Gagasan Bernas di Webinar Komunikasi Kesehatan: Kreativitas, Sesuaikan Aktor Hingga Gunakan Pantun

Gagasan Bernas di Webinar Komunikasi Kesehatan: Kreativitas, Sesuaikan Aktor Hingga Gunakan Pantun

RIAUMANDIRI.ID, PEKANBARU - Sejumlah gagasan bernas disampaikan para narasumber pada Web Seminar (Webinar) Komunikasi Kesehatan dan Kearifan Lokal di Era Kenormalan Baru yang diselenggarakan Prodi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Riau, Kamis (9/7/2020). Di antaranya kreativitas komunikasi, sesuaikan  aktor dengan target khalayak dan gunakan pantun sesuai kearifan lokal Riau.

Mengawali sesi Webinar yang dimoderatori Mahasiswa Pascasarjana Prodi Magister Ilmu Komunikasi FISIP Unri, Asril Darma, Guru Besar Fikom Universitas Padjajaran Bandung, Prof Deddy Mulyana, memaparkan realitas Kearifan Lokal Dalam Komunikasi Kesehatan di Era Pandemi Covid19.  

Dia memilah kearifan lokal bisa menjadi kendala, bencana dan berkah di Era Pandemi Covid-19. Sebagai kendala yakni fatalisme meliputi kepasrahan dan menyerah kepada takdir. Kemudian menggampangkan atau optimisme berlebihan. Selanjutnya kearifan lokal sebagai bencana yakni kolektivisme atau kebiasaan berkumpul. Namun ada juga kearifan lokal yang jadi berkah yakni kekeluargaan (komunikasi empatik), kolektivisme (tolong menolong secara material), paternalisme (mencontoh dan taat pada atasan), religiusitas (kegemaran berdoa), artistik (pemakaian masker yang berseni) dan optimis/humoris. 


"Karena itu kreativitas berkomunikasi, ketegasan, kesantunan dan kompetensi antarbudaya berbasis kearifan lokal perlu dimiliki semua pemangku kepentingan," kata Prof Deddy.

Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid19 Provinsi Riau, dr Indra Yovi, mengatakan, penanggulangan Covid-19 di Riau masih terkendali karena pemimpin mau mendengar. 

"Kita bersyukur hingga saat ini di Riau masih terkendali. Karena strategi yang dilakukan berbeda dengan daerah lain. Di Riau semua pasien positif dan PDP dirawat. Semua rumah sakit mau dilibatkan," katanya.

Dari sisi komunikasi, dirinya melihat banyak baliho atau iklan sosialisasi pemakaian masker sebagai salah satu gaya hidup baru diperankan oleh generasi tua. Padahal publik yang banyak  mengabaikan kebiasaan tersebut mayoritas kaum muda. 

"Coba misalnya tokoh (aktor) yang menjadi pemeran iklan sosialisasi masker itu diambil dari kalangan milineal. Tentu pesannya akan lebih cepat sampai sasaran. Begitu juga untuk sosialisasi kebiasaan kebiasaan hidup baru (new normal) lainnya," kata dokter Yovi.

Dia mencontohkan produsen rokok dalam membuat iklan yang selalu menyesuaikan pesan dan cara menyampaikan dengan sasaran yang hendak dicapai. 

"Sehingga produk rokok itu tidak ada matinya. Mestinya komunikasi kesehatan juga melakukan  hal yang sama dalam cara penyampaian pesan," kata dokter RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau dan Eka Hospital Pekanbaru tersebut.

Sementara Dr Chaidir, menyampaikan di beberapa daerah sudah melakukan sosialisasi kearifan lokal masing-masing dalam memasuki era kenormalan baru.

Dalam khazanah pemikiran orang Melayu, komunikasi tampaknya menjadi sendi membangun kehidupan bersama, Orang Melayu lebih suka mendahulukan cara komunikasi daripada cara kekuasaan/kekerasan yang dianggap tidak cerdas dan tidak beradab dalam menyelesaikan masalah. Inti dari sistem gagasan dan keyakinan komunikasi orang Melayu terletak pada konsep budi. Budi adalah nilai inti (core value) eksistensi dan identitas masyarakat Melayu yang direpresentasikan dalam komunikasi orang Melayu. 
"Usul saya ke depannya kita gunakan pantun untuk sosialisasi kebiasaan hidup baru ini," kata budayawan Riau yang juga dosen Prodi Magister Ilmu Komunikasi Fisip Unri ini.

Sebelumnya, Webinar ini dibuka secara resmi oleh Sekdaprov Riau, Drs Yan Prana Jaya, MSi, yang sekaligus, menjadi pembicara kunci. Dia menyampaikan kinerja Pemerintah Provinsi Riau dalam Penanggulangan Covid-19 hingga sempat masuk lima provinsi terbaik se-Indonesia dalam percepatan penanganan (Covid-19). Di mana Riau berada di posisi kedua setelah Provinsi Aceh. 
"Kategori Riau bisa masuk lima provinsi terbaik penanganan Covid-19, karena angka kematian di Riau tidak banyak, dan angka kesembuhan tinggi serta penularan Covid-19 tidak terlalu banyak," kata Yan Prana yang didampingi Kadiskes Riau, Dra Mimi Yuliani Nazir Apt.

Sementara Dekan FISIP Unri, Dr Syafri Harto MSi, dalam sambutannya mengapresiasi Webinar yang digagas Prodi Magister Ilmu Komunikasi. Menurutnya tema Komunikasi Kesehatan yang diangkat juga sangat menarik. 

"Terima kasih kepada Prodi Magister Ilmu Komunikasi dan semua yang mendukung hingga terselenggaranya Webinar ini. Ini the first, selanjutnya akan menyusul Webinar seri berikutnya dari FISIP Unri," katanya. 

Sementara Ketua Prodi Magister Ilmu Komunikasi Unri, Dr Welly Wirman, MSi, menyampaikan latar belakang Webinar ini adalah mencari formulasi komunikasi yang tepat berbasis kebiasaan masyarakat setempat mengenai kehidupan normal baru di Era Pandemi Covid-19. 

"Terima kasih kepada semua narasumber dan peserta yang berpartisipasi dalam Webinar ini. Terima kasih juga kepada Pemprov Riau, KPID Riau dan Aspikom Riau yang mendukung acara ini. Alhamdulillah hingga terakhir peserta stabil di angka 240-an yang berasal dari seluruh Indonesia," tuturnya. 



Tags Kesehatan