Sebut Indonesia Curang

Donald Trump Bisa Digugat ke WTO

Donald Trump Bisa Digugat  ke WTO

JAKARTA (riaumandiri.co)-Presiden Amerika Serikat Donald Trump lagi-lagi menimbulkan kontroversi. Kali ini terkait dengan pernyataannya, yang menyebutkan Indonesia bertindak'curang' dalam perdagangan dengan negara Paman Sam tersebut.

Tak ayal, pernyataan itu menimbulkan beragam reaksi.Salah satunya dari anggota Eksekutif International Chamber of Commerce (ICC), Mari Elka Pangestu. Mantan Menteri Perdagangan  era Kabinet Indonesia Bersatu itu mengatakan, Indonesia bisa saja menyeret AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) untuk membuktikan kecurangan yang dituduhkan Trump kepada Indonesia.

Sebelum, Trump disebutkan berencana menerbitkan perintah eksekutif untuk mengurangi defisit perdagangan. Secara gegabah, Trump menyebut negara penyebab defisit perdagangan AS bertindak 'curang'.

Nama Indonesia ternyata masuk dalam 16 negara yang disebut Trump 'curang', hingga menyebabkan defisit besar bagi AS. Selain Indonesia, masih ada Cina, Kanada, Prancis, Jerman, India, Irlandia, Italia, Jepang, Malaysia, Meksiko, Korea Selatan, Swiss, Taiwan, Thailand dan Vietnam.

Saat ini, angka perdagangan Amerika Serikat (AS) mencapai minus US$50 miliar atau setara dengan Rp666,8 triliun, dan menyebutnya sebagai peringatan terhadap mitra dagang seperti China.

Menurut Mari Elka Pengestu, nantinya dalam proses pembuktian di WTO, AS diperkenankan melakukan trade remedy atau investigasi terhadap negara-negara yang selama ini dianggap curang dengan cara menjual barang dengan harga yang lebih murah di negara tujuan (dumping).

"Kalau kita merasa AS semena-mena mengenakan dumping tarif, kita bisa bawa ke WTO. Dan itu lah pentingnya WTO dalam menjaga sistem perdagangan," ujarnya, Rabu (5/4).

Namun ia khawatir, Trump justru akan mengabaikan keberadaan peraturan WTO dalam menjalankan kebijakan eksekutifnya. Trump yang selama ini kerap membuat kebijakan eksekutif yang kontroversial, dikhawatirkan akan mengeluarkan kebijakan tarif yang membuat rugi para mitra dagangnya.

"Banyak orang yang merasa apakah benar AS bisa melakukan hal itu. Namun demikian tetap terjadi ketidakpastian dalam iklim perdagangan yang telah dan akan mengganggu arus perdagangan saat ini," ungkapnya.

Untuk berjaga-jaga, ke depannya Indonesia disarankan berfokus mencari pasar baru dan berekspansi di regional Asia.

Kebijakan Ekonomi
Sementara itu, Wakil Duta Besar (Dubes) Amerika Serikat untuk Indonesia, Brian McFeeters, mengungkapkan perintah Presiden Donald Trump untuk menyelidiki penyebab defisit neraca perdagangan dengan belasan negara mitra, termasuk Indonesia, dimaksudkan untuk membuka hambatan perdagangan produk-produk AS.

Menurut McFeeters, langkah Trump tersebut merupakan bagian kebijakan ekonomi Pemerintah AS yang ingin memaksimalkan potensi perdagangan dan mengurangi hambatan-hambatan yang mempersulit ekspor produk AS ke luar negeri.

"Perintah tersebut sebenarnya fokus kepada hambatan-hambatan yang mempersulit masuknya produk AS ke beberapa pasar, dan bagaimana kami harus mencari solusi untuk itu," ujarnya.

Brian juga memastikan bahwa kebijakan Trump tersebut tidak akan membawa dampak negatif bagi perdagangan kedua negara, dan tidak akan ada hukuman yang diberikan kepada Indonesia setelah proses penyelidikan selesai dilakukan.

Ia pun menjelaskan bahwa defisit perdagangan AS terhadap Indonesia yang mencapai 13 miliar dolar AS pada 2016, bukan hanya disebabkan ketatnya regulasi Indonesia terhadap barang-barang impor, tetapi dapat terjadi secara alami.

"Ada banyak hal yang menyebabkan defisit perdagangan. Regulasi adalah salah satu faktor yang ingin kami kaji, tetapi pada dasarnya defisit dapat terjadi secara alami karena suatu negara membutuhkan barang-barang yang dapat disuplai negara lain," kata Brian McFeeters.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita melakukan inventarisasi komoditas ekspor Indonesia ke AS yang dinilai mengakibatkan nilai perdagangan AS menjadi defisit, namun di sisi lain Indonesia mengalami surplus.

"Itu kan baru statement. Kita ikuti apa langkah berikutnya. Kami sedang menginventarisasi komoditas yang diekspor ke Amerika. Apa saja yang berpotensi, kami buat daftarnya," ujarnya. (bbs, cnn, rol, ral, sis)