Terkait Tudingan Makar

Kapolri: Bukan GNPF MUI, Ada Kelompok Lain

Kapolri: Bukan GNPF MUI, Ada Kelompok Lain

JAKARTA (riaumandiri.co)-Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, ada kelompok yang memiliki agenda makar dalam aksi demo besar. Namun kelompok itu dipastikan bukan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa atau GNPF MUI.
"Saya tidak pernah sekalipun menuduh teman-teman yang melakukan Aksi Bela Islam adalah kelompok yang makar dan saya sudah lakukan komunikasi dengan mereka," ujar Tito di kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Minggu (27/11).
"Itu sebenarnya sinyal yang diberikan untuk kelompok pendompleng dan teman-teman dari Aksi Bela Islam paham itu," sambung Tito.

Lalu siapa kelompok yang hendak berbuat makar tersebut? Tito tak mengungkap siapa mereka.

"Ada kelompok-kelompok yang ingin menggunakan isu ini karena ada pengumpulan massa. Mereka mendompleng dengan membawa isu lain. Di antaranya menggulingkan Presiden dengan cara menduduki DPR," kata Tito.

Tito sudah berbicara dengan GNPF MUI. Dia memastikan agenda GNPF MUI memang terkait dengan dorongan agar Basuki T Purnama diproses hukum.

"Saya sudah berbicara dengan GNPF MUI, dengan habib dengan semua komponen saya dialog. Mereka meminta kasus Ahok diproses," kata Tito.

Seperti diketahui, sejauh ini GNPF MUI, berencana kembali menggelar aksi damai pada 2 Desember mendatang. Aksi tersebut yang dikhawatirkan pihak Kepolisian, bakal ditumpangi kelompok lain, yang diduga memiliki tujuan makar.

Aman dari Penyusup
Sementara itu, anggota GNPF MUI yang juga Sekjen Front Pembela Islam (FPI) Novel Bamukmin, menjamin aksi pada 2 Desember mendatang aman dan terhindar dari penyusup.

Ia mengakui, pada aksi 4 November (411) lalu, pihaknya memang kurang mengantisipasi masuknya penyusup karena banyaknya massa. Dia mengakui pengawasan untuk di luar ulama memang kurang.

"Pengamanan luar 411 memang kurang. Tapi untuk antisipasi kita menjadi tameng tubuh, di depan polisi itu sendiri, kita bisa atasi itu. Ini kan ada murni, ada oknum dan juga penyusup. Besok 212 lebih ketat, tempatnya lebih bagus, teratur, sehingga kita bisa membuat konfigurasi. Kemarin itu hanya kekuatan Allah semata jutaan massa itu tidak terpancing," kata dia.

Novel menyebut anggota FPI terlatih untuk menahan diri dan tidak menyerang. Dia menjamin aksi 2 Desember nanti bukan gerakan makar sehingga dia memastikan agenda itu berlangsung aman dan tertib.

"Kenapa kita enggak bergerak, FPI juga terlatih menahan diri bukan untuk menyerang, kita bukan untuk makar, kita bertahan untuk menegakkan keadilan. Walaupun ditembakkan gas air mata luar biasa apa pun, kita bertahan. Di Sudirman bisa sepenuh itu karena kita punya tim inti, karena penyusup itu bisa kita deteksi per 10 meter kita bisa lihat, di wilayah masing-masing ada kontak," beber dia.

Novel menambahkan FPI memiliki cara sendiri untuk mendeteksi ada tidaknya penyusup. Mereka memiliki Badan Anti Teror Front (BATF) yang sudah terlatih dan berperan sebagai intelijen internal mereka.

"Begitu ada masuk satu mulai melakukan pancingan atau provokasi itu kita bisa atur semuanya. Jadi anggota BATF sudah terlatih, tersebar, bersama laskar mereka mengantisipasi. Tugasnya memata-matai, mereka tidak berpakaian laskar tapi berbaur dengan kita, punya kode masing-masing, resep-resepnya ada ring dalam dan luar saling berkoordinasi, ada yang kita bersama masyarakat, menyatu dengan masyarakat tanpa diketahui anggota kita disebar di seluruh titik masyarakat yang hadir. Jadi sebelum-sebelumnya ketahuan sudah ketangkep," kata dia.

Meski Kapolda Metro Jaya Irjen (Pol) Mochamad Iriawan melarang massa untuk salat di Jalan Sudirman-MH Thamrin, Novel meminta hak konstitusional mereka dipenuhi. Dia beralasan kebebasan berekspresi dilindungi Undang-Undang dan meminta kepolisian mengawal kegiatan mereka agar tertib.

"Jadi seharusnya polisi justru mengawal yaitu membantu keamanan agar kita tertib bekerja sama. Jadi tidak ada alasan polisi ini melarang-larang kita, karena negara ini sudah merdeka. Sudah dilindungi dan diatur Hak Asasi Manusia, jadi kita tetap berjalan bagaimanapun, kecuali arahan MUI. Kita tunduk fatwa MUI yang memfatwakan baik manfaat atau mudharatnya kita ikuti karena kita mengawal Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI)," kata dia.

Novel menjamin aksi 2 Desember yang dilakukan kelompoknya bukanlah kegiatan demonstrasi. Dia memastikan tidak akan ada aksi long march atau orasi pada 2 Desember.

"Polisi melarang demo salah, karena kami bukan demo, karena kami itu melakukan duduk dzikir, tidak bergerak atau melakukan long march, duduk dzikir manis untuk bangsa dan negara. Orasi pun tidak ada, kami hanya berdoa, berdzikir, tausiyah agama memperingati karena 2 Desember itu masuk bulan lahirnya Rasulullah masa kami memperingati hari atau bulan Rasulullah dilahirkan," pungkasnya. (dtc, ral, sis)