Adik Panglima TNI Hadi Tjahjanto Bicara Tentang Sosok Kakaknya

Adik Panglima TNI Hadi Tjahjanto Bicara Tentang Sosok Kakaknya

RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Yayasan Bakau Manfaat Universal menggelar bedah buku biografi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang berjudul "Anak Sersan Jadi Panglima" di Aula Serba Guna Universitas Riau, Jumat (21/9/2018). Buku itu ditulis oleh mantan jurnalis Eddy Suprapto.

Acara bedah buku yang dihadiri ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Pekanbaru ini menghadirkan pembicara Wahyu Tjahjadi yang merupakan adik kandung Hadi Tjahjanto dan pembicara lainnya Dr Chaidir.

Wahyu Tjahjadi menyatakan pengalaman yang ia jalani bersama kakaknya adalah titik balik dalam keberhasilannya dan kakaknya hingga jadi seperti sekarang ini.


Wahyu menuturkan, dari buku Anak Sersan Jadi Panglima ini, menunjukkan pada generasi penerus bahwa sesuatu yang dicapai tidak secara instan, tapi membutuhkan pengorbanan. Menurut Wahyu, kakaknya sangat sayang dan menghargai adiknya dalam segala hal.

"Kakak saya adalah kakak yang paling sempurna, karena saya melihat kakak-kakak teman saya tidak seperti kakak saya. Dia tidak marah pada adiknya, dia sayang. Dia turut apa yang baik, walaupun itu dari seorang adik, saya adik sekaligus prajuritnya, karena pangkat saya jauh di bawahnya. Tetapi kalau saya kasih masukan, kalaupun tidak setuju beliau ucapkan terima kasih," ungkapnya.
 
Wahyu juga mengungkapkan ayahnya adalah orang yang paling berpengaruh dalam mendidik anak-anaknya. Ayahnya mengajarkan untuk tidak mengambil hak orang lain. "Justru harus memberikan yang kita miliki bukan justru mengambil hak orang lain," ujar dia. 

Ayahnya mengajarkan bahwa saat-saat yang sulit adalah ujian yang harus dilalui tanpa harus mengambil hak orang lain. Ia menceritakan pengalaman ayahnya yang suatu hari sedang jaga di pos bersama rekan-rekannya dan menemukan jagung. Lalu teman-teman ayahnya mengambil jagung itu. Cerita lainnya, ketika teman-teman ayahnya mengambil bensin di pesawat untuk dijual namun ayahnya tidak ikut-ikutan.

"Kalau dari ujian itu kita tidak sanggup, lalu kita zalim dan menipu, mungkin kakak saya tidak jadi panglima," kata dia. 

"Saya pribadi sangat nurut kepada orangtua, saya tidak pernah menjawab apa yang disampaikan orang tua. Sampai saat ini pun, kakak saya jadi panglima dan saya kolonel, kita tetap dekat orangtua. Kita tetap ajak orangtua haji dan umrah," katanya.


Reporter: Rico Mardianto