Hujan Buatan Difokuskan di Kawasan Pesisir

Tak Terbendung, Karhutla Makin Menggila

Tak Terbendung, Karhutla Makin Menggila

DUMAI (HR)-Kian hari, kebakaran hutan dan lahan di Riau semakin menggila. Jumlah lahan yang terbakar, hingga saat ini terus bertambah dan tak terbendung. Kondisi itu mengakibatkan kualitas udara di beberapa daerah terus mengalami penurunan bahkan sudah mencapai kategori tidak sehat.

Bila terus dibiarkan, dikhawatirkan petaka serupa seperti tahun lalu, akan kembali terulang. Ketika itu, hampir seluruh kawasan di Bumi Lancang Kuning merasakan kabut asap tebal, karena Karhutla terjadi di seluruh pelosok.

Sementara itu, sejauh ini Pemprov Riau baru merencanakan pembuatan hujan buatan. Saat ini, prosesnya masih mengidentifikasi kawasan mana saja yang titik apinya banyak. Identifikasi juga diperlukan untuk menentukan jalur atau arah yang akan ditempuh petugas di lapangan, saat penanganan kebakaran nanti.

Salah satu daerah yang saat ini sudah merasakan dampak Karhutla itu adalah Kota Dumai. Akibat Karhutla yang terus meluas, saat ini kondisi udara di kota pelabuhan itu sudah masuk kategori tidak sehat.

Hal itu diakui Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Dumai, Bambang Suriyanto, Rabu (25/2).    "Akibat Karhutla, kualitas udara di Dumai tidak sehat. Berdasarkan papan ISPU milik PT Chevron Dumai, ISPU berada di angka 46-122 PSI (tidak sehat, red)," katanya.

Sementara itu, sejak Senin hingga Rabu kemarin, Kota Dumai juga terus diselimuti kabut asap. Kabut asap tersebut akan tampak dengan jelas pada pagi dan sore hari.

Menurut Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Dumai, Tengku Ismet, Karhutla di Dumai terus meluas. "Luas lahan yang terbakar terus bertambah, kita perkirakan sudah mencapai puluhan hektare," ungkapnya.

Sejauh ini, Karhutla sudah terjadi di beberapa kawasan, seperti Kecamatan Bukit Kapur dan Sungai Sembilan. "Sampai kini upaya pemadaman terus dilakukan. Kita melibatkan Masyarakat Peduli Api (MPA) dibantu beberapa instansi terkait seperti TNI/Polri, Polisi Kehutanan dan Manggala Agni," ujarnya.

Di Siak Juga Parah
Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Siak. saat ini, sekitar 150 hektare kebun sawit milik warga Dusun Jatimulya, Kampung Jatibaru dan Kampung Temusai,  Kecamatan Bungaraya, sudah ludes terbakar api.

Kondisi itu diungkapkan pejabat Penghulu Kampung Jatibaru, Hasan Bisri. "Di sini kondisinya sudah parah. Api sudah merambat ke mana-mana, kebun sawit masyarakat jadi rusak. Sampai sekarang juga api belum bisa dipadamkan," ujarnya.

Hal senada juga diakui Camat Bungaraya, Dicky Shopian. Ia mengakui, Karhutla di daerahnya sudah merambat ke mana-mana. Namun api belum bisa dipadamkan. "Kita kesulitan memadamkan api. Asap di lokasi kebakaran terlalu tebal. Sampai sekarang api sudah menyebar ke mana-mana," ujarnya.

Sementara itu, Kabid Damkar Siak Irwan Priyatna, pihaknya terpaksa membagi-bagi anggota yang turun ke lapangan. Pasalnya, Karhutla juga terjadi di daerah Sabak Auh.

"Untuk api di Jatibaru sekarang sudah merambat ke Kampung Temusai. Kebakaran makin luas sehingga mobil pemadam tak bisa masuk karena lokasinya jauh ke dalam. Api juga sulit dijangkau dengan mesin yang kita punya," ujarnya.

Selain itu, Karhutla juga masih mengganas di Sekunder 2, desa Sungai Tengah kecamatan Sabak Auh. Tim Pemadam Kebakaran (Damker) BPBD Siak tidak bisa memadamkan api, karena lokasi yang umumnya terdiri dari gambut itu, tak bisa dijangkau dengan peralatan yang ada.

Menurut warga setempat, Rasyid (35), asap yang mengepul sejak beberapa hari ini membuat warga di kawasan itu merasakan sesak. "Kami juga melihat api besar di lahan dekat jembatan Sultan Abdul Jalil Rahmansyah, sekitar 1 kilo arah ke Pusako tepatnya di Kampung Teluk Masjid. Api tampak jelas dari jembatan," ungkapnya.

Menurut Rasyid, api yang ada disekunder 2 itu sudah mengganas dari 3 hari yang lalu. Ia menduga, itu masih masuk wilayah kampung Sabak Permai. "Ratusan haktarlah, saya melihat mulai dari kebun kelapa sawit warga Sabak Permai, sekarang masih nampak api makin meluas," kata Rasyid.

Ia meminta, pada pemerintah bisa segera memadamkan api, jika tidak, maka masyarakat kecamatan Sabak Auh bisa diselimuti kabut tebal. "Sekarang saja kabut dan abuk bekas kebakaran mulai berjatuhan, jika tidak dipadamkan, mungkin besok masyarakat tidak bisa bernafas," ungkap Rasid.

Sementara, Kabid Damker Siak, Irwan Priyatna mengaku belum mendapatkan informasi tentang terjadinya kebakaran di wilayah Teluk Masjid dan Desa Sabak Permai. Di lain sisi, Irwan Priyatna mengaku 3 hari yang lalu telah menurunkan timnya di kecamatan Sabak Auh, dan tim Damker tidak sanggup melanjutkan perjuangan karena lokasi kebakaran terlalu jauh masuk ke dalam.

Hujan Buatan di Pesisir
Dari Pekanbaru, Pemprov Riau bersama tim penanggulan Karhutla terus mengindentifikasi titik hotspot yang ada di seluruh daerah di Riau. Identifikasi dilakukan untuk melihat menjangkau daerah yang terbakar baik lewat jalur udara maupun darat. Sedangkan untuk hujan buatan, Pepmrov akan fokus terlebih dahulu di kawasan pesisir. Untuk saat ini, api paling banyak ditemukan berada di kawasan ini.

"Tim sudah meninjau ke lapangan. Kita identifikasi kondisi yang terjadi saat ini, agar saat pelaksanaan nanti kita sudah tahu bagaimana bertindak di lapangan," terang Plt Gubri, Arsyadjuliandi Rachman.

Dikatakan, daerah yang menjadi fokus hujan buatan awal Maret nati, adalah Siak, Bengkalis, Indragiri Hilir, Pelalawan dan Dumai.

Hujan buatan dilakukan setelah Riau ditetapkan berada pada posisi siaga darurat kabut asap. Untuk modifikasi cuaca ini, akan menghabiskan 68 ton garam dengan total biaya sekitar Rp16 miliar.

Dari Pelalawan, tim Fire and Aviation PT RAPP telah melakukan 30 sortir water bombing untuk memadamkan kebakaran lahan di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis.

''Tim dari petugas di lapangan sebanyak 75 orang langsung kita turunkan ke lokasi. Termasuk dua unit unit helikopter untuk melakukan bom air. Ini kita lakukan untuk mencegah api supaya tidak meluas," terang Direktur RAPP, Mulia Nauli.

Sebelumnya, aksi serupa juga dilakukan di wilayah Pulau Rupat. Ketika itu, helikopter RAPP melakukan 25 sortir atau bom air. Sedangkan pada Senin (23/2), water bombing dilakukan di sekitar wilayah Desa Kuala Panduk, dengan jumlah bombing sebanyak 15 sorti.  (zul, sug, nur, lam, rls)