Mungkinkah Perang Dagang AS dan China Berakhir di 2019

Mungkinkah Perang Dagang AS dan China Berakhir di 2019

Oleh: Dr Irvandi Gustari
Dirut Bank Riau Kepri

RIAUMANDIRI.CO - Perusahaan Teknologi Apple Inc, yang didirikan oleh Steve Jobs itu memperlihatkan bahwa dampak dari perang dagang antara AS dengan China telah mengakibatkan nilai perusahaan tersebut anjlok sebesar 38% atau USD 445,25 miliar atau setara dengan Rp6.456 triliun. Akibatnya para pemasok perusahaan produsen iPhone tersebut mulai ketar-ketir sangat cemas tentunya, karena memandang produsen iPhone itu sedang menghadapi masalah serius di pasar global.

Presiden AS Donald Trump terkait penurunan nilai perusahaan Apple Inc tersebut, malah secara arogan dalam ciutannya di twitter: “ saya tidak peduli penurunan penjualan Apple karena dampak perang dagang, Apple seharusnya memproduksi telepon selulernya di AS, bukan di China”.


Ya begiulah kondisi dari perang dagang, di mana tidak saja memporak-porandakan perekonomian banyak negara di berbagai belahan dunia, namun juga memakan korban sejumlah perusahaan raksasa yang beroperasi di Amerika Serikat sendiri, termasuk contohnya yaitu Apple Inc.

AS dan China  telah saling mengenakan bea impor terhadap berbagai produk senilai miliaran dolar AS. Bahkan Trump berkali-kali menyerang China dan menuntut Beijing untuk menurunkan selisih perdagangan kedua negara, menghentikan pencurian hak kekayaan intelektual perusahaan-perusahaan AS, serta mencabut halangan non-tarif. Ya memang tidak ada yang tahu, agenda apa si Trump memperlakukan China seperti itu?

Lalu timbul pertanyaan, kapan berakhir perang dagang ini? Melelahkan rasanya  dampak yang dirasakan oleh adanya ulah eksentrik dari Presiden AS ini Trump. Apa sebenarnya yang dicari oleh Trump, atau apa target akhir yang ingin dicapai oleh Trump?

Oleh banyak kalangan terutama para pemimpin negara  sudah pada berdoa, bahwa pada pertemuan KTT G20 pada Desember 2018 lalu di Argentina, sangat berharap adanya titik temu yang saling mengerti antara Presiden AS Donald Trump dengan Presiden China  Xi Jinping, dan menjauhkan gengsi masing-masing, sehingga ada bentuk kesepakatan baru. Namun apa yang terjadi setelah pertemua tersebut?

Ya memang ada sejumlah kesepakatan dalam perjumpaan antara Trump dan Xi Jinping disela sela acara KTT G20 tersebut. Kesepakatan itu ada memperlihatkan kecerahan, antara lain: 1) 1 Januari tahun depan, Amerika Serikat tidak akan memberlakukan tarif tambahan pada produk yang diimpor dari China, hal ini berarti  bahwa Amerika Serikat sepakat akan menunda kenaikan tarif hingga 25 % terhadap komoditas impor Tiongkok senilai USD. 200 miliar yang rencana sebelumnya akan diberlakukan mulai 1 Januari tahun depan. 

Ditegaskan bahwa tarif akan tetap pada 10% untuk sementara waktu, 2) China juga setuju membeli sejumlah besar produk AS, termasuk pembelian langsung produk pertanian, 3) AS dan China uga sepakat untuk memulai negosiasi isu perubahan struktural  yang berlangsung dalam batasan 90 hari.

Trump memang terlihat belum puas apalagi mencapai klimaks, namun Trump telah mempertontonkan kepada masyarakat dunia bahwa Amerika Serikat adalah negara  adidaya dan adikuasa. Apapun keputusan Trump akan berdampak kepada perekonomian dunia. 

Rasanya dengan adanya pertemuan Trump dan Xi Jinping di KKT G 20 tersebut di Argentina di Desember bulan lalu, telah memperlihatkan sikap Trump yang mulai melunak. Apakah kesemuanya itu  memperlihatkan si Trump sudah mencapai titik kepuasannya dan maupun tujuan akhirnya? 

Ya kesemuanya ini adalah permainan politik dari Trump, dan kita seolah-olah terjebak dengan langkah-langkah sepak terjang dari Trump yang memaikan perekonomian secara politik, atau sering disebut dengan politik ekonomi. 

Trump sedang mencari titik keseimbangan baru (equilibrium) perpolitikannya antara politik luar negeri dan perpolitikan dalam negeri.  Kita semua paham bahwa citra politik Trump didalam negeri AS sendiri sedang anjlok, dan tentu perlu didongkrak melalui perpolitikan luar negerinya.

Memang masih perlu waktu untuk sampai pada ujung akhir dari perang dagang ini. Namun sepertinya bisa diramal bahwa di pertengahan tahun 2019 ini, perang dagang mulai reda. Kita perlu optimis tentunya.