege di Belgia, menurut Science Daily, mengatakan temuannya menunjukkan pengalaman mendekati kematian mungkin tidak menampilkan semua elemen dan setiap elemen tidak muncul dalam urutan tetap.

"Sementara pengalaman mendekati kematian mungkin memiliki karakter universal sehingga mereka dapat menunjukkan fitur umum yang cukup untuk dimiliki oleh fenomena yang sama. Namun kami mengamati variabilitas temporal dalam distribusi fitur yang dilaporkan," jelasnya, dikutip dari Bustle, Minggu (12/1/2020).