Seminar HTI

Mahasiswi Riau Bicara Nasib Anak Bangsa

Mahasiswi Riau Bicara Nasib Anak Bangsa
PEKANBARU (HR)- Muslimah Hizbut Tahrir Chapter Kampus Pekanbaru menggelar seminar di aula Fakultas Ekonomi, Unibersitas Islam Riau, Minggu (29/3). Seminar mengusung tema “Mau Dibawa Kemana Nasib Anak Bangsa” ini dihadiri sekitar 150 mahasiswi dari seluruh universitas di Pekanbaru. Dosen yang juga aktivis muslimah Hizbut Tahrir (HTI), Dina Hidayat, mengatakan rakyat Indonesia hanya bisa gigit jari akibat neoliberalisme yang diterapkan pemerintah di negara ini. Ia menjelaskan neoliberalisme sebuah paham yang meminimalisir atau bahkan meniadakan peran negara dalam pengaturan urusan rakyat, menjadikan rakyat harus berusaha sendiri memenuhi kebutuhan hidupnya. Realitasnya banyaknya badan-badan milik umum seperti migas, listrik, jalan tol, dan lain-lain diserahkan pengelolaannya kepada pihak swasta, baik lokal maupun asing, bukannya dikelola negara untuk kesejahteraan rakyatnya. Menanggapi permasalahan yang dipaparkan pemateri pertama, Kurnia Budyanti (Muslimah HTI Riau) mengatakan kondisi yang timpang saat ini tidak ditemukan di dalam sistem Islam. “Adik-adik mahasiswa bisa lihat bagaimana kondisi perempuan saat ini," ujarnya. Kapitalis-demokrasi yang diterapkan saat ini menjadikan perempuan sebagai alat memasarkan komoditi para pengusaha yang berada di belakang pemerintah saat ini. Akibatnya perempuan meninggalkan peran utama mereka sebagai ibu dan pengatur rumah tangga suaminya demi memenuhi kebutuhan hidup yang sangat tinggi. Dalam sesi diskusi, salah seorang mahasiswa dari Universitas Riau menanyakan tentang bagaimana cara untuk merubah sistem sekuler saat ini menjadi sistem pemerintahan Islam tanpa mendiskriminasi agama lain yang ada di Indonesia. Yanti menjawab jika Sistem Islam diterapkan, maka tidak hanya mendatangkan kesejahteraan bagi orang muslim tapi juga bagi non-muslim. “Hal ini terbukti dari penerapan Islam selama lebih dari 1.300 tahun, yang dimulai dari masa Rasulullah SAW hingga Kekhilafahan Utsmani, belum pernah tercatat adanya diskriminasi yang dilakukan Islam terhadap agama lain,” tuturnya. Jadi jelas tidak mengapa ketika Islam diterapkan di Indonesia yang kondisi masyarakatnya heterogen, karena di dalam Islam bagimu agamamu dan bagiku agamaku seperti firman Allah dalam surat Al Kafirun. Acara ditutup dengan musikalisasi drama yang menggambarkan bobroknya suatu negeri ketika aturan Islam dicampakkan. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam bukan hanya untuk muslim saja. Oleh karena itu, pentingnya mengembalikan sistem pemerintahan kepada sistem Islam di bawah Khilafah Islamiyah. (rls)