Melihat Perkebunan Kelapa di Indragiri Hilir (tamat)

Pohon Kehidupan, Harus Dipertahankan

Pohon Kehidupan, Harus Dipertahankan

Keinginan Bupati Indragiri Hilir HM Wardan mempertahankan produksi kelapa di Negeri Seribu Parit, sangatlah kuat. Karena itu, segala sesuatu yang berkenaan dengan pengembangan kebun kelapa, menjadi perhatian penting bagi Pemkab Inhil.

"Panggil saya bupati kelapa," ujarnya, dalam pertemuan dengan puluhan wartawan Riau, akhir pekan lalu.

Pernyataan itu bukan sembarang sebut. Pernyataan itu menunjukkan keseriusannya menjaga dan mempertahankan sekaligus meningkatkan produksi kelapa di Kabupaten Inhil. "Kelapa merupakan pohon kehidupan di Indragiri Hilir jadi harus kita pertahankan bersama," ujarnya.

Sejak diberikan amanah sebagai Bupati Inhil, Wardan mengakui pihaknya mulai mendemamkan atau mengkampanyekan pelestarian kelapa di Inhil.

"Kelapa akan kita jadikan identitas Kabupaten Inhil. Makanya di setiap median jalan, saya perintahkan kepada instansi terkait untuk menanam kelapa. Jadi ketika para tamu datang ke Inhil, mereka sudah mendapatkan kesan bahwa Inhil memang daerah penghasil kelapa," ujarnya lagi.

Tidak hanya itu, Pemkab Inhil juga terus mengoptimalkan sektor ini. Saat ini, perbaikan terhadap kebun kelapa milik masyarakat, terus dilakukan secara bertahap, sesuai kemampuan keuangan daerah. Pihaknya juga gencar mempromosikan potensi kelapa Inhil, khususnya kepada investor. Hasilnya, sejauh ini sudah cukup banyak investor yang mengaku tertarik menanamkan modal di Inhil.

Terus Butuh
Salah satu pabrik pengolahan kelapa di Inhil saat ini adalah PT Inhil Sarimas Kelapa (ISK) yang berada di Desa Sungai Gantang, Kecamatan Kempas. Menurut Marzuqi dari PT ISK menjelaskan, perusahaan ini telah beroperasi sekitar tujuh tahun. Perusahaan ini menghasilkan produk turunan kelapa berupa minyak kelapa, karbon aktif, santan dan air kelapa dalam kemasan siap minum.     

"Kami berusaha menghasilkan produk-produk berkualitas dan bisa dikenal di seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia," ujarnya.

Menurut Marzuqi, PT ISK murni menggunakan bahan baku yang berasal dari para petani kelapa di Inhil. Sebab, perusahaan tidak memiliki lahan perkebunan kelapa milik sendiri. "Sejak awal ini memang komitmen perusahaan untuk menggunakan bahan baku kelapa masyarakat," katanya.

Dalam hal ini, perusahaan menjalankan prinsip keterbukaan dengan para petani, sehingga masalah harga pun pihak perusahaan tidak pernah menekan harga. "Kami selalu terbuka dengan siapa saja yang mau memasok kelapa ke perusahaan, mau langsung silhkan, mau lewat pengepul juga tidak masalah," katanya.

Bagi perusahaan, para petani kelapa di Inhil adalah mitra yang penting. Karena itulah, pihaknya secara berkala selalu menggelar pertemuan rutin dengan sejumlah petani membicarakan berbagai masalah seputar perkelapaan.

"Kami juga berkepentingan bagaimana supaya kualitas kelapa di Inhil berkualitas karena menyangkut produk yang akan kami hasilkan, karena itu kami sering berdiskusi bersama para petani," jelasnya.

Bagi PT ISK, peningkatan produksi kelapa di Inhil akan sangat mempengaruhi operasional perusahaan. Marzquki mengaku, sejauh ini pasokan kelapa di Inhil masih belum mampu memenuhi kebutuhan pabrik dengan kapasitas mesin terpasang. Sehingga terkadang pabrik tidak beroperasi karena tidak adanya bahan baku.
Anak Jadi Dokter

Kelapa memang tak bisa dipisahkan dari masyarakat Inhil. Hingga saat ini, sudah begitu banyak cerita tentang kesuksesan seorang anak jati Inhil, yang didukung orangtuanya yang bekerja dan bertungkus lumus dalam usaha kelapa.

Kondisi itu juga dialami Hj Jamiyah, warga Batang Tumu, Kecamatan Mandah. Sudah sejak tahun 1983 lalu, ia berprofesi sebagai pedagang kelapa. Dari hasil usahanya itu, ia bisa membiayai kuliah empat orang anaknya hingga lulus sebagai sarjana. Salah seorang di antaranya bahkan berprofesi sebagai dokter.

Ia mengakui, bisnis kelapa di Inhil masih menjanjikan. Karena itu pula ia memilih untuk mendalami bisnis kelapa ini secara serius. Dikatakan, dalam usahanya, ia menampung dan membeli kelapa masyarakat yang dijual kepadanya dengan harga layak. Selanjutnya, kelapa-kelapa itu ia jual kembali ke Kuala Enok, dengan menggunakan kapal. Jarak tempuh menuju tempat itu biasanya bisa mencapai delapan jam.

Salah seorang petani kelapa di Inhil, Karniah (27) mengatakan, biasanya pohon kelapa baru bisa dipanen setelah berusia tiga hingga empat tahun. Agar bisa tumbuh dan menghasilkan, pohon harus dirawat dengan sebaik mungkin. "Yang pasti, kebutuhan pupuknya harus betul-betul diperhatikan," terangnya.

Ada beberapa tahapan dalam proses panen kelapa. Pertama, ujarnya, kelapa yang sudah masak (biasanya berwarna kecoklatan, red) diambil dari pohonnya. Selanjutnya buah kelapa dikumpulkan di langkau (tempat pemanggangan kelapa) atau disalai (dipanggang). Setelah itu, barulah kepala disolak (dikupas kulitnya atau sabut kelapanya) kemudian kelapa dibelah terus disalai atau diasapkan sampai kelapanya masak. Selanjutnya, daging kelapa dicongkel dan dijual.

Biasanya, toke membeli kelapa setiap 100 kilogram (sekitar 70-80 karung) seharga Rp450 ribu.

Menurut Karniah, setiap panen (biasanya tiga bulan sekali) ia dan keluarga bisa memanen 3 ton kelapa, atau setara Rp13,5 juta. Sehingga dalam setahun, (bisa empat hingga lima kali panen), ia bisa meraup penghasilan sebesar Rp54 juta.

Sedangkan kelapa bulat, terangnya, panen dua bulan sekali. Proses kelapa bulat itu dibuang dulu kulitnya atau sabut kelapanya. Dalam setiap 100 kilogram, biasanya dibeli Rp300 ribu. Biasanya dia panen hingga 2 ton sehingga bisa menghasilkan Rp6 juta. Dalam setahun, bisa mendapatkan Rp24 juta.

Sejauh ini, tambahnya, pupuk masih menjadi kendala bagi para petani. Sementara fungsi pupuk sangatlah penting. Bila pupuk kurang maka produksi kelapa jelek dan menurun. Bila sudah begini, maka harga kelapa pun ikutan turun, bahkan bisa mencapai Rp1.500 untuk kelapa tua sedangkan kelapa muda sebutir Rp1.000.

Tinggi
Terpisah, pengamat ekonomi Riau Prof Detri Karya mengatakan, kelapa di Inhil sudah dikenal karena kualitasny ayang bagus dan sudah mendunia.

Dari tinjauannya ke lapangan belum lama ini, intrusi air laut merupakan salah satu ancaman nyata yang selalu mengintai kebun kelapa masyarakat. Bila masalah ini terpecahkan, ia yakin produksi kelapa Inhil akan semakin baik.

"Dari kacamata ekonomi, saya melihat prospek kelapa di Inhil sangatlah besar. Tinggal bagaimana Pemkab, Pemprov dan Pemerintah Pusat bisa melihat peluang besar ini," ujarnya.

Sementara anggota DPRD Riau Ade Hartati, Selasa (24/3), mengaku merasa bangga dengan perkembangan perkelapaan di Inhil ini. Dia berharap, Pemerintah Provinsi Riau mau membantu persoalan trio tata air di Inhil ini sehingga kelapa di Inhil bisa lebih mendunia lagi ke depannya.

"Harapan saya semoga Pemerintah Provinsi Riau bisa memberikan bantuan pembuatan tanggul di Inhil sehingga pekebun kelapa bisa mendapatkan solusi untuk perkembangan perkelapaan mereka sehingga bisa menghasilkan kelapa lebih baik lagi dengan buah yang banyak," harapnya. (tamat)