Impor Dilarang

Warga Lingga Terancam Kelangkaan Beras dan Gula

Warga Lingga Terancam Kelangkaan Beras dan Gula

Dabosingkep (HR)-Stok beras dan gula di Kabupaten Lingga terancam tidak mencukupi kebutuhan. Hal ini terungkap dalam rapat koordinasi yang digelar di Sanggar Praja Kecamatan Singkep, antara Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi  Kabupaten Lingga bersama dengan para pengusaha beras dan gula se-Lingga serta Bea Cukai, Polres Lingga, UPP Pelabuhan  dan TNI Angkatan Laut.

Kepala Disperindagkop Kabupaten Lingga, Muzammil, mengatakan, rapat tersebut dilaksanakan sesuai peraturan pemerintah yang melarang beras impor masuk ke Indonesia yang berdampak terhadap stok beras dan gula di Lingga. Pasalnya, kata dia, sebagian besar warga Lingga selama ini mengkonsumsi beras dari Batam dan Tanjungpinang.
Karena itu, dengan adanya larangan tersebut, maka para pengusaha lokal tidak berani memasukan beras dan gula dari Tanjungpinang yang akhirnya mengancam kebutuhan warga. "Kebutuhan beras kita untuk bulan ini saja tidak cukup. Satu bulannya kita mengkonsumsi beras 950 ton, sementara saat ini hanya tersedia 550 ton. Gula juga bisa dipastikan seminggu ke depan akan langka, karena saat ini stok gula hanya bertahan satu minggu," terang Muzamil.
Pihaknya akan segera mengkoordinasikan dengan Bupati Lingga untuk mencarikan solusi terkait hal ini. Sementara, untuk tindak lanjutnya pihaknya juga akan menemui Plt Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kepri yang juga sekaligus Sekretaris Dewan Kawasan FTZ Kepulauan Riau.
"Kita minta bupati dan gubernur memberikan kemudahan bagi para pengusaha beras ini untuk melalui jalur resmi khusus untuk kebutuhan pokok," katanya.
Sementara para pemasok gula dan beras juga mengaku mereka tidak berani memasukan beras dari jalur yang sudah 20 tahun mereka gunakan. Pasalnya, penjagaan diperketat bahkan pemerintah daerah tidak juga mampu memberikan solusi.
Padahal kebutuhan pokok yang mereka datangkan dari Batam dan Tanjungpinang harganya jauh lebih murah dibandingkan harus menggunakan beras lokal. "Kalau kami ambil dari impor, selisih harganya lima ribu sampai tujuh ribu rupiah dengan beras lokal. Sekarang beras impor sudah dilarang, kami tidak berani mengambil lagi karena penjagaan di laut sudah diperketat. Sekarang banyak pengecer yang mengeluh ke kita," kata Junaidi, salah satu pemasok beras asal Lingga utara.
Menurutnya, dengan mendatangkan beras impor untuk melalui jalur resmi itu sangat sulit dan biaya yang dibutuhkan pun tidak sedikit. Sementara jika mengambil beras lokal harganya juga sangat tinggi. Karena wilayah Kepri tidak memiliki lahan pertanian, tingginya harga beras lokal yang didatangkan dari Jawa akibat transportasinya sangat jauh.
"Kalau kita beli beras lokal, masyarakat akan banyak yang mengeluh. Untuk itu kita minta pemerintah mencari solusi dan membuat kebijakan yang memihak pemerintah," ujarnya. (ant/ivi)