Gara-gara Kemenag Keluarkan Daftar Mubaligh, Ada Ustaz Diusir Saat Ceramah

Gara-gara Kemenag Keluarkan Daftar Mubaligh, Ada Ustaz Diusir Saat Ceramah

RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Gara-gara Kementerian Agama meliris daftar 200 mubaligh dan penceramah yang direkomendasikan, ada ustaz dicoret dari BUMN dan ada pula yang diusir saat berceramah.

Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Deding Ishak, dalam diskusi bertema 'Dibalik Rekomendasi 200 Mubaligh",di Media Center DPR, Kamis (24/5).

"Ada seorang mubaligh menyampaikan kepada saya, dia sudah dicoret di 7 BUMN karena tidak masuk dalam list 200 itu. Tapi jamaahnya sangat antusias karena yang bersangkutan ini termasuk dai yang disiarkan di televisi," ungkap Deding. 


Kemudian ada lagi yang parah itu, ulas Deding, ketika seorang ustaz diusir dalam satu ceramah oleh satu kelompok massa karena ustaz tersebut namanya tidak masuk dalam daftar yang dikeluarkan Kemenag.

"Mubaliqh ini kan lahir untuk menyelesaikan masalah. Jadi jangan menimbulkan masalah baru," ujar Deding yang juga tidak setuju dengan kebijakan Kemenag yang mengeluarkan daftar penceramah tersebut.

"Kita juga sudah diskusi dengan MUI dan beberapa kelompok, intinya menyatakan banyak mudaratnya soal ini, dan mudah-mudahan pak menteri sudah mengetahui apa yang menjadi reaksi publik," ujarnya. 

Deding juga mengungkapkan, dalam rapat kerja Komisi VIII dengan Menteri Agama, hampir semua anggota Komisi VIII meminta Menag mencabut daftar 200 mubaligh tersebut.

"Saya lihat dan hampir saya pastikan pertanyaan dan pernyataan anggota Komisi VIII soal release 200 mubaligh itu semua minta menteri agama mencabut dan menghentikan itu," ungkap Deding yang terpaksa meninggalkan rapat untuk menghadiri diskusi.

"Hemat kami di Komisi VIII, mudah-mudahan menjadi kesimpulan, dan kita mengakhiri polemik yang menurut saya di tahun-tahun politik ini bisa saja ada pihak-pihak yang menggoreng, yang sebetulnya keluar dari konteks," katanya.

Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno mengatakan bahwa rilis 200 mubaligh, wajar membawa gaduh karena dari dulu sebutan ustaz, kiyai dan mubaligh itu tidak pernah lahir dari negara.

"Mubaligh kita tumbuh secara alami dan natural, dan sebutan itu diberikan terhadap masyarkat kepada orang secara individu saleh secara agama islam, dan menyampaikan kebaikan. Sebutan itu secara alamiah lahir dari masyarakat," ujarnya.

orang yang memiliki pesantren, masjid, surau, mereka adalah mubaligh bagi mereka yang tinggal di sekitar mereka. "Nah inilah analisir-analisir yang harus dibaca bahwa tradisi Islam kita berbeda dengan tetangga sebelah seperti Malaysia," katanya.

Reporter: Syafril Amir
Editor: Nandra F Piliang