Laporan Rahasia: Militer AS Terancam Kalah dalam Perang dengan China
Riaumandiri.co - Sebuah laporan internal dari Amerika Serikat mengungkapkan ancaman serius bagi kekuatan militer negara tersebut, dengan perkiraan bahwa militer AS dapat mengalami kekalahan telak jika terlibat langsung dalam konflik terbuka antara China dan Taiwan.
Laporan ini, yang disebut sebagai Overmatch Brief dan dilaporkan oleh New York Times, menyimpulkan hasil simulasi perang yang menunjukkan bagaimana China dapat dengan mudah melumpuhkan pesawat tempur AS, kapal perang utama, hingga jaringan satelit AS dalam fase awal pertempuran. Serangan ini terjadi begitu cepat hingga militer AS belum sempat mengerahkan kekuatan penuh.
Dokumen tersebut, yang disusun oleh Kantor Penilaian Jaringan Pentagon, mengungkapkan bahwa ketergantungan AS pada senjata berteknologi tinggi justru membuatnya rentan dalam menghadapi serangan. China, dengan pendekatan persenjataan yang lebih terjangkau dan dapat diproduksi dengan cepat, mampu menekan keunggulan militer AS. Beijing bahkan dilaporkan telah mengembangkan kemampuan untuk menetralkan aset intelijen vital milik AS dalam hitungan menit sejak pertempuran dimulai.
Laporan ini muncul beberapa hari setelah pejabat China, Guo Jiakun, memperingatkan Washington untuk menangani isu Taiwan dengan sangat hati-hati. Modernisasi militer China selama dua dekade terakhir menghasilkan berbagai kemampuan militer canggih, seperti rudal presisi jarak jauh, pesawat tempur generasi baru, kapal perang besar, dan kemampuan antariksa yang semakin maju.
Semua ini menempatkan AS dalam posisi yang semakin kurang menguntungkan di kawasan Indo-Pasifik. China diperkirakan kini memiliki sekitar 600 senjata hipersonik, yang mampu terbang lima kali lebih cepat dari suara dan sangat sulit untuk dicegat.
Dalam laporan tersebut, dijelaskan bahwa kapal induk terbaru AS, USS Gerald R. Ford yang memiliki nilai 13 miliar dolar AS tetap tidak mampu bertahan dari serangan rudal China. Kapal ini, meski efektif menghadapi negara dengan kekuatan militer lebih lemah, ternyata sangat rentan terhadap ancaman baru dari Beijing.
Laporan ini juga mencatat bahwa pelajaran yang dapat diambil dari perang Ukraina menunjukkan kelemahan dalam penggunaan tank dan persenjataan modern Barat yang bisa dieksploitasi oleh pihak lawan. Selain itu, AS dinilai tidak lagi memiliki kapasitas industri untuk memproduksi senjata dan amunisi dalam jumlah besar yang dibutuhkan dalam konflik besar dan berkepanjangan. Ketergantungan pada senjata mahal membuat AS kalah cepat dalam hal produksi dan inovasi dibandingkan dengan China dan Rusia.
Taiwan dalam Ketegangan Global
Ketegangan utama dalam situasi ini terletak pada Taiwan, pulau dengan populasi sekitar 23 juta orang yang diklaim oleh China sebagai wilayahnya. Beijing menegaskan bahwa Taiwan harus disatukan dengan China, bahkan dengan kekerasan jika diperlukan, sementara Taiwan tetap mempertahankan klaim sebagai negara berdaulat yang hanya dapat memutuskan masa depannya sendiri.
Meskipun Beijing belum mengungkapkan tenggat waktu untuk invasi, banyak laporan intelijen dari negara-negara Barat memprediksi bahwa China akan melancarkan serangan sekitar tahun 2027, yang juga bertepatan dengan target modernisasi militer Presiden Xi Jinping.
Laporan Overmatch mengungkapkan bahwa China telah mengumpulkan arsenal rudal yang sangat kuat, yang dapat menghancurkan kapal induk AS bahkan sebelum kapal tersebut mencapai perairan Taiwan. Dalam berbagai simulasi, kapal induk terbaru AS hampir selalu gagal bertahan dari serangan rudal China.
Mantan Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Pete Hegseth, bahkan pernah mengungkapkan bahwa dalam skenario simulasi perang Pentagon, AS selalu kalah melawan China. Hegseth memperingatkan bahwa rudal hipersonik China dapat menghancurkan kapal induk AS dalam hitungan menit.
Hal ini semakin diperburuk oleh fakta bahwa persediaan rudal AS semakin menipis akibat dukungan berkelanjutan untuk Ukraina dan Israel. Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan juga mengingatkan bahwa AS bisa kehabisan amunisi penting dengan sangat cepat jika terlibat dalam perang besar dengan China.
Penilaian internal Pentagon menunjukkan bahwa China kini unggul dalam hampir seluruh kategori rudal jelajah dan balistik, meskipun kedua negara memiliki jumlah ICBM yang relatif setara, sekitar 400 unit.(MG/DHA)