Kembangkan UKM dan Agribisnis

Kadin Bengkalis Belajar ke Bandung

Kadin Bengkalis Belajar ke Bandung

 

BENGKALIS (HR)-Tekad Kamar Dagang dan Industri Kabupaten Bengkalis mengembangkan uasaha kecil menengah dan agribisinis di Negeri Junjungan tak main-main. Salah satu upaya yang dilakukan bagaimana memperbaiki mutu produk yang ada, baik dari segi pembuatan produk maupun kemasan, sehingga bisa menembus pasar modern.
Guna mencapai ke arah itu, pengurus Kadin Bengkalis didampingi Direktur Eksekutif Kadin Riau Kholis Romli, belajar ke Bandung selama dua hari, Rabu (10/12) dan Kamis (11/2), dengan mengunjungi sentra Agribisnis Al-Ittifaq, Kadin Kota Bandung, pelaku UKM dan Packing House. “Sebenarnya sudah lama kita ingin berkunjung ke Bandung ini, untuk sharing informasi dengan pengurus Kadin Bandung dan para pelaku UKM dan agribisinisnya,” ujar Ketua Kadin Bengkalis, Masuri kepada wartawan, Minggu (14/12).
Dipaparkan, banyak sekali ilmu yang didapat dan ia berharap bisa diaplikasikan kepada pelaku agribisnis dan UKM yang ada di Bengkalis. Seperti saat berkunjung ke Agribisnis Pondok Pesantren Al-Ittifaq di Ciwidey, Bandung, Rabu (10/12), pola pengelolaan  agribisnis di sini sangat luar biasa. Hasil produk pertanian seperti sayur-sayuran dan buah-buahan sudah mampu menembus ke berbagai super market terkenal di Jakarta. “Seperti disampaikan pimpinan pondok  pesantren Kiyai Fuad Affandi, Agribisnis Al-Ittifaq ini setiap hari memasok 3 ton sayuran dan buah-buahan ke berbagai pasar modern di Jakarta dan Bandung. Ini sudah berlangung 23 tahun,” ujar Masuri.
Ditambahkan, hasil dari agribisnis ini mampu menyejahterakan penduduk sekitar dari yang semula anti bertani. Kemudian pihak pesantren juga mampu membangun fasilitas gedung sekolah mulai dari tingkat SD sampai SMA, dan santri yang menuntut ilmu disini tidak bayar uang sekolah dan pemondokan. Demikian juga saat berkunjung ke Kadin Bandung dan ke sentra UKM di sana. Menurut Masuri, banyak sekali informasi yang didapat dan bisa diterapkan buat pengembangan UKM yang ada di Bengkalis, sehingga bisa bersaing menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan diberlakukan tahun 2015 nanti.
“Secara kelembagaan, peran dan fungsi Kadin Kota Bandung sangat mendapat dukungan dari pemerintah disana. Ini yang mungkin belum ada di kita. Karena bagaimana pun pengembangan UKM dan agribisnis ini tidak bisa hanya diserahkan kepada Kadin sendiri, tapi harus bersama. Walau demikian, kita akan tetap berbuat sesuai dengan fungsi dan tugas Kadin,” ungkapnya. Diakui Masuri, persoalan mendasar yang dihadapi produk UKM yang ada di Riau pada umumnya dan Bengkalis khususnya, masalah kemasan sehingga berat bersaing masuk ke supermarket atau pasar modern.
“Kalau dari segi rasa, kita unggul dari produk sejenis yang ada. Tapi persoalannya kita kena dikemasan. Contoh di Melaka, mereka punya dodol nenas sama seperti kita di Bengkalis. Dari segi rasa, Dewan Perniagaan Melaka mengakui yang punya kita rasanya lebih enak, tapi sayang kita masih kalah dalam kemasannya,” ujar Ketua Kadin.
Selain produk tampak menarik, dengan kemasan produk tersebut akan bisa menembus pasar modern, sehingga akan mendongkrak harga produk tersebut. Dijelaskan, beberapa produk UKM Bengkalis memang telah ada yang bagus kemasannya. Namun kemasan yang baik saja juga belum cukup buat masuk pasar modern, harus ada beberapa persyaratan lain seperti  BPOM, barcode, sertifikat halal dan lainnya. “Untuk memenuhi ini semua, memang tidak mudah. Secara bertahap Kadin akan berusaha memfasilitasi membantu pelaku UKM. Untuk tahap awal kita akan memperbaiki kemasannya dulu dengan membuat disain yang menarik dan membeli peralatan yang dibutuhkan,” ungkapnya. (man)