FKPT Riau Rangkul Komunitas Seniman Tangkal Terorisme

Kekuatan Sastra Dapat Mencegah Paham Radikal

Kekuatan Sastra Dapat Mencegah Paham Radikal
PEKANBARU (riaumandiri.co)-Sastra adalah keindahan, sastra adalah kemanusiaan. Tidak ada satu pun karya yang menafikan peradaban dan kemanusiaan. Oleh sebab itu, sastra sudah lebih dulu menjadi propaganda anti radikalisme dan terorisme.
 
Demikian disampaikan Ketua DPH Lembaga Adat Melayu Riau Al Azhar saat menjadi pembicara pada dialog anti radikalisme yang digelar Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Riau, Kamis (4/5).
 
"Bagaimana sastra dan keindahannya bisa menjadi wadah sekaligus pagar terhadap radikalisme, kan itu pertanyaannya. Jawab saya, kuncinya pada sejauh mana kekuatan literasi kita, kekuatan literasi anak-anak kita," kata Al Azhar.
 
Dikatakan, literasi masyarakat Riau, dan Indonesia pada umumnya, masih tergolong sangat rendah. Sementara hebatnya Kekuatan 
pengaruh sebuah karya sastra bagi masyarakat tergantung dari kemampuan literasi atau daya baca masyarakat.
 
Pada kesempatan tersebut, Al Azhar memaparkan sekilas perjalanan Sastra di Riau dan nusantara. "Kita bersyukur, kita punya Raja Ali Haji, Tennas Effendi, Soeman HS, Idrus Tintin, dan yang lainnya. Mereka tidak hanya membentuk karya sastra, bahkan lebih dari itu mereka ikut mewarnai peradaban. Semuanya turut memperkokoh kemanusiaan," ujarnya.
 
Sementara itu, penyair nasional Aan Mansyur memaparkan bahwa kekuatan sastra dapat membentuk karakter umat manusia. Sebab dalam sastra terkandung budi pekerti yg luhur.
 
Aan mencontohkan ada seorang ibu yang kehilangan kontak satu tahun lebih dengan anaknya yang sedang kuliah di pulau Jawa. Ibu ini khawatir sekali dengan keberadaan anaknya.
 
"Ternyata anak tersebut sedang berada dalam satu jaringan kelompok radikal. Satu tahun lamanya dia ikut dan mempelajari paham kelompok tersebut. Namun atas kesadarannya sendiri, sang anak  keluar dari kelompok tersebut. Dia pun menghubungi keluarga, dan kembali kuliah seperti biasa," jelas Aan.
 
Ada yang menarik dari cerita itu, lanjut Aan, kenapa akhirnya sang anak bisa lepas dari cengkraman kelompok radikal, adalah karena kekuatan sastra.
 
"Rupanya sang ibu sejak kecil sudah menjadikan sastra sebagai sarana pendidikan bagi sang anak. Anaknya sangat menyukai karya sastra. Sejak kecil dia selalu didongengkan ibunya menjelang tidur, dibacakan cerita-cerita rakyat. Sampai dewasa karya-karya sastra adalah kesukaannya. Sehingga nilai kemanusiaan, budi pekerti, dan berpikir kritis menjadi penangkal terhadap paham radikalisme," ujarnya.
 
Ajang Kreativitas SeniDalam pada itu Ketua Bidang Ekososbudkum Hj Dinawati mengatakan, Dialog Pelibatan Komunitas Seni Budaya dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Provinsi Riau tahun 2017 bertujuan melibatkan komunitas seni budaya di daerah agar menginspirasi masyarakat cinta damai dan anti kekerasan.
 
"Selain itu juga memberikan pencerahan tentang bahaya radikalisme dan terorisme melalui pendekatan seni budaya, khususnya seni sastra," ujar Dinawati. 
 
Ikut tampil sebagai pembicara dalam acara tersebut esais nasional Ahda Imran dan penyair perempuan Kunni Masrohanti.