Minta Pelaku Dihukum Berat, Sayed Abubakar Kutuk Pembakaran di Istana Siak

Minta Pelaku Dihukum Berat, Sayed Abubakar Kutuk Pembakaran di Istana Siak
RIAUMANDIRI.CO, JAKARTA - Anggota DPR RI Daerah Pemilihan Riau I dari Partai Demokrat, Sayed Abubakar Assegaf, mengutuk pembakaran Istana Siak Sri Indrapura di Kabupaten Siak. Tindakan pelaku kriminal yang telah merusak diorama dan tirai peninggalan bersejarah itu dinilai tidak beradab dan patut dihukum seberat-beratnya.
 
"Jelas pembakaran tersebut merupakan tindakan biadab yang dilakukan oleh orang tidak beradab. Mengingat Istana Siak adalah aset cagar budaya kita yang sangat berharga, bukan saja warisan untuk orang Siak dan Riau. Bahkan milik rakyat Indonesia juga. Saya minta pelakunya dihukum berat!," ujar Sayed Abubakar Assegaf di Jakarta, Selasa (9/1/2018). 
 
Sayed mendesak aparat Kepolisian segera memburu dan menangkap pelaku pembakaran tersebut. Dia mengingatkan agar proses penangkapan pelaku dan pengungkapan kasus kriminal tersebut segera dilakukan dan tidak berkepanjangan. Sebab jika dibiarkan bisa mencoreng harga diri masyarakat Siak khususnya, dan Riau pada umumnya. 
 
Sayed yang juga asli putra daerah Riau itu mengingatkan Istana Siak bukan sekedar simbol peradaban dan budaya masyarakat Siak. Namun juga telah menjadi identitas dan harga diri masyarakat setempat. Sehingga pembakaran tersebut jelas merusak tatanan budaya dan martabat masyarakat Siak sebagai bagian penting penjaga kebudayaan Melayu. 
 
"Perlu menjadi perhatian seluruh lapisan masyarakat bahwa Kerajaan Siak turut andil dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. Sebab, Sultan Syarif Kasim II sebagai raja terakhir di Siak telah menyumbangkan kekayaan pribadinya sebesar 13 juta gulden sebagai bentuk komitmen Kerajaan Siak bergabung dengan Pemerintah Indonesia," tegas Sayed yang juga anggota Komisi VII DPR RI ini. 
 
Pengorbanan Sultan Syarif Kasim itu dilakukan tanpa pamrih untuk mendapatkan imbalan. Karena semata-mata hanya untuk kepentingan bangsa Indonesia yang terbebas dari penjajahan Belanda. Padahal Kesultanan Siak ketika itu sudah merupakan negeri yang berdaulat. 
 
Sebagai bukti pengorbanan dan pengakuan, pemerintah Indonesia akhirnya menetapkan dan mengangkat Sultan Syarif Kasim II sebagai Pahlawan Nasional. Selain itu namanya juga diabaikan menjadi nama sejumlah perguruan tinggi dan jalan utama di Provinsi Riau. Ini semua bukti penghargaan tinggi terhadap Kerajaan Siak yang berpusat pada Istana Siak Sri Indrapura. (tsc)
 
 
Editor : Mohd Moralis