Rizal Mallarangeng Ragukan Kekesatriaan Prabowo

Rizal Mallarangeng Ragukan Kekesatriaan Prabowo

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA – Politikus Partai Golkar, Rizal Mallarangeng meragukan kepatriotan dan kekastriaan calon presiden Prabowo Subianto, sebagaimana sering dia klaim. Hal itu menurutnya, menyusul hasil pemilu presiden 2019 yang memenangkan kandidat Joko Widodo-Ma’ruf Amin.

Sejauh ini, kata Rizal, Prabowo belum legawa atau menerima kenyataan bahwa dia kalah dari Jokowi dalam pemilu presiden 2019. Prabowo, bahkan sedikitnya dua kali berpidato di hadapan publik dan media massa akan klaim kemenangannya.

“Mestinya malam itu Prabowo berpidato yang elegan, mengucapkan selamat kepada Pak Jokowi sebagai pemenang, walaupun belum diresmikan KPU, tetapi sebagai sebuah tradisi dalam demokrasi, kalau Pak Prabowo pada malam 17 [April 2019] itu berpidato seperti itu, maka semuanya akan terinspirasi bahwa beliau adalah tokoh panutan yang membawa kita ke depan,” katanya melalui keterangan tertulisnya pada Rabu (29/5/2019).


Rizal malah mencibir sikap Prabowo yang seolah tak dapat menerima kenyataan kalah, tetapi kemudian menuding telah dicurangi. “… Pak Prabowo kan seperti anak kecil: main catur kalah, kemudian marah-marah, mejanya dibongkar, nuduh orang lain curang.”

Tentu saja, menurut Rizal, akan lebih terhormat dan berwibawa manakala Prabowo dengan sikap kesatria menerima kekalahan dan mengucapkan selamat kepada rivalnya. Puluhan juta orang pendukung Prabowo pun, dia meyakini, akan terinspirasi sikap kesatria sang mantan komandan jenderal Komando Pasukan Khusus itu.

“Kan dia (Prabowo Subianto) sering tuh pidato, ‘Saya patriot, saya kesatria’. Tapi itu kan cuma ngomongnya aja. Begitu diuji oleh kenyataan, harus menerima suatu hal yang pahit; kasatria [atau] bukan lo,” kata Koordinator Bidang Penggalangan Khusus Partai Golkar itu.

Rizal menyarankan publik memperhatikan langkah selanjutnya Prabowo setelah Mahkamah Konstitusi mengadili permohonan gugatan yang diajukan sang calon presiden. “Kita tunggu setelah MK [memutuskan]: bener enggak dia kesatria. Jangan-jangan mengulang lagi lima tahun lalu, dia nolak lagi.”