Penyidik Gunakan Barang Bukti Video Editan

Habib Rizieq Keberatan

Habib Rizieq Keberatan

BANDUNG (riaumandiri.co)-Imam Besar Front Pembela Islam, Habib Rizieq Syihab, mengaku keberatan dengan barang bukti yang dimiliki penyidik Polda Jabar. Barang bukti yang dimaksud adalah rekaman video editan berdurasi dua menit 13 detik.

Barang bukti itu ditunjukkan penyidik saat memeriksa Rizieq di Mapolda Jawa Barat, Senin (13/2) kemarin. Pemeriksaan itu terkait status Habib Rizieq sebagai tersangka, dalam kasus dugaan penistaan lambang negara dan pencemaran nama baik yang diajukan Sukmawati Soekarnoputri.
 
"Saya sendiri keberatan jika video editan tersebut dijadikan barang bukti atau alat bukti. Sebab dengan editan, ceramah satu hingga dua jam jadi menjadi dua menit 13 detik ini bisa menimbulkan persepsi yang berbahaya," terangnya, usai menjalani pemeriksaan.

Karena itu, Rizieq mengatakan, pihaknya meminta kepada penyidik untuk menyajikan rekaman secara utuh sebagai barang bukti. Menurut dia, akan sangat bahaya jika menganalisa barang bukti hasil editan. Karena itu dalam pemeriksaan lanjutan, Rizieq akan menyerahkan bukti rekaman asli tanpa editan.

Habib Rizieq mengatakan, penyidikan atas kasus yang disangkakan kepadanya belum selesai. Karena itu dalam penyidikan selanjutnya, ia akan menghadirkan sejumlah saksi. Mulai saksi ahli bidang sejarah, tata negara, dan saksi-saksi ahli lainnya.

Dalam pemeriksaan yang berlangsung hampir delapan jam tersebut, Habib Rizieq mendapat 36 pertanyaan dari penyidik. Dari 36 pertanyaan tersebut, dia menyebutkan, ham pir seluruhnya tentang tesis dirinya. "36 pertanyaan dan semua pertanyaan menyangkut tesis saya," ujar dia.

Bukan Takut
Usai diperiksa, Habib Rizieq kemudian menemui massa FPI yang berkumpul di Masjid Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Jabar.

Di hadapan pendukungnya, Habib Rizieq mengapresiasi ketertiban massa yang tidak berkumpul ke Polda Jabar untuk ikut mengawal pemeriksaannya. Ia mengaku hal ini menjadi bukti bahwa dia tidak takut menjalani proses hukum yang tengah membelitnya.

Menurutnya selama ini banyak massa yang mengikuti para ulama yang diperiksa bukan lantaran takut pada proses hukum. Melainkan kerap diganggu oknum tidak bertanggungjawab yang memobilisasi preman.

"Banyak kejadian justru dari pihak mereka yang memobilisasi preman untuk mengganggu ulama. Andai kata tidak pernah mobilisasi preman, umat Islam tidak pernah repot menjaga ulama," ujarnya. (rol/sis)