Sebelum Wabah Corona, Tikus Bambu Makanan Paling Populer di China

Sebelum Wabah Corona, Tikus Bambu Makanan Paling Populer di China

RIAUMANDIRI.ID, BEIJING – Bagi banyak orang di China, tikus bambu merupakan hidangan enak yang bernutrisi. Namun kekinian binatang ini disebut sebagai salah satu pembawa virus Corona di sana.

Berbeda dengan tikus biasa yang ditemukan di jalanan hingga saluran air, tikus bambu memiliki ukuran yang sangat besar dan dianggap menyehatkan bagi orang China. Bahkan ada ribuan petani di seluruh China yang beternak tikus bambu untuk dimakan.

Dilansir dari Daily Mail UK, Selasa (21/4/2020), tikus bambu atau dikenal juga dengan nama 'zhu shu' dalam bahasa Mandarin bisa memiliki bobot mencapai 5 kg. Sejak ratusan tahun yang lalu tikus bambu sudah menjadi makanan enak di China.


Bahkan menurut sejarah yang ada, hidangan tikus bambu ini sudah populer dari zaman Zhou Dinasti (1046-256 SM). Selain rasa daging yang enak, orang-orang di China percaya bahwa mengonsumsi daging tikus bambu bisa mengeluarkan racun dari tubuh hingga meningkatkan kesehatan perut.

"Tikus yang bentuknya seperti kelinci ini banyak disantap orang dan rasanya mirip seperti bebek," jelas salah satu buku pengobatan tradisional China kuno, Ben Cao Gang Mu.

Selama 400 tahun terakhir popularitas daging tikus bambu di China terus meningkat. Pada tahun 1990 banyak peternak yang mulai beternak tikus bambu. Kemudian di tambah dengan kehadiran duo YouTuber 'Hua Nong Brothers' yang mempopulerkan tikus bambu di YouTube dan membuat kaum milenial penasaran untuk mencobanya.

Harga tikus bambu di China juga bersaing dengan ayam dan daging bab. Untuk satu pasang tikus bambu yang masih hidup harganya bisa mencapai 1,000 yuan (Rp 2,2 juta). Sementara untuk daging tikus yang sudah dibakar kisaran harga per kg nya sekitar 280 yuan (Rp 616,000).

Orang-orang di China juga menulis topik viral di situs Weibo dengan judul '100 Alasan Untuk Menyantap Tikus Bambu'. Tentunya popularitas tikus bambu ini harus berakhir ketika pandemi virus Corona menyerang China dan seluruh dunia.

Meski belum ada penelitian lebih lanjut tentang hubungan tikus bambu dan virus corona, tapi banyak orang yang percaya bahwa tikus bambu bisa menjadi kurir pembawa virus yang menularkan manusia.

"Sebenarnya hanya sedikit daging tikus bambu yang dijual di pasar tradisional. Kebanyakan daging ini dikirim langsung dari peternak menuju restoran atau tempat makan yang menjual hidangan eksotik," jelas Dokter Li dari China.

Banyak peternak tikus bambu yang merugi dan harus memusnahkan ratusan ribu tikus bambu karena tidak ada yang mau membelinya. Banyak juga yang beralih menjadi petani jamur.

Apalagi pada bulan Februari lalu pemerintah China menghentikan perdagangan hingga konsumsi daging hewan liar untuk sementara waktu. Kini popularitas tikus bambu di China hanya menjadi kenangan, banyak ahli yang menyebutkan bahwa kecil kemungkinannya untuk mengembalikan daging bambu tikus seperti dulu usai wabah virus Corona ini berakhir.