Negeri Seribu Satu Masalah

Negeri Seribu Satu Masalah

Sudah banyak julukan diberikan kepada negeri kita dari negeri seribu satu maling, distrust country/ tidak dipercaya, uneducated/tidak terdidik,negeri yang gamang, negeri yang gagal dan akhir-akhir ini julukan baru yaitu Negeri seribu satu masalah.

Negeri seribu satu maling, memang di negeri ini sudah sejak lama maling-maling berkeliaran dengan segala bentuk dan cara merampok serta mengurai uang rakyat. Negeri yang tidak dipercaya karena sudah sulit mencari orang-orang amanah, sudah sulit mencari orang-orang jujur, di mana kejujuran sudah menjadi sebuah kerinduan. Rindu kita dengan orang jujur dan amanah.

Negeri tidak terdidik, ilmu tinggi tamatan perguruan tinggi tapi moral dan akhlak cacat dan bermasalah, pengetahuan agamanya oke, tapi terdakwa dan dipenjara.

Negeri yang gagal, gagal d ibidang pendidikan baik umum maupun agama, belum mampu melahirkan manusia-manusia berkualitas yang berakhlak mulia. Perekonomian belum dinikmati oleh sebagian besar anak bangsa sebagai manusia-manusia yang layak. Masalah negeri kita beranjak dari kemiskinan dan kebodohan “Sudah Miskin, Bodoh Lagi”. Memang ada yang kaya dan pintar tapi sombongnya setengah hidup, seperti dialah segala-galanya.

Negeri yang gamang, karena hampir semua keputusan atau yang akan diputuskan dilakukan dengan ragu-ragu tidak percaya diri dan terlalu banyak pertimbangan. Barangkali karena ada tekanan atau intimidasi

Sekarang negeri seribu satu masalah, belum habis masalah yang satu datang masalah kedua, belum selesai masalah kedua tiba pula masalah ketiga dan seterusnya. Memang diakui selaku manusia tidak luput dari permasalahan tapi ketika kita berbangsa dan bernegara tentu tidak boleh negeri ini diancam selalu oleh banyak masalah, apalagi masalah-masalah tersebut ngambang dan tidak jelas juntrungnya. Kondisi penuh masalah ini sangat terasa pada pengujung jabatan Presiden SBY dan belum terlihat titik terang sampai Pemerintah Jokowi-JK, dapat kita catat dari beberapa masalah yang tidak berkesudahan.

Pertama, di legislatif yaitu konflik KMP dan KIH. KMP menguasai kursi Pimpinan DPR, hal ini pun belum selesai sampai sekarang, sehingga mengganggu kinerja DPR.

Kedua , konflik politik, adanya dua kubu yang tengah berkonflik di Golkar dan PPP konflik ini jelas memengaruhi aktivitas legislator Golkar maupun PPP di DPR. Konflik juga sudah dibawa ke pengadilan dan Mahkamah Partai namun belum bisa juga di selesaikan.

Ketiga, masalah hukum, koflik KPK dan POLRI yang saling berbalas pantun dan saling klaim. Diakui koflik ini banyak sedikitnya mempengaruhi wibawa KPK dan mengundang koruptor.

Keempat, konflik pemerintah daerah. Antara Gubernur Ahok dan DPRD DKI menyangkut anggaran siluman triliunan yang sampai saat ini belum mendapatkan solusi. Kementerian Dalam Negeri pun cukup kewalahan. Itulah masalah-masalah yang menonjol satu tahun terakhir ini membuat risau rakyat kita karena kehadirannya hampir serentak dan sambung bersambung.

Pertanyaannya sampai kapan kita nikmati kondisi ini? Jawabannya tentu banyak dan variatif, namun dari sekian jawaban yang menonjol dan sangat masuk akal adalah :

a.Selama politik (Praktis) masih menjadi panglima dan selama politisi-politisi (ikan lele) yang hidupnya di air keruh semakin keruh semakin senang.
b.Selama belum berani dan piawai top eksekutif mengelola kekuatan politik.

Apabila kedua syarat ini belum terakomodir diyakini masalah-masalah bangsa sulit teratasi. Kasihan kita dengan negeri ini berat betul beban yang dipikulnya. Kata Buya Syafi’i Maarif: “Malang betul negeri ini, dia dibunuh oleh anak-anak sendiri, yang hilang akal sehat dan yang hilang hati nurani.”

Kita tentu tidak boleh pesimis masih ada tempat mengadu yaitu berserah diri kepada Allah sambil berdoa agar pemimpin – pemimpin kita, politisi-politisi, penegak hukum dan top eksekutif dibukakan hatinya oleh Allah agar sadar bahwa mereka adalah pemimpin yang harus amanah, jujur, adil serta selalu memihak rakyat. Itulah politisi ikan hias, enak dipandang, membuat tenang, sejuk pikiran, damai perasaan, bukan politisi-politisi ikan lele. Wallahualam.***


Ketua Stisip Persada Bunda