Luhut: Suka Tidak Suka, China Kekuatan Dunia yang Tak Bisa Diabaikan

Luhut: Suka Tidak Suka, China Kekuatan Dunia yang Tak Bisa Diabaikan

RIAUMANDIRI.ID, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menjawab isu negatif yang selalu dikaitkan dengan investasi China di Indonesia.

Menurut dia, saat ini China merupakan kekuatan dunia yang diperhitungkan, terutama dalam kaitannya dengan ekonomi global.

"Supaya anak muda tahu, ekonomi Tiongkok ini hampir 18 persen berpengaruh ke ekonomi global. Amerika kira-kira 25 persen," kata Luhut dalam sebuah kuliah umum virtual, seperti dikutip Antara, akhir pekan kemarin.


"Jadi suka tidak suka, senang tidak senang, mau bilang apa pun, Tiongkok ini merupakan kekuatan dunia yang tidak bisa diabaikan.”

Kepada para generasi milenial dan generasi Z, Luhut meminta publik tidak berpikiran terlalu sempit soal investasi China.

Sebagai negara yang bebas aktif, kata Luhut, Indonesia justru harus membangun hubungan yang baik dengan negara mana pun. Itu dilakukan guna mendukung kekuatan Indonesia.

"Jadi tidak bisa kita musuhi satu (negara), maunya sama ini saja, dan juga tidak ada alasan kita bermusuhan," katanya.

Luhut sebelumnya selalu dikaitkan secara negatif dengan investasi China. Begitu pula dengan isu terkait tenaga kerja asal China yang dinilai akan menggusur lapangan pekerjaan tenaga kerja lokal.

Luhut menyebut, investasi China mendukung visi Indonesia untuk beralih ke industri nilai tambah. Dia menuturkan, China telah banyak berinvestasi dan membantu mengembangkan beragam pabrik nilai tambah komoditas.

Selain itu, sejauh ini China sudah cukup patuh dengan aturan berinvestasi di Indonesia, termasuk soal tenaga kerja yang didatangkan dari Negeri Tirai Bambu itu.

Mantan Menko Polhukam itu pun berulang kali menegaskan jumlah TKA China yang datang ke Indonesia sangat kecil.

Di kawasan industri Konawe, Sulawesi Tenggara, misalnya, TKA China hanya sekitar 8 persen dari total tenaga kerja yang terserap dalam proyek.

Jumlah TKA China pun diharap bakal semakin berkurang dengan dibangunnya politeknik di Morowali.

"Terkait Tenaga Kerja Asing (TKA) China, sebenarnya jumlah mereka seperti di Konawe hanya kurang lebih 8 persen dari para pekerja yang ada. Saat ini jumlah TKA juga makin berkurang dengan adanya politeknik di Morowali," kata Luhut.

Sebagai informasi, nama Luhut kerap dikaitkan dengan polemik kedatangan TKA asal China.

Sebanyak 500 orang TKA asal China ini akan dipekerjakan di dua perusahaan tambang nikel yang ada di Sultra, yaitu PT Virtue Dragon Nickel Industry dan PT Obsidian Stainless Steel.

Luhut mengungkapkan, TKA China ini datang ke Sultra dalam proyek persiapan industri litium baterai. Dia menegaskan, bahwa para tenaga ini dibutuhkan untuk membangun industri di Indonesia.

Luhut mengatakan, kehadiran 500 pekerja China itu dibutuhkan karena Indonesia belum siap mengerjakan proyek ini sendirian. Teknologi yang diterapkan dalam pabrik milik VDNI berasal China, sementara SDM dalam negeri dinilai belum menguasainya.

"Memang industri ini memerlukan orang orang yang paham membangunnya. Tidak serta merta kita siap. Kita nggak siap, kita harus jujur itu. Tapi sekarang ini kita kerjakan," ujar Luhut.

"Jadi Juni atau Juli siap kita kerjakan ini nanti tenaga asing yang mengerjakan, biarlah mengerjakan."



Tags ISTANA