Ini Dampak Isu Perang Dagang AS bagi Investasi di Indonesia

Ini Dampak Isu Perang Dagang AS bagi Investasi di Indonesia

RIAUMANDIRI.CO, BOGOR - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengatakan isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi sentimen negatif buat para pelaku usaha.

"Mungkin dampak kepada investasi terutama melalui jalur sentimen dan kepercayaan. Tentunya perang dagang dapat menimbulkan ketidakpastian," kata Lembong di Istana Bogor, Senin (9/7/2018).

Dia menilai, kalangan pengusaha atau investor paling sensitif terkait dengan perkembangan dunia, apalagi mengenai isu yang akan berdampak bagi perekonomian negara-negara berkembang seperti Indonesia.


"Kalangan pengusaha dan investor itu paling sensitif, paling peka terhadap ketidakpastian," jelas dia.

Agar tetap menarik investasi ke Indonesia, Lembong bilang salah satu yang dilakukan adalah memberikan insentif kepada para pelaku usaha.

Untuk sektor industri, Lembong bilang adalah dengan menjaga megaproyek sektor tersebut tetap berjalan. Salah satunya adalah megaproyek sektor hulu.

"Karena yang sekarang mungkin harus menjadi fokus adalah megaproyek di bidang industri. Karena langsung kena dua atau tiga faktor positif," papar dia.

Sentimen positif investasi di hulu industri karena nilainya sangat besar bisa mencapai puluhan triliun. Lalu, industri hulu rata-ratanya berorientasi ekspor dan cenderung mengurangi ketergantungan impor.

"Contohnya, adalah smelter. Itu sangat sukses, berkat keberhasilan Menperin dan menteri lainnya, sudah puluhan triliun, dan sebentar lagi ratusan triliun, sudah mengangkat Indonesia menjadi top 3 dunia, mau top 2 dunia, untuk eksportir baja tahan karat. Itu setahu 80-90% berorientasi ekspor," ujar dia.

Selanjutnya adalah industri petrokimia. Menurut Lembong, industri ini memiliki nilai investasi yang besar, orientasi ekspor, dan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku dalam negeri.

"Kalau kita bisa mempercepat realisasi investasi megaproyek ini, ini bisa kena tiga-tiganya: investasi masuk, arus modal masuk, ekspor meningkat dan impor dikurangi demi menjaga kestabilan atau kewajaran neraca dagang," tutup dia. 


Sumber: detik