Warga Tionghoa Ramai Pulang Kampung

Untuk Sembahyang Kubur

Untuk Sembahyang Kubur
SELATPANJANG (RIAUMANDIRI.co) - Selasa (28/3) bertepatan dengan Hari Raya Nyepi, warga Tionghoa ramai datang ke Selatpanjang guna sembahyang kuburan. Setiap tahun Sembahyang Kubur itu  merupakan kegiatan rutin dilakukan warga Tionghoa. Kegiatan ini merupakan budaya dan kepercayaan sejak turun-temurun dari nenek moyang mereka.
 
Di mana pun berada, warga Tionghoa harus pulang ke tempat asalnya untuk melaksanakan Sembahyang Kubur dikarenakan keluarga yang sudah tiada dan dikuburkan di Tanah Selatpanjang, (Kuburan Cina, Kampung Baru, Kecamatan Tebingtinggi, red).
Jadi, tak heran jika tiba hari pelaksanaan Sembahyang Kubur itu, Selatpanjang diserbu warga Tionghoa yang pulang kampung untuk menunaikannya.
 
Seperti halnya yang diungkapkan Likia, seorang warga Tionghoa dijumpai Haluan Riau mengatakan, saat ini melakukan pembersihan kuburan untuk keluarganya, sejak dari Jumat (24/3) pagi hingga berakhir 4 April 2017.
Dijelaskan Likia pula, bahwa Sembahyang Kubur itu merupakan hari besar dan hari penghormatan kepada orangtua dan nenek moyang bagi warga Tionghoa yang sudah tiada.
 
"Kalau pada perayaan Imlek, seandainya ada keluarga yang tidak bisa pulang kampung tidak jadi persoalan, tapi kalau pada pelaksanaan Sembahyang Kubur ini yang jauh-jauh pun harus datang meski dari luar negeri. Ini merupakan budaya dan kepercayaan bagi kami umat Tionghoa," ungkapnya.
 
Diterangkan juga, bahwa Sembahyang Kuburan tersebut, sangat sakral bahkan lebih sakral dari pada perayaan Imlek. Bahkan karena pentingnya keluarga-keluarga yang berada jauh dari Selatpanjang atau yang berada di luar negeri juga harus pulang.
"Sembahyang Kubur ini biasanya dilakukan sekali dalam satu tahun dan biasanya akan dilaksanakan selama 20 hari. Mulai dari besok hingga akhir 20 hari besarnya," terangnya.
 
Dirinya menjelaskan, dalam adat istiadat warga Tionghoa itu, meskipun orang kaya, namun jika tidak melaksanakan sembahyang kubur bersama keluarganya, maka secara otomatis citra dan nama baik keluarga tersebut akan menjadi kurang baik dan tidak bagus di mata masyarakat khususnya bagi warga Tionghoa.
 
"Dalam sembahyang kuburan itu kita juga berdoa untuk kesejahteraan dan keselamatan kita, serta untuk kemajuan daerah ini," terangnya.