PT WSN Hadirkan Dirut Hearing DPRD

PT WSN Hadirkan Dirut Hearing DPRD

TELUK KUANTAN (HR)-DPRD kaget setelah perkenalan dari Heri Amin, selaku Direktut Utama PT Wanasari Nusantara. Pasalnya, selama ini jajaran pimpinan PT WSN menyatakan Heri Amin merupakan warga negara Malaysia dan selalu berada di negeri tersebut.

"Saya asli orang Selatpanjang, anak bangsa juga," ujar Heri Amin pada sesi perkenalan saat hearing di DPRD Kuansing, Jumat (6/3). Heri Amin merupakan etnis Tionghoa yang tinggal di wilayah terluar Provinsi Riau.

Mendengar hal ini, anggota Dewan yang ikut hearing dari Komisi A dan B langsung meradang. Mereka merasa ditipu oleh Manajer PT WSN Sainul Aidi dan bagian Humas Nurhendro. Karena, selama ini kedua orang tersebut selalu menyatakan PT WSN milik pemodal asing.

"Ternyata, dia putra Riau dan ini baru pertama berjumpa. Dulu, beberapa kali kita melakukan kunjungan ke Wanasari, tidak pernah tahu mana orangnya. Bahkan, Nurhendro menyatakan Heri Amin sedang di Malaysia, ternyata dia berada di gudang pupuk," jelas Rustam Efendi pimpinan rapat.

Berkali-kali anggota Dewan mengatakan bahwa PT WSN pembohong, sekalipun tak ditanggapi direksi yang hadir. Mereka hanya diam dan duduk lesu di ruang sidang.

Hal lain yang disembunyikan jajaran PT WSN berkenaan dengan perizinan. Heri Amin menyatakan izin gangguan diperoleh dari Kota Pekanbaru. Ternyata, izin gangguan sudah habis pada 10 Maret 2014 silam.

'Ini lucu, dia buka perusahaan di tempat kita. Izin gangguan dari daerah lain. Dia tak menyatakan izin tersebut sudah mati, untung BPTPM yang mengklarifikasinya," jelas Rustam.

Senada dengan Rustam, Konprensi mengaku kecewa dengan PT WSN yang dinilai sebagai perusahaan pembohong. Bahkan, dalam hearing Konprensi meminta seluruh berkas perizinan diberikan ke DPRD. "Mana semua izinnya, kami mau lihat. Jangan hanya sekedar kata-kata anda saja," tegasnya.

Hal yang sama juga disapaikan oleh tokoh masyarakat Singingi dan Singingi Hilir. Dimana, PT WSN sudah sering membohongi masyarakat, terutama berkenaan ganti rugi lahan yang tak jelas ujung pangkalnya. (mg2)